ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 24 Desember 2023

 

Tenggelam Dalam Mencintai Diri Sendiri

 

Oleh:

Maria Jane Tienoviani Simanjuntak & Irnawati Jayanti

Prodi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya

 

Berbagai promosi kesehatan mental mengusung tema mencintai diri sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan “Self-love”. Mencintai diri dijelaskan sebagai konsep yang unik oleh masing-masing individu. Lalu, benarkah self-love adalah bentuk narsisme?

 

Konsep narsisme berasal dari seseorang bernama Narcissus pada zaman Mitologi Yunani. Narcissus menolak perhatian, kasih sayang, dan cinta dari orang lain karena dirinya jatuh cinta pada refleksi atau pencerminan dirinya sendiri ketika ia menatap kepada sebuah kolam air (Yakeley, 2018). Berdasarkan cerita tersebut, individu narsisistik cenderung self-centered atau egois, melihat diri mereka sendiri sebagai sosok yang grandiose atau sosok yang mengagumkan, merasa diri mereka berhak untuk mendapat perlakuan istimewa yang berbeda dari orang lain, dan kebanyakan memiliki sifat manipulatif (Grison & Gazzaniga, 2019).

 

Seorang pujangga zaman Yunani, yakni Ovid menciptakan karakter mitologi dalam karyanya. Seorang lelaki tampan dengan citra dingin yang digemari bernama Narcissus. Kecintaannya pada diri sendiri di akhir hidupnya dipercaya menjadi salah satu akar tumbuhnya istilah narsisme sebelum nantinya dipopulerkan oleh Freud (Wedge, 2019). Feist et al. (2018) mengatakan bahwa narsisme merupakan sebuah ciri kepribadian yang ditandai dengan individu yang merasa superior, dikagumi orang lain, dan merasa bahwa dirinya selalu pantas untuk mendapat perlakuan spesial. Manifestasi dari narsisme sering kali diwujudkan dengan usaha mengesankan orang lain hingga mempermalukan pihak selain dirinya. Dengan kata lain, kecintaannya pada diri sendiri menjadikan individu dengan narsisme tak berempati pada orang lain.

 

Narsistik, yang merupakan sebutan bagi individu dengan narsisme, banyak melakukan perbuatannya dengan didasari usaha dalam meraih status. Banyaknya benefit yang didapat ketika status seseorang semakin tinggi membuat keinginan dan usaha dalam meraih hal  tersebut semakin besar. Pun dalam perjalanan meraihnya, ada dari mereka yang tak jarang harus mengorbankan hubungan dengan orang lain. Walaupun, ada juga yang tidak memilih risiko tersebut. Ada yang rela melakukan berbagai cara dan ada pula yang melakukan seperti pada umumnya. Perbedaan setiap individu dalam memilih jalan mana yang diusahakan untuk meraih status tersebut menjadi salah satu hal yang menunjukkan perbedaan narsisme dalam diri seseorang (Grapsas et al., 2020).

 

Ternyata, narsisme memiliki dua bentuk yang berbeda berdasarkan karakteristik yang mendasarinya, yaitu grandiose narcissism dan vulnerable narcissism. Walaupun keduanya sama-sama memiliki pandangan bahwa dirinya adalah pusat perhatian, namun Zajenkowski dan Fronczyk (2020)  mengatakan bahwa grandiose narcissism ditandai oleh individu yang memiliki harga diri tinggi, positive self-image, serta memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan segala hal di sekitarnya sekalipun berisiko buruk. Hal tersebut dilakukan untuk membuat dirinya dihargai orang lain. Adapun seorang vulnerable narcissism lebih menunjukkan karakter yang mudah emosi, rentan, dan teramat sensitif (Zajenkowski & Fronczyk, 2020).

 

Perbedaan bentuk tersebut tak terlepas dari pengaruh beragamnya tipe kepribadian. Salah satu model populer ialah Five-Factor Trait Theory yang diusung oleh Robert R. McCrae dan Paul T. Costa. Five-Factor Trait Theory atau yang kerap dikenal dengan Big Five Personality Theory ini terdiri dari lima dimensi dasar, yaitu Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Feist et al. (2018) mengatakan bahwa kelima faktor tersebut menunjukkan adanya dorongan internal yang berkembang baik dari kondisi biologis yang semakin matang hingga adanya perubahan di lingkungan sekitar. Pola unik tersebut ternyata juga ditemukan pada individu dengan narsisme.

 

Zajenkowski dan Fronczyk (2020) melakukan penelitian dan menghasilkan temuan bahwa individu dengan grandiose narcissism memiliki korelasi yang tinggi dengan tipe kepribadian Extraversion dan Openness, sedangkan vulnerable narcissism berkorelasi positif dengan Neuroticism dan negatif dengan Extraversion. Hal tersebut memperlihatkan bahwa narsisme tipe grandiose cenderung aktif dan talkative serta terbuka dengan hal-hal baru. Lain halnya dengan tipe vulnerable. Jika skor pada jenis tersebut tinggi, maka karakteristik seperti mudah cemas dan emosional sering kali ditemukan dalam diri individu. Karena erat kaitannya dengan kepribadian, maka tak heran jika perilaku tersebut terus berulang dan menjadi pola sehingga narsisme tadi disebut personality trait.

 

Praktik mencintai diri sendiri atau yang sering disebut “self-love” bukan berarti mengarahkan kita pada egoisme dan meninggalkan altruisme. Hal ini justru memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk kembali dekat dengan dirinya sendiri. Tujuannya untuk memahami dan peduli pada kebutuhan diri sendiri, bukan pada keinginan untuk “sempurna” melebihi orang lain. Hidup pada pada akhirnya merupakan proyeksi perjalanan berdamai dengan diri sendiri dan kondisi yang terjadi setiap detik waktu. Perjalanan hidup itu tidak pernah lepas dari orang lain yang menangkap secara utuh bagaimana perlakuan kita pada diri kita. Jika kita terbiasa untuk mencintai dan peduli pada diri sendiri sesuai porsinya, maka hal itu pun akan kita manifestasikan pada hubungan kita dengan orang lain.

 

Referensi:

 

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2018). Theories of personality. In Journal of Intellectual and Developmental Disability (9th Ed., Vol. 4, Issue 5). McGraw-Hill Education. https://doi.org/10.3109/13668257709004322

Grapsas, S., Brummelman, E., Back, M. D., & Denissen, J. J. A. (2020). The “Why” and “How” of Narcissism: A Process Model of Narcissistic Status Pursuit. Perspectives on Psychological Science, 15(1), 150–172. https://doi.org/10.1177/1745691619873350'

Grison, S., & Gazzaniga, M. S. (2019). Psychology in your life (S. L. Snavely, K. Coats, K. Wildurmuth, E. Lohman, E. Sanoussi, V. Reuter, & D. Belfiore, Eds.; third). W. W. Norton & Company, Inc.

Wedge, M. (2019). A brief history of narcissism. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/suffer-the-children/201906/brief-history-narcissism

Yakeley, J. (2018). Current understanding of narcissism and narcissistic personality disorder. BJPsych Advances, 24(5).

Zajenkowski, M., & Fronczyk, K. (2020). How do narcissists perceive personality items? Measurement invariance of a Big Five scale across low and high narcissism groups. Personality and Individual Differences, 152, 1–6. https://doi.org/10.1016/j.paid.2019.109595