Vol. 9 No. 21 November 2023
Ikigai, Meaning seeking and Mindful Parenting
Oleh:
Arie Rihardini Sundari
Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia YAI
Ketidakpastian, kehilangan arah dan tujuan kerap hadir ketika kendala menghadang. Bagi seorang ibu dengan anak berkebutuhan khusus, kendala, masalah atau rintangan perlu disikapi sebagai tantangan yang harus diatasi. Sehingga kondisi dan kejadian yang menggambarkan baik itu kemajuan, stagnansi atau kemunduran perkembangan seorang anak dapat dimaknai sebagai bagian dari pertumbuhan. Belajar dari prinsip Ikigai, yaitu sebuah prinsip hidup orang jepang yang dapat diartikan sebagai “purpose in life” atau “life worth living”, bahwa motivasi untuk menjalani hidup berkelanjutan, salah satunya berasal dari semangat untuk menyambut kedatangan setiap hari baru yang berorientasi pada masa depan, (Kono & Walker, 2020). Berbagai kendala, sejatinya memiliki makna atau arti bahwa itu adalah sebagai bagian dari perkembangan, apabila pilihan yang diambil adalah mengatasi kendala itu untuk setia pada tujuan, sehingga tanpa disadari kita akan berkembang sebagai individu.
Sebagaimana prinsip meaning of life, yang dikemukakan Viktor Frankl, bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih dalam bersikap atau bereaksi terhadap nasib dengan caranya sendiri, jika seseorang tidak dapat mengubah sebuah keadaan, maka yang perlu berubah adalah sikap terhadap keadaan itu. Makna dipergunakan untuk penjelasan dan pemahaman dalam tingkat intelektual, dengan tujuan untuk membangun cara berpikir yang realistis dan adaptif, (Ameli, 2016). Menghayati kebermaknaan hidup akan memperluas perasaan-perasaan positif, (Ho dkk, 2010).
Kerentanan terhadap stres yang dimiliki ibu dengan anak berkebutuhan khusus, dapat diatasi dengan memilih sikap yang tepat dalam menangani stres itu sendiri. Diharapkan untuk tidak berkutat dengan stres, namun mengelolanya agar tidak berkelanjutan. Sehingga perlahan dapat kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Saat anak tantrum karena sedang jenuh atau merasa tidak mampu menyelesaikan tugas, misalnya, kondisi ini berpotensi pada keadaan cemas, stres dan merasa tidak kompeten sebagai ibu. Sehingga perlu segera disadari keadaan yang sedang dialami, menerima apa adanya, menguasai diri sendiri, meregulasi emosi, dan menyikapinya sebagai kondisi normal. Kemudian, bangun keyakinan dalam diri dan berupaya terhubung atau terkoneksi kembali dengan anak kita dan menenangkannya. Latihan mindful breathing (salah satu tekhnik dari mindfulness) berpotensi membuat diri fleksibel terhadap ketegangan yang terjadi setiap kali dihadapkan pada kondisi pencetus panik dan cemas tersebut.
Adalah mindful parenting, keterampilan yang menyediakan sumber daya psikologis yang potensial dalam mengatasi stres pengasuhan, (Kumalasari & Fourianalistyawati, 2020). Mindful parenting dapat membantu orang tua lebih adaptif dalam menghadapi situasi yang menekan sehingga terhindar dari pengaruh negatif akan stres pengasuhan yang dialami. Bagi saya, berupaya melakukan mindful parenting (Kring, 2013), adalah suatu perjalanan meraih kebermaknaan itu sendiri. Menyadari bahwa telah berupaya untuk menjadi orang tua yang ‘good enough’ saat menangani anak, adalah menemukan experiential values, misalnya. Atau mengubah mind set bahwa masalah adalah ruang pertumbuhan pribadi, walaupun sejujurnya berat, namun tetap harus dihadapi, dengan strategi coping yang beragam, adalah menemukan creative values dan attitudinal values. Proses yang butuh perenungan dan penghayatan mendalam, namun bisa dilakukan.
Suntikan pikiran bahwa setiap tindakan memberikan pengaruh yang berbeda setiap hari pada anak, akan mengurangi rasa jenuh pada rutinitas. Bahwa tindakan kecil sekalipun, akan berharga dan bermakna bagi anak. Keyakinan tersebut dapat memperkuat pengkondisian diri saat sedang melakukan tehnik mindful breathing dan atau mindful parenting. Perjuangan ini masih terus berlanjut, dengan sadar dan terus berusaha yang terbaik, bagi diri sendiri sebagai pribadi dan sebagai orang tua. Temukan my ikigai, my meaning.
Referensi:
Ameli, M. (2016). Reason, Meaning, and Resilience in the Treatment of Depression: Logotherapy as a Bridge Between Cognitive-Behavior Therapy and Positive Psychology. Clinical Perspectives on Meaning, Springer International Publishing Switzerland. https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-41397-6_11
Ho, M. Y., Cheung, F. M., & Cheung, S. F. (2010). The role of meaning in life and optimism in promoting well-being. Personality and Individual Differences 48 (2010) 658–663. doi:10.1016/j.paid.2010.01.008. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0191886910000267
Kono, S., & Walker, G. (2020). Theorizing the interpersonal aspect of ikigai ‘(life worth living’) among Japanese university students: A mixed-methods approach. International Journal of Wellbeing, 10(2), 101-123. doi:10.5502/ijw.v10i2.979. www.internationaljournalofwellbeing.org
Kumalasari, D., & Fourianalistyawati, E. (2021). Faktor-faktor Objektif dan Subyektif yang Memprediksi Mindful Parenting pada Ibu di Indonesia. Jurnal Ilmu Keluarga & Konseling, Januari 2021, p : 52-62 Vol. 14, No.1 p-ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/view/31862
Kring, Lisa. (2013). The 5 Main Tenets of Mindful Parenting. https://www.huffpost.com/entry/the-5-main-tenets-of-mindful-parenting_b_4086080