ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 14 Juli 2024

 

 

Dukungan Sosial dengan Kecemasaan pada Mahasiswa Usia Emerging Adult

 

Oleh:

Dheri Astuti, Sheilla Varadhila Peristianto, Nanda Yunika Wulandari

Fakultas Psikologi, Universitas Mercubuana Yogyakarta

 

Istilah “emerging adult” diperkenalkan oleh seorang psikolog Amerika bernama Jeffrey Jensen Arnett, istilah emerging adult didefinisikan sebagai fase transisi dari remaja ke dewasa. Fase transisi dari remaja ke dewasa dijelaskan sebagai fase perkembangan yang muncul setelah individu menyelesaikan fase remaja (adolescence) dan sebelum mulai memasuki tahap dewasa (adulthood). Menurut Arnett (2000) fase transisi dari remaja ke dewasa terjadi pada usia 18-29 tahun dan ditandai dengan eksplorasi individu pada berbagai aspek kehidupan.

Dalam upaya meningkatkan pendidikan, sebagian besar individu yang berada pada fase tersebut sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi atau menjadi mahasiswa (Miller, 2011). Mahasiswa yang sedang mengalami fase transisi dari remaja menuju dewasa memiliki peluang dan resiko yang perlu dihadapi. Peluang berupa potensi untuk mendapatkan pekerjaan tetap dan stabil ketika lulus dari perguruan tinggi. Sedangkan resiko berupa peningkatan masalah dan tuntutan yang semakin kompleks. Permasalahan dan tuntutan tersebut akan memicu kecemasan apabila tidak dapat diatasi (Arnett, 2000). Beiter (2015) menambahkan bahwa tanggung jawab yang lebih tinggi dan permasalahan baru seperti prestasi akademik, tekanan untuk berhasil, dan masalah keuangan, dapat meningkatkan kecemasan.

Selanjutnya, Kranzler (2019) menyebutkan bahwa mahasiswa dalam masa transisi dari remaja ke dewasa beresiko mengalami kecemasan yang tinggi karena eksplorasi pengalaman kehidupan dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang harus dijalani oleh individu. Sejalan dengan pernyataan tersebut, penelitian Copeland dkk., (2014) menyatakan peningkatan kecemasan yang paling menonjol rentan terjadi pada setiap mahasiswa yang mengalami proses peralihan dari remaja menuju dewasa. Lovibond & Lovibond (1995) menjelaskan kecemasan sebagai ketakutan akan hal tidak menyenangkan di masa depan, dengan aspek tertentu seperti rangsangan saraf otonom dan kecemasan situasional. Teori tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan skala DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale).

Menurut Lovibond & Lovibond (1995) dalam skala DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale) yang disusunnya, kecemasan memiliki beberapa aspek, meliputi aspek autonomic arousal (rangsangan saraf otonom), aspek skeletal musculature affect (efek pada otot rangka), aspek state anxiety (kecemasan situasional) dan pengalaman subjektif tentang kecemasan. Sadock (2005) menjelaskan bahwa kecemasan tidak terkontrol mempengaruhi persepsi, cara berpikir dan belajar seseorang. Sedangkan, penelitian Qolbi (2020) mahasiswa yang berada pada fase transisi dari remaja ke dewasa dengan kecemasan rendah atau tidak mengalami kecemasan cenderung memiliki kesehjahteraan subjektif yang lebih baik daripada yang mengalami kecemasan tinggi.

Berdasarkan data American College Health Association (ACHA) menunjukan bahwa kecemasan merupakan kondisi kesehatan mental mahasiswa yang paling sering terdiagnosis. Dalam survei ACHA, pada musim semi 2022 yang mensurvei lebih dari 54.000 mahasiswa dimana sebagian besar responden yakni sebanyak 95,5% berada pada fase transisi dari remaja ke dewasa (berusia 18-29 tahun), sejumlah 35% responden didagnosis mengalami kecemasan dari kategori sedang hingga berat ((ACHA-NCHA), 2022). Hasil data survei tahunan dari lembaga survei berbasis web Healthy Minds Study pada 96.000 mahasiswa di Amerika Serikat dari 133 perguruan tinggi pada tahun akademik 2021-2022, sejumlah 37% mahasiswa melaporkan menderita kecemasan (Eisenberg et al., 2022)

Menurut penelitian Nevid dkk., (2005) terdapat lima elemen yang berperan dalam memengaruhi tingkat kecemasan seseorang, termasuk faktor-faktor seperti lingkungan dan hubungan sosial, faktor kognitif, faktor biologis, serta faktor emosional. Penelitian Omichi dkk. (2022) menemukan bahwa salah satu faktor terjadinya kecemasan adalah kurangnya dukungan yang diterima dari lingkungan, minimnya dukungan sosial beresiko menimbulkan kecemasan yang tinggi pada individu. Selanjutnya, menurut Kawachi (2001) individu yang memiliki gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, ditemukan lebih terisolasi secara sosial dan minim menerima dukungan sosial Cohen & Hoberman (1983) mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan berbagai sumber penopang yang muncul karena adanya hubungan interpersonal antar individu ketika individu menghadapi permasalahan.

