ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 09 Mei 2024

 

Berani Jujur itu Hebat!!

 Oleh:

Puji Tania Ronauli

Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

  

Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya,

tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangan

-pepatah Inggris Kuno-

 

Jujur adalah sikap berani yang menunjukkan siapa dia, serta mengatakan apa yang dimaksudnya dengan benar Magnis (2011) dalam Chairilsyah (2016). Kejujuran erat kaitannya dengan niat dan motif yang bersumber dari dalam hati dan pikiran seseorang. Jujur diekspresikan dengan kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya, tidak ditutupi, tidak menipu dan tidak dilebih – lebihkan. Sebaliknya, kebohongan adalah bentuk pelarian atas konsekuensi dan tanggung jawab  yang mengindikasikan ketidakmatangan berpikir dan berperilaku dalam diri seseorang. Jujur adalah energi yang positif yang menyatakan sesuatu dengan langsung, spontan, lugas, apa adanya akan menghemat waktu dan energi, terjadilah efisiensi. Itulah yang dikatakan oleh Sawitri Supardi Sadarjoen, seorang psikolog. Suud dan Madjid (2020) juga mengatakan kejujuran secara memiliki dampak yang baik pada kesehatan fisik dan mental individu, dan terkait dengan banyak atribut psikologis. Perilaku jujur akan mengarah pada kebaikan dan kebahagiaan.

Sikap jujur juga dapat menjadikan seseorang mengasihi sesama, tidak sombong, penuh rasa syukur dan banyak berbuat kebaikan (Fazeli, 2018). Kejujuran adalah sebuah karakteristik kepribadian yang bisa membawa kebaikan bagi seseorang dan lingkungannya. Dalam dunia profesional, tidak ada perusahaan yang ingin memiliki karyawan yang suka menipu dan berlaku curang. Baik atasan ataupun bawahan sama – sama akan saling menghormati jika keduanya menunjukkan karakteristik jujur. Dalam beberapa nilai organisasi, kejujuran dan integritas sangat ditekankan bahkan dijadikan budaya dalam sebuah organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan baik. Tidak heran jika dalam beberapa proses rekrutmen, pemberi kerja selalu menginginkan proses seleksi yang cukup ketat yang dapat menggambarkan kejujuran dari calon karyawannya. 

Kejujuran merupakan karakteristik dari kepribadian dalam psikologi. Perlu diakui bahwa kejujuran merupakan sebuah trait yang mungkin agak sulit diukur. Dalam proses perekrutan karyawan, sebuah perusahaan pasti tidak ingin menerima karyawan yang tidak jujur. Big Five Personality merumuskan lima karakteristik kepribadian yaitu keterbukaan terhadap hal baru, ketelitian dan kehati – hatian, ekstraversi, keharmonisan dalam kelompok, dan kecemasan. Guo, You, Wang, Yi, & Chen, (2019) berpendapat Big Five Test dirasa perlu dilengkapi dengan dengan satu karakteristik lagi yaitu kejujuran sehingga deteksi karakter jujur pada karyawan dapat diperoleh. Hatmi (2024) mengatakan bahwa kejujuran memiliki peran dalam mewujudkan masyarakat sejahtera. Idealnya kehidupan bermasyarakat yang diharapkan adalah yang sejahtera, terbebas dari kecurangan dan Tindakan korupsi, asusila dan kriminalitas. Penelitian Hatmi (2024) juga menunjukkan bahwa siswa – siswa yang berperilaku jujur menunjukkan prestasi akademik, kemampuan sosial, perilaku alturisme, etika moral yang lebih baik. Penerapan kejujuran dalam keluarga, sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat dapat memprediksi kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan demokrasi yang sejati di berbagai lapisan masyarakat di masa akan datang.

