ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 13 Juli 2022

Dari Masker Sampai Minyak Goreng Yang Sempat Langka, Apa Saja Faktor Pemicu Panic Buying ?

 

Oleh : 

Empi Wanda Hamidah, Fajar Nurisa Khoirini, & Alvin Eryandra

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

 

Istilah panic buying mulai tidak asing sejak terjadinya pandemi covid-19. Banyak tajuk utama berita, koran maupun infografis yang menyebutkan terjadi kelangkaan alat kesehatan seperti masker dan handsanitizer karena diborong oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan barang-barang tersebut menjadi langka. Panic buying seringkali diidentikkan dengan situasi bencana. Namun, pada awal tahun 2022, ketika situasi pandemi membaik dan menuju normal, sempat terjadi kelangkaan bahan pokok yaitu minyak goreng. Salah satu penyebab kelangkaan ini adalah akibat sikap pembelian konsumen diluar kebiasaan, yaitu membeli dalam jumlah yang lebih banyak dan menimbun untuk stok kebutuhan.

 

Apa itu panic buying?

Panic buying merupakan bagian didalam telaah perilaku konsumen, yaitu bagaimana konsumen bereaksi sebagai bentuk respon atas perubahan harga barang maupun jasa yang diperlukan (Handoko & Swasta, 2008; Shadiqi et al., 2021). Lebih lanjut lagi, (Billore & Anisimova, 2021) memaparkan bahwa panic buyingmerupakan perilaku pembelian dalam rangka mengantisