ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 20 Oktober 2023

 Militansi Mahasiswa:

Perspektif Psikologi Sumber Daya Manusia

 

Oleh:

Muhmmad Hadras

Fakultas Psikologi, Universitas Jendral Achmad Yani

 

Mahasiswa sebagaimana kita ketahui bersama adalah pilar utama dalam sistem pendidikan yang menjadi harapan dan kekuatan masa depan. Mereka adalah para pembelajar yang bersemangat dan penuh potensi, yang memainkan peran penting dalam masyarakat, membawa energi, kreativitas, dan semangat perubahan yang kuat. Fungsi mahasiswa sangat luas dan beragam. Mahasiswa menjelajahi berbagai disiplin ilmu, memperdalam pengetahuan, dan mengasah keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi kompleksitas perkembangan zaman. Mereka adalah penjaga api pengetahuan yang sudah semestinya terus menyala, menjaga warisan intelektual dan berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Bukan hanya itu, mereka juga menjadi suara dan kekuatan perubahan yang mendorong perbaikan dalam masyarakat. Mereka mengangkat isu-isu sosial yang relevan, berpartisipasi dalam gerakan dan protes yang memperjuangkan keadilan, kesetaraan, hak asasi manusia, dan isu-isu kemanusiaan lainnya. Mahasiswa adalah garda terdepan dalam memperjuangkan perubahan yang positif dan banyak lagi kontribusi positif mahasiswa yang patut mendapatkan apresiasi.

 

Militansi mahasiswa

Selama ini ketika mendengar kata militansi maka umumnya akan dikaitkan dengan prinsip militer. Konsep teori militansi melibatkan pemahaman tentang sifat, karakteristik, dan strategi gerakan militan dalam berbagai konteks. Teori militansi melibatkan analisis terhadap gerakan politik atau sosial yang ditandai oleh intensitas, komitmen, dan keberanian yang tinggi dalam mencapai tujuan mereka. Konsep ini mencakup pemahaman tentang motif, strategi, dan taktik gerakan militan dalam memperjuangkan perubahan sosial dan politik (Fanon, 1963).

 

Dalam gambaran yang lebih luas, mahasiswa adalah penjaga api peradaban. Mereka mewarisi nilai-nilai, pengetahuan, dan budaya yang telah diperoleh dari generasi sebelumnya kemudian dengan niat baik, tanggung jawab dan kesadaran terhadap pentingnya perubahan positif, mahasiswa menjadi agen perubahan yang membawa harapan dan impian untuk masa depan yang lebih baik.

 

Militansi mahasiswa adalah fenomena yang melibatkan peran aktif dan militan dari para mahasiswa dalam berbagai gerakan sosial, politik, dan advokasi. Pada konteks ini, militansi merujuk pada semangat juang dan keberanian untuk memperjuangkan perubahan sosial yang diinginkan sebagaimana cita cita luhur pendiri bangsa ini.

 

Peran mahasiswa dalam militansi sangat penting karena mereka adalah agen perubahan di tengah masyarakat. Mahasiswa memiliki akses terhadap pengetahuan dan pemikiran yang lebih luas, serta energi dan semangat yang tinggi untuk memperjuangkan isu-isu penting. Dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa telah memainkan peran kunci dalam berbagai peristiwa penting seperti revolusi politik, advokasi hak asasi manusia, perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi, serta gerakan lingkungan hidup. Mahasiswa menjadi suara bagi mereka yang tidak memiliki platform atau kekuatan untuk menyuarakan aspirasi mereka sendiri.