Dari paparan di atas maka tidak mudah untuk dapat menyimpulkan apa yang dimaksud dengan kejujuran dan apa yang menjadi indikator dari kejujuran tersebut. Suud dan Madjid (2020) menjelaskan bahwa secara umum kejujuran adalah keselarasan antara perkataan dan Tindakan atau ucapan dan kenyataan yang bersumber dari niat dan motivasi dalam diri yang tulus. Ia juga menambahkan ada tiga hal yang menjadi indikator dari kejujuran yaitu; verbal, Tindakan dan situasi. Orang yang jujur akan mengatakan apa yang sebenarnya sesuai dengan peraturan, nilai dan keyakinan yang ia percaya yang muncul dalam perbuatan, perkataan dalam situasi apapun.

 Tabel Dimensi dan Indikator Kejujuran (Suud & Madjid, 2020)

Dimensi

Indikator

Verbal

·         Adanya kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan kejadian yang sesungguhnya

Tindakan

·         Ada kesesuaian antara perbuatan dengan peraturan yang ia tetapkan dan terapkan

·         Adanya kesesuaian antara perbuatan dengan apa yang dijanjikan

Situasi

·         Kesesuaian antara intensi yang ingin dilakukan dengan perbuatan

Dimensi dan indikator di atas dapat disusun menjadi sebuah alat untuk mengindikasikan seberapa jujur atau potensi ketidakjujuran pada seseorang dan Menyusun sebuah strategi pendidikan yang mengembangkan perilaku jujur pada individu baik pada anak – anak, remaja maupun dewasa. Beberapa Teknik mengajarkan kejujuran antara lain:

  1. Penanaman nilai pentingnya kejujuran dapat diberikan melalui cerita sebelum tidur. Berbagi cerita dongeng, cerita dari kitab suci ataupun pengalaman pribadi dapat dibagikan dengan memberikan penekanan pada pentingnya menjadi pribadi yang jujur.
  2. Menjadi contoh bagi anak – anak dan remaja. Meniru dan mencontohkan adalah sebuah metode pembelajaran yang cukup mudah. Seorang anak dan remaja akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Jika orang tua mampu berperilaku konsekuen dan konsisten antara perkataan dan perbuatan, mengakui kesalahan dan menanggung resikonya, menepati janji maka anak akan memperoleh penanaman nilai yang kuat, konrit dan langsung.
  3. Melibatkan anak pada penyelesaian masalah seusai dengan tingkat perkembangan moralnya. Salah satu ciri dari generasi muda saat ini adalah ingin dilibatkan pada situasi dan permasalahan yang sedang terjadi terutama kasus – kasus yang memang erat dengan kehidupan mereka. Dalam pembahasan kasus, dapat menjadi bahan diskusi mengenai apa yang baik, apa yang harusnya dilakukan, apa yang salah dan apa yang tidak perlu dilakukan. Kegiatan – kegiatan diatas juga dapat meningkatkan keterbukaan, rasa percaya dari anak dan orang tua serta sebaliknya sehingga mempererat ikatan dalam keluarga. Sama halnya dengan generasi z, keterlibatan mereka dalam pemecahan masalah dapat membangun rasa percaya dan terbuka pada kelompok, atasan serta organisasinya. Berikan umpan balik pada mereka atas masukan serta usulan solusi yang mereka berikan. Stimulus generasi z untuk menemukan insights pentingnya perilaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi. Jangan ragu untuk memberikan apresiasi atas pendapat – pendapat mereka serta jangan pula ragu untuk meluruskan apa yang masih keliru dari ide kreatif mereka.
  4. Berikan dan percayakan generasi z untuk mengerjakan sebuah proyek yang cukup kompleks dan berpotensi memunculkan indikasi kecurangan di dalamnya (umumnya proyek – proyek yang berkaitan dengan uang) dengan mengacu pada dimensi dan indikator di atas. Pantaulah apa yang akan mereka kerjakan dan bagaimana mereka menghadapi proyek tersebut. Di akhir proyek, mintalah mereka membagikan pengalaman mereka serta poin pembelajaran yang mereka peroleh