Cohen & Hoberman (1983) menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari empat aspek yaitu, aspek dukungan informasi (appraisal support), merupakan bantuan individu dalam memahami suatu kejadian. Aspek-aspek tersebut digunakan Cohen & Hoberman (1983) sebagai dasar pembuatan skala dukungan sosial ISEL (Interpersonal Support Evaluation List). Setiap aspek kecemasan yang disusun oleh Cohen & Hoberman (1983) dalam skala dukungan sosial ISEL Interpersonal Support Evaluation List) tersebut memiliki hubungan terhadap kecemasan.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa dukungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan tehadap kecemasan khususnya pada mahasiswa yang berada di fase transisi dari remaja ke dewasa. Penelitian Zhao dkk. (2022) memberi petunjuk bahwa dukungan sosial berkorelasi negatif terhadap tingkat kecemasan pada mahasiswa, yaitu tingginya dukungan sosial mengindikasikan taraf kecemasan mahasiswa yang rendah, sebaliknya rendahnya dukungan sosial yang diterima mahasiswa mengindikasikan kecemasan dengan taraf yang tinggi. Penelitian Widyastuti, (2021) menunjukan bahwa penerimaan tingkat dukungan sosial yang bertambah selaras dengan turunnya kecemasan pada mahasiswa yang sedang mengalami fase transisi dari remaja ke dewasa. Pengukuran kecemasan menggunakan modifikasi dari skala DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale 42 item) yang disusun oleh Lovibond & Lovibond (1995). Sedangkan dukungan sosial diukur menggunakan adaptasi skala dukungan sosial ISEL yang disusun oleh Cohen & Hoberman (1983 Sampel adalah mahasiswa aktif berusia 18-29 tahun di perguruan tinggi yang sedang mengalami fase transisi dari remaja ke masa dewasa (N=110).

Terdapat hubungan negatif yang kuat antara dukungan sosial dengan kecemasan pada mahasiswa masa transisi dari remaja   ke dewasa. Penelitian Guo dkk. (2021) menunjukan bahwa mahasiswa yang menerima dukungan sosial yang kuat ketika berada di fase tranisisi dari remaja ke dewasa, seperti lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat, merasa diperhatikan dan memiliki komunikasi yang baik dengan orang terdekat membuat mahasiswa merasa terdukung dan mencegah terbentuknya level kecemasan yang tinggi. Sehingga mahasiswa yang menerima dukungan sosial yangtinggi, mengalami prevalensi kecemasan lebih rendah daripada mahasiswa yang menerima dukungan sosial rendah.

Dalam survei ACHA, pada lebih dari 54.000 mahasiswa dimana sebagian besar responden yakni sebanyak 95,5% 57 berada pada fase emerging adult (berusia 18-29 tahun), sejumlah 35% mahasiswa didagnosis mengalami kecemasan dari kategori sedang hingga berat ((ACHA-NCHA), 2022). Healthy Minds Study, didasarkan pada survei web yang dilakukan oleh 96.000 mahasiswa sejumlah 37% mahasiswa melaporkan menderita kecemasan dari tingkat sedang hingga berat (Eisenberg et al., 2022).

Lovibond & Lovibond (1995) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan ketakutan atau kekhawatiran akan terjadinya hal yang tidak menyenangkan di masa depan yang ditandai dengan anggapan akan terjadi masalah pada bagian otonomik, masalah otot, merasa terjebak pada situasi yang salah atau tidak menyenangkan tanpa alasan yang rasional, serta dapat dipengaruhi pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan di masa lalu mengenai kejadian yang dianggap serupa.

Hasil analisis tersebut mengartikan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap kecemasan dengan sumbangan pengaruh senilai 46,1 %, 53,9 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui. Faktor tersebut bisa berupa faktor biologis, faktor kognitif dan faktor emosional (Nevid dkk., 2005).

Dukungan sosial dapat dijadikan sebagai penopang, sumber daya dan memberikan bantuan ketika mahasiswa mengalami kejadian-kejadian yang memicu kecemasan. Oleh karena itu, mahasiswa dianjurkan untuk memperbanyak dukungan sosial yang diterima dan saling memberikan dukungan sosial bagi mahasiswa atau orang lain agar resiko mahasiswa menderita kecemasan menurun.