 

Perspektif Psikologi SDM

Militansi mahasiswa dapat dijelaskan secara implisit sebagai hasil dari interaksi antara faktor-faktor psikologis dan lingkungan yang mempengaruhi perilaku dan sikap mahasiswa terhadap gerakan atau organisasi militan. Aspek psikologi yang menarik untuk didiskusikan dalam kerangka ilmiah terkait konteks dalam militansi mahasiswa yaitu:

 

Pertama, mahasiswa yang memiliki dorongan untuk bergabung dengan kelompok, kemungkinan telah mengembangkan identifikasi kuat dengan nilai-nilai dan tujuan yang diemban oleh kelompok atau organisasi tersebut. Identifikasi ini bisa muncul dari rasa kesamaan nilai, tujuan, atau pandangan politik, ini disebut sebagai identifikasi dan afiliasi kelompok (Robbins, 2017 ).

 

Kedua, dalam konteks kampus, adanya tekanan sosial dan dorongan untuk berpartisipasi dalam gerakan militan dari kelompok sebaya atau lingkungan sekitar dapat mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas militansi, ini disebut pengaruh sosial.

 

Ketiga, Mahasiswa yang memiliki sikap kritis terhadap otoritas atau sistem yang ada cenderung lebih mungkin untuk menjadi militan karena mereka merasa perlu untuk menentang atau melawan struktur sosial yang dianggap tidak adil dan semena mena, ini disebut sikap terhadap otoritas dan konformitas (Jasper, 1997).

 

Keempat, Mahasiswa yang percaya bahwa aksi militan dapat mencapai perubahan yang diinginkan atau memperbaiki situasi sosial mungkin merasa lebih termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan atau gerakan tersebut, ini disebut motivasi dan harapan.

 

Kelima, Militansi mahasiswa juga dapat dipengaruhi oleh bagaimana mereka mengelola emosi mereka terkait kemarahan, frustrasi, atau perasaan tidak puas terhadap kondisi sosial. Jika mereka tidak dapat mengelola emosi ini secara sehat, mereka mungkin cenderung memilih jalur militansi sebagai saluran untuk ekspresi mereka, ini disebut kecerdasan emosional (Goleman, 1995).

 

Keenam, Keterampilan pengendalian diri dan impuls juga dapat mempengaruhi militansi. Mahasiswa yang memiliki kendali diri yang baik cenderung lebih mampu menilai dampak dari tindakan militan dan mengatasi godaan untuk bertindak secara impulsive, ini disebut Kontrol diri.

 

Mahasiswa merupakan generasi muda yang penuh dengan energi, kreativitas, dan semangat untuk belajar. Mereka memiliki potensi besar untuk menjadi tenaga kerja yang berkualitas di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi para psikolog yang aktif dibidang sumber daya manusia untuk memahami dan mengembangkan riset mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan, minat dan motivasi mahasiswa.

 

Sebagai kesimpulan, militansi mahasiswa merupakan bagian integral dari proses demokratisasi dan perubahan sosial. Peran mahasiswa sebagai agen perubahan tidak boleh diabaikan apalagi dikecam. Meski demikian, semua hal tentulah butuh pengorbanan dan penting bagi mahasiswa untuk tetap menjaga keselamatan dalam memperjuangkan tujuan mereka dengan cara yang legal, damai, dan bertanggung jawab.

 

Jadi, berilah apresiasi dan hargai peran mahasiswa sebagai pembelajar, agen perubahan, jembatan antara dunia akademik dan industri, pilar kehidupan kampus, dan inspirasi generasi muda. Dalam perjalanan mereka, mahasiswa jelas membawa semangat revolusi dan inovasi, keberanian, serta semangat perubahan. Mahasiswa adalah kekuatan penting yang membentuk dan memajukan masyarakat yang plural menuju kemajuan yang lebih baik. Menggerakkan dan memimpin masyarakat menuju masa depan yang gemilang.  Menggapai Indonesia maju dan sejahtera.

 

Reference:

 Fanon, F. (1963). The Wretched of the Earth. . New York: Grove Press.

Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.

Jasper, J. M. (1997). Protest: A Cultural Introduction to Social Movements. Polity Press.

Robbins, S. P. (2017 ). Fundamentals of Management.10th Edition. . London: Pearson Education, Inc.