Seperti disebutkan di atas, mengukur kejujuran pada calon karyawan di proses rekrutmen awal tampaknya bukan menjamin seorang rekruiter mendapatkan karyawan yang jujur 100%. Namun demikian beberapa upaya untuk menyusun alat ukur kejujuran sebagai deteksi dini karyawan pada proses rekrutmen dapat dilakukan. Salah satu alat atau cara yang bisa dilakukan adalah melalui wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur dengan menggunakan Behavior Event Interview misalnya. Selain itu, dapat pula memberikan soal tes dalam bentuk situational judgment test (SJT).  SJT adalah penilaian psikologi yang digunakan dalam konteks penyaringan pekerjaan untuk melihat bagaimana respon seseorang pada persoalan yang diberikan (Whetzel et al, 2020). Persoalan yang diberikan dapat disajikan dengan cerita atau situasi nyata atau yang mungkin akan dihadapi nantinya. Dalam SJT, persoalan disusun untuk menilai berbagai situasi yang menuntut seseorang harus berperilaku jujur dalam memecahkan masalah yang disesuaikan dengan kondisi dan tantangan pekerjaan yang akan dihadapi nantinya. SJT dapat dinilai lebih realistis dan relevan dibandikan dengan paper and pencil test lainnya untuk menggambarkan kemampuan seseorang, kecenderungan berperilaku dan bertindak dalam menghadapi persoalan – persoalan yang akan dihadapi. Dengan demikian, para rekruiter mengidentifikasi karakteristik calon karyawan yang diharapkan oleh organisasi untuk menjalankan tugas, peran dan tanggung jawab tertentu.

Pada pengerjaan SJT, seseorang akan menyelesaikan sebuah kasus dengan memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Masing – masing pilihan jawaban tersebut memiliki skor yang berbeda. Skor akhir merupakan skor total dari seluruh pengerjaan tes dimana total skor seseorang akan menggambarkan kecenderungan perilaku seseorang misalnya cenderung jujur atau cenderung tidak jujur. Pada penyusunannya, SJT haruslah mengikuti kaidah penyusunan alat ukur seperti perlu diuji validitas, reliabilitas, diujicobakan lalu dapat digunakan. Dengan demikian sebuah alat ukur mendeteksi sikap jujur dapat disusun sesuai konteksnya misalnya untuk konteks pendidikan ataupun organisasi perusahaan.

Referensi:

Chairilsyah, D. (2016). Metode dan Teknik Mengajarkan Kejujuran Pada Anak Sejak Usia Dini. Jurnal EDUCHILD. Vol 5(1). DOI: http://dx.doi.org/10.33578/jpsbe.v5i1.3822

Fazeli, S. A., & . (2018). Honesty as a Foundational Virtue According to Islamic Mystical Ethics: Introduction and Definition. Religious Inquiries, 7(13), 17–33.

Hatmi, A. A., Hatmi, J. A., Sawafi, A. A., Shandodi, A. S., Audeh, Y. (2024). The Value of Honesty in Academic Institutions. International Journal of English and Education. Vol. 13 (1). ISSN: 2278-4012

Hunt, L. W. (2024). Case Studies: Honesty, Transparency, and Democracy', Police Deception and Dishonesty: The Logic of Lying (New York, 2024; online edn, Oxford Academic, 18 Jan. 2024), https://doi.org/10.1093/oso/9780197672167.003.0006, diakses pada 6 Mei 2024.

Medai, E., & Noussair, C. N. (2021). Positive emotion and honesty. Frontier Psychology, 12(694841). DOI: https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.694841.

Suud, F. M. & Madjid, A. (2020). Honesty: A Multidimensional Study as Motivation for National Character Building. Hayula: Indonesia Journal of Multidisciplinary Islamic Study, Vol. 4(1). DOI: https://doi.org/10.21009/hayula.004.1.06 .

Reinhardt, N., Reinhard, M.A., Fathke, G. B. (2023). The Correlation Between Honesty – Humility and Attitude Toward Counterfeit Luxury. Italian Journal of Marketing. DOI: https://doi.org/10.1007/s43039-023-00082-3

Whetzel, D. L., Sullivan, T.S., McCloy, R. A (2020). Situational Judgement Test: An Overview of Development Practices and Psychometric Characteristic.Personnel Assesment and Decisions: Journal at ScholarWorks@BGSU  Vol. 6(1), page 1 – 16. DOI: 10.25035/pad.2020.01.001