ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 13 Juli 2022

Menjaga Pertemanan:

Bagaimana Tetap Akrab Dengan Sahabat Yang Berada Di Tempat Jauh

 

Oleh:

Sri Fatmawati Mashoedi & Eko A Meinarno 

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

 

Pengantar 

Manusia memiliki kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang lain (need for affiliation). Salah satu relasi manusia adalah pertemanan. Teman adalah hubungan antarpribadi antara dua orang yang saling memberi manfaat dan saling menghargai (Devito, 2018). Pertemanan yang sangat dekat/intim biasa disebut dengan sahabat (Wisnuwardhani & Mashoedi, 2012). Dalam situasi pandemi COVID-19, banyak pertemanan yang tidak bisa saling jumpa secara fisik. Walaupun jarak antara seseorang dengan temannya hanya beberapa rumah saja, namun dalam situasi pandemi COVID-19 membuat pertemanan mereka menjadi seperti “berjarak” antarpulau atau antarbenua.

 

Banyak hal yang membuat pertemanan menjadi terpisahkan. Misalnya, seorang anak harus berpisah dengan sahabatnya karena ia mengikuti orang tua yang ditugaskan ke kota lain. Atau, seseorang harus berpisah dengan teman-teman kuliahnya karena ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studinya ke luar negeri, dan lain-lain. Keterhubungan dengan orang lain pada dasarnya merupakan kebutuhan yang alami dan sangat penting bagi kebutuhan psikologis manusia, maka menjadi penting menjaga pertemanan agar tetap akrab walaupun terpisahkan oleh jarak. 

 

Fenomena yang terjadi

Bayangkan bila kita tidak memiliki teman, maka kita akan kehilangan kesempatan hal-hal seperti: berbagi suka dan duka dengan orang lain, saling terbuka, saling percaya, saling menjaga, dan melalui kegembiraan bersama seseorang dalam kehidupan ini. Miller dkk. (2017) mengemukakan ada lima ciri pertemanan yang baik, yaitu saling menghormati, saling percaya, tanggap, mendukung, dan dapat merasakan kesenangan atau pun kesedihan teman (empati). Dimilikinya ciri-ciri ini, bukan jaminan bahwa pertemanan seseorang akan dapat terus terjaga.

 

Tentunya kita menginginkan agar pertemanan kita dapat langgeng. Namun, perubahan lingkungan dan perubahan diri manusia dapat memberikan kontribusi bagi merenggangnya sebuah pertemanan. Misalnya, seorang pelajar SMA yang memilih melanjutkan kuliah di kota/negara yang berbeda dengan tempat asalnya, ia menjadi berpisah dengan teman-temannya. Sebagai mahasiswa di suatu tempat yang baru, ia harus beradaptasi baik dengan sistem belajar di perguruan tinggi maupun dengan lingkungan barunya. Selain harus menyesuaikan diri, ia sendiri pun seiring berjalannya waktu mengalami perubahan-perubahan sebagai konsekuensi dari pengembangan diri atau pun aktualisasi dirinya. Tidak mengherankan bila ia kemudian menjadi “sedikit” melupakan temannya di tempatnya yang lama karena kesibukannya.

 

Memudarnya sebuah ikatan pertemanan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini: (a) alasan-alasan yang melandasi suatu pertemanan telah meluntur, (b) pertemanannya sekarang lebih besar penderitaannya dibanding kesenangannya, (c) ada orang baru yang lebih memberikan manfaat/kebaikan/kesenangan/kecocokan, (d) hambatan dalam komunikasi. Pada poin terakhir inilah yang sering membuat keterpisahan jarak menjadi penyebab merenggangnya sebuah pertemanan. 

 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi komunikasi sangat membantu kelancaran komunikasi jarak jauh. Komunikasi digital membuat “jarak” seolah-olah kini tidak menjadi halangan lagi bagi seseorang yang ingin berkomunikasi dengan temannya, di manapun ia berada. Namun, seseorang dalam berkomunikasi juga memerlukan kepekaan dalam menangkap pesan-pesan nonverbal yang disampaikan. Kepekaan ini sering menjadi sulit saat kita berkomunikasi sebatas “layar” ponsel/laptop/komputer. Banyak pesan-pesan nonverbal menjadi tidak tertangkap oleh satu dan lainnya. Misalnya, karena tidak bertatap muka secara langsung, maka satu dan yang lainnya tidak menangkap bahwa temannya sesungguhnya sedang lelah dan butuh istirahat. Gestur atau pun bahasa tubuhnya menjadi kurang tertangkap. Hal ini dapat memicu kesalahpahaman, misalnya merasa temannya tidak antusias atau tidak semangat bercakap-cakap dengannya. Bila hal ini berlangsung terus maka dapat ditafsirkan temannya sudah tidak suka lagi bersahabat dengannya.

 

Cara merawat pertemanan jarak jauh

Menyiasati agar jarak tidak merenggangkan pertemanan atau persahatan kita, maka berikut merupakan cara yang dapat dilakukan:

1.  Keterbukaan dan empati

Komunikasikan dengan teman bagaimana kondisi kita. Sadari bahwa manusia selalu berubah. Fahamilah bahwa teman kita sekarang memiliki kesibukan atau pun perubahan arah minatnya. Oleh karenanya, beradaptasi dan berempatilah dengan sosok teman kita yang sekarang.

 

2.  Kepercayaan dan jujur

Kepercayaan dapat dibangun bila satu dan lainnya jujur. Dengan kejujuran, maka ikatan pertemanan akan memberikan rasa aman sehingga menunjang keterbukaan satu dengan lainnya. Bila kita sedang sibuk atau tidak punya waktu untuk mendengarkan “curhat” dari teman, maka katakan dengan bijak bahwa saat ini sedang tidak memungkinkan untuk berkomunukasi. Terlebih bila ada perbedaan zona waktu yang jauh, misalnya sampai enam jam. Bisa saja di tempatnya pagi hari, namun di tempat temannya masih malam hari. Namun, perlu juga dipertimbangkan tingkat urgensi “curhat”nya. Bila sangat penting sekali, bahkan berkaitan dengan nyawa maka teman harus rela berkorban meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan teman.

 

 

3.  Komunikasi secara rutin

Lakukan komunikasi efektif secara rutin. Sepakati bersama kapan saat yang nyaman untuk kedua belah pihak berkomunikasi. Sekarang teknologi komunikasi sudah sangat membantu, kita bisa melakukan percakapan digital misalnya melakukan panggilan video (video call), atau melakukan kegiatan rekreasi bersama secara daring seperti nonton bareng secara virtual.

 

Pertemanan yang sehat, walaupun terpisah jarak, adalah sesuatu yang harus diusahakan. Dengan memiliki teman atau sahabat, maka dapat menunjang kesehatan psikologis individu.

 

 

Referensi:

 

Devito, J. A. 2018. Human Communication The Basic Course. Ed 14th. New York: Pearson.

 

Miller, R. S., Perlman, D., & Brehm, S. S. 2017. Intimate Relationships. Ed 8th. New York: McGraw Hill Education.

 

Wisnuwardhani, D., Mashoedi, S. F. 2012, Hubungan Interpersonal, Jakarta: Salemba Humanika.