ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 16 Agustus 2023
Eyes Closed: Proses Penerimaan Kehilangan
Oleh:
Sandra Handayani Sutanto
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
I pictured this month a little bit different, no one is ever ready
And when it unfolds, you get in a hole, oh, how can it be this heavy?
Everything changes, nothing's the same, except the truth is now you're gone
And life just goes on
So I'm dancin' with my eyes closed
'Cause everywhere I look, I still see you
And time is movin' so slow
And I don't know what else that I can do
So I'll keep dancin' with my
-Eyes Closed by Ed Sheeran
Lagu yang dibawakan oleh Ed Sheeran berjudul Eyes Closed berkisah tentang kehilangan salah satu sahabatnya Jamal Edwards (Veloso, 2023). Lagu ini mengisahkan betapa sulitnya Ed sebagai kawan untuk menerima kenyataan bahwa Jamal telah tiada dan ia harus meneruskan kehidupannya. Sebagai reaksi awal ia seolah melihat sobatnya di mana pun hingga berusaha untuk menghilangkan perasaan kehilangan dengan kegiatan lain. Lalu, bagaimana dinamika dalam proses penerimaan kehilangan? Strategi apa yang kita bisa lakukan untuk sampai dalam tahapan penerimaan?
Penerimaan dalam Kehilangan
Berduka merupakan bentuk emosional dan psikobiologis yang umumnya terjadi saat kehilangan orang yang dicintai, dan disertai berbagai reaksi seperti kerinduan yang menyakitkan hingga berbagai reaksi emosi, fisik dan juga kognitif (Gegieckaite & Kazlauskas, 2022). Perasaan kehilangan ini perlu untuk diproses sebelum pada akhirnya berujung pada penerimaan, seperti yang dinyatakan dalam tahapan berkabung bahwa penerimaan merupakan tahap terakhir dalam kedukaan setelah melalui berbagai tahapan sebelumnya, seperti penyangkalan, marah, tawar menawar dan depresi (Kübler-Ross & Kessler, 2009).
Sebagai bagian dari tahapan duka, penerimaan dipersepsikan mewakili keseimbangan emosional—rasa kedamaian batin dan ketenangan yang dialami dengan melepaskan usaha untuk mendapatkan kembali apa yang hilang, dalam hal ini orang yang telah berpulang (Prigerson & Maciejewski, 2008). Penerimaan berkebalikan dengan kedukaan dan beberapa fiturnya, termasuk kesedihan yang mencerminkan ketidakmampuan untuk menerima kehilangan sesuatu/orang yang disayangi.
Penerimaan dari sisi kognitif dan emosi
Prigerson & Maciejewski (2008) membagi penerimaan dalam duka menjadi dua buah yaitu penerimaan secara kognitif dan penerimaan secara emosional. Penerimaan secara kognitif diartikan sebagai sebuah pemahaman atau mengenali kondisi saat ini. Pada pasien dengan penyakit terminal, mereka mengalami penerimaan secara kognitif setelah membicarakan preferensi dengan dokter yang merawat. Dengan cara yang sama, orang yang mengalami kedukaan bisa melakukan hal yang serupa, seperti membicarakan mengenai perasaan kehilangan. Sedangkan penerimaan secara emosional lebih dikaitkan dengan perasaan saat ini dengan berkurangnya rasa takut dan mengalami dukungan emosi. Secara singkat, ketika kita sudah sampai pada tahap menerima secara kognitif dan afektif, maka hal tersebut akan membantu kita merencanakan masa depan hingga memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Penerimaan dan strategi
Tentu saja tidak semua individu memiliki kapasitas untuk menerima kehilangan dengan tenang, walaupun memiliki keinginan untuk mengarahkan dirinya pada hal tersebut, seperti yang dialami oleh Ed saat kehilangan Jamal. Prigerson & Maciejewski (2008) menyarankan untuk memperbesar derajat penerimaan dan mengurangi kedukaan. Gupta (2022) memberikan beberapa strategi untuk mencapai penerimaan :
1. Ingatlah bahwa penerimaan memerlukan waktu. Berkabung merupakan hal yang menyakitkan dan memerlukan waktu. Saat kita bisa menerima kehilangan, akan ada waktunya kita kembali marah atau sedih kembali, sehingga prosesnya akan back and forth.
2. Melakukan ritual. Ritual tertentu yang bermakna mungkin bisa membantu proses kehilangan dan pada akhirnya melepaskan, misalnya menabur bunga atau berziarah.
3. Kelilingi diri dengan orang-orang terkasih. Saat berduka, kelilingi diri dengan sanak keluarga dan teman dekat yang bersedia memahami daripada menarik diri atau mengisolasi. Dengan mengijinkan mereka mendekat, akan membantu yang berduka untuk mendapatkan dukungan sosial dan emosional.
4. Fokus pada hal positif. Penting untuk berfokus pada aspek positif seperti kenangan yang membahagiakan (dengan orang yang telah berpulang), pembelajaran yang didapat, segal hal yang kita miliki saat ini, dan juga keberanian/resiliensi yang ditampilkan.
5. Mulai melihat ke masa depan. Saat merasa diri mulai siap, cobalah untuk memikirkan dan merencanakan masa depan. Mungkin awalnya kita akan merasa bersalah atau sedih, tapi pada akhirnya kita akan bisa menerimanya.
Sebagai penutup, perasaan kehilangan dan penerimaan pada akhirnya akan menjadi satu bagian dari proses kehidupan yang kita jalani. Pilihan ada di tangan kita, apakah kita siap melepas dan memiliki penerimaan yang utuh?
Grief is a healthy emotion, and it’s healthy to embrace it.
By accepting loss, we clarify our values and the meaning of our lives.
-Dean Koontz
Referensi:
Gegieckaite, G., & Kazlauskas, E. (2022). Fear of death and death acceptance among bereaved adults: Associations with prolonged grief. OMEGA-Journal of Death and Dying, 84(3), 884–898.
Gupta, S. (2022, June 27). What to know about the acceptance stage of grief. Verywellmind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/the-acceptance-stage-of-grief-characteristics-and-coping-5295854
Kübler-Ross, E., & Kessler, D. (2009). The five stages of grief. Library of Congress Catalogin in Publication Data (Ed.), On Grief and Grieving, 7–30.
Prigerson, H. G., & Maciejewski, P. K. (2008). Grief and acceptance as opposite sides of the same coin: setting a research agenda to study peaceful acceptance of loss. The British Journal of Psychiatry, 193(6), 435–437.
Veloso, L. (2023, May 5). Ed Sheeran’s eyes closed lyrics are a poignant tribute to his late-friend. Style Caster. Retrieved from https://stylecaster.com/entertainment/music/1390717/eyes-closed-ed-sheeran-lyrics/