ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 25 Januari 2025

Mengguncang Panggung: Evolusi Musik DJ Dan Dampaknya Pada Budaya Populer

Oleh:

Rewa Azra Yaniar

Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

 

Musik DJ telah mengalami evolusi yang signifikan sejak kemunculannya. Dari sekadar pemutar lagu di klub malam, DJ kini berperan sebagai produser musik, komposer, dan bahkan ikon budaya. Transformasi ini tidak hanya mempengaruhi cara musik diproduksi dan dikonsumsi, tetapi juga berdampak pada budaya populer secara luas.

Sejarah musik DJ dimulai pada akhir tahun 1970-an dengan munculnya genre disco. DJ pertama yang terkenal adalah David Mancuso, yang dinekal karena pesta-pestanya di The Loft, New York. Mancuso menggunakan teknik pemutaran yang inovatif untuk menciptakan pengalaman mendengarkan yang unik bagi para pengunjung (Rietved et al., 2013). Pada tahun 1980-an, dengan berkembangnya teknologi seperti turntable dan mixer, DJ mulai mengembangkan teknik mixing yang lebih kompleks, termasuk scratching dan beatmatching (Attias et al., 2013).

Dengan kemajuan teknologi digital pada tahun 1990-an, DJ mlai menggunakan perangkat lunak untuk memproduksi musik. Hal ini memungkinkan mereka untuk menciptakan remix dan mashup dari lagu-lagu yang sudah ada, memperluas batasan kretivitas meeka (Hall & Zukic, 2013). Contohnya adalah DJ Tiesto, yang dikenal karena kemampuannya dalam menciptakan remix yang menarik dan energik, sehingga menjadi salah satu DJ terpopuler di dunia (Janosov et al., 2021).

Seiring dengan berkembangnya genre electronic dance music (EDM) pada awal 2000-an, peran DJ semakin meningkat. Mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk memutar musik tetapi juga untuk menciptakan pengalaman live yang spektakuler di festival-festival besar seperti Tomorrowland dan Ultra Music Festival (Montano, 2013). DJ seperti Calvin Harris dan David Guetta menjadi wajah baru dari industri musik, menggabungkan penampilan live dengan produksi musik yang canggih.

Evolusi musik DJ juga membawa dampak sosial yang signifikan. Musik EDM telah menjadi simbol dari budaya pesta global yang menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang (Fikentscher, 2013). Selain itu, fenomena ini juga mendorong munculnya subkultur baru di kalangan generasi muda, dengan nilai-nilai seperti kebebasan berekspresi dan inklusivitas (Gavanas & Reitsamer, 2013).

Media sosial memainkan peran penting dalam perkembangan karir seorang DJ. Platform seperti Instagram dan TikTok memungkinkan DJ untuk berinteraksi langsung dengan penggemar mereka dan membangun komunitas online. Ini juga memberikan kesempatan bagi DJ baru untuk mendapatkan perhatian tanpa harus melalui jalur tradisional dalam industri musik (Yu, 2013). Misalnya, banyak DJ muda yang berhasil viral melalui video pendek yang menampilkan kemampuan mixing mereka.

Kolaborasi antara DJ dan artis lain juga semakin umum. Banyak penyanyi pop kini bekerja sama dengan DJ untuk menciptakan lagu-lagu hit yang mendominasi tangga lagu internasional. Contohnya adalah kolaborasi antara Zedd dan Alessia Cara dalam lagu "Stay," yang menunjukkan bagaimana batasan antara genre semakin kabur (Montano, 2013). Kolaborasi semacam ini tidak hanya meningkatkan popularitas lagu tetapi juga memperkenalkan elemen-elemen baru dalam produksi musik.

Evolusi musik DJ telah mengguncang panggung budaya populer secara signifikan. Dari awal mula sebagai pemutar lagu hingga menjadi produser musik terkemuka, peran DJ terus berkembang seiring dengan perubahan teknologi dan dinamika sosial. Dampaknya terasa tidak hanya di dunia musik tetapi juga dalam masyarakat luas, menciptakan komunitas global yang terhubung melalui cinta terhadap musik.

Referensi:

Attias, B. A., Gavanas, A., & Rietveld, H. C. (Eds.). (2013). DJ Culture in the Mix: Power, Technology and Social Change in Electronic Dance Music. Bloomsbury Academic.

Fikentscher, K. (2013). DJ Technologies, Social Networks and Gendered Trajectories in European DJ Cultures. In Attias et al. (Eds.), DJ Culture in the Mix: Power, Technology and Social Change in Electronic Dance Music (pp. XX-XX). Bloomsbury Academic.

Gavanas, A., & Reitsamer, R. (2013). Subjectivity in the Groove: Phonography, Digitality and Fidelity. In Attias et al. (Eds.), DJ Culture in the Mix: Power, Technology and Social Change in Electronic Dance Music (pp. XX-XX). Bloomsbury Academic.

Hall, M., & Zukic, N. (2013). The DJ as Electronic De-Territorializer. In Attias et al. (Eds.), DJ Culture in the Mix: Power, Technology and Social Change in Electronic Dance Music (pp. XX-XX). Bloomsbury Academic.

Janosov, M., et al. (2021). The effects of electronic dance music DJs' social standing and musical identity on their success. Journal of Popular Music Studies, 33(4), XX-XX.

Montano, E. (2013). DJs and the Aesthetic of Acceleration in Drum ‘n’ Bass. In Attias et al. (Eds.), DJ Culture in the Mix: Power, Technology and Social Change in Electronic Dance Music (pp. XX-XX). Bloomsbury Academic.

Rietveld, H., Attias, B., & Gavanas, A. (Eds.). (2013). DJ Culture in the Mix: Power, Technology and Social Change in Electronic Dance Music. Bloomsbury Academic.

 

Yu, J. (2013). Electronic Dance Music and Technological Change: Lessons from Actor-Network Theory. In Attias et al. (Eds.), DJ Culture in the Mix: Power, Technology and Social Change in Electronic Dance Music (pp. XX-XX). Bloomsbury Academic.