 

Referensi

(ACHA-NCHA), A. C. H. A.-N. C. H. A. (2022). American College Health Associatio(ACHA-NCHA), A. C. H. A.-N. C. H. A. (2022). American College Health Association-National College Health Asessment III: Undergraduate Reference Group Data Report : Spring 2022.n-National College Health Asessment III: Unde.

Arnett, J. J. (2000). Emerging adulthood: A theory of development from the late teens through the twenties. American Psychologist, 55(5), 469–480. https://doi.org/10.1037/0003-066X.55.5.469

Beiter, R., Nash, R., McCrady, M., Rhoades, D., Linscomb, M., Clarahan, M., & Sammut, S. (2015). The prevalence and correlates of depression, anxiety, and stress in a sample of college students. Journal of Affective Disorders, 173, 90–96. https://doi.org/10.1016/j.jad.2014.10.054

Cohen, S., & Hoberman, H. M. (1983). Positive Events and Social Supports as Buffers of Life Change Stress 1. Journal of Applied Social Psychology, 13(2), 99–125. https://doi.org/10.1111/j.1559-1816.1983.tb02325.x

Copeland, W. E., Angold, A., Shanahan, L., & Costello, E. J. (2014). Longitudinal Patterns of Anxiety From Childhood to Adulthood: The Great Smoky Mountains Study. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, 53(1), 21–33. https://doi.org/10.1016/j.jaac.2013.09.017

Eisenberg, D., Lipson K, S., Justin, H., & Zhou, S. (2022). The Healthy Minds Study: 2021-2022 data report.

Guo, K., Zhang, X., Bai, S., Minhat, H. S., Nazan, A. I. N. M., Feng, J., Li, X., Luo, G.,

Zhang, X., Feng, J., Li, Y., Si, M., Qiao, Y., Ouyang, J., & Saliluddin, S. (2021). Assessing social support impact on depression, anxiety, and stress among undergraduate students in Shaanxi province during the COVID-19 pandemic of China. PLOS ONE, 16(7), e0253891. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0253891

Kawachi, I. (2001). Social Ties and Mental Health. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, 78(3), 458–467. https://doi.org/10.1093/jurban/78.3.458

Kranzler, A., Elkins, R. M., & Albano, A. M. (2019). Anxiety in Emerging Adulthood: A Developmentally Informed Treatment Model. In Pediatric Anxiety Disorders (pp. 499–519). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-813004-9.00022-0

Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. (1995). Depression Anxiety Stress Scales (DASS

42--21, DASS 42--42) [Database record]. APA PsycTests. https://www.bing.com/ck/a?!&&p=c33cb6bb27a63ed0JmltdHM9MTcxMTY3MD QwMCZpZ3VpZD0wNDJkNzJmMS01ZmNjLTY5ZjMtMWIzYS02MTY2NWJjY

zY3ZmUmaW5zaWQ9NTIwNw&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=042d72f1-5fcc- 69f3-1b3a-61665bcc67fe&psq=https%3A%2F%2Fdoi.org%2F10.1037%2Ft01004- 000+&u

Miller, J. L. (2011). The Relationship between Identity Development Processes and Psychological Distress in Emerging Adulthood. Dissertation. The George Washington University.

Nevid, J. S., Murad, J., Medya, R., C.Kristiaji, W., Greene, B., & Rathus, S. A. (2005).

Psikologi Abnormal (Ratri Medya & W. C. Kristiaji (eds.); Ed. 5). Jakarta : Erlangga.

Omichi, C., Kaminishi, Y., Kadotani, H., Sumi, Y., Ubara, A., Nishikawa, K., Matsuda, A., & Ozeki, Y. (2022). Limited social support is associated with depression, anxiety, and insomnia in a Japanese working population. Frontiers in Public Health, 10. https://doi.org/10.3389/fpubh.2022.981592

Qolbi, F. H. (2020). Masa Emerging Adulthood pada Mahasiswa: Kecemasan akan Masa Depan, Kesejahteraan Subjektif, dan Religiusitas Islam. Psikoislamika : Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 17(1), 44. https://doi.org/10.18860/psi.v17i1.8821

Widyastuti, A. S. (2021). Dukungan Sosial Orang Tua Dan Kecemasan Terhadap Karir Masa Depan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Zhang, Y., Bao, X., Yan, J., Miao, H., & Guo, C. (2021). Anxiety and Depression in Chinese Students During the COVID-19 Pandemic: A Meta-Analysis. Frontiers in Public Health, 9. https://doi.org/10.3389/fpubh.2021.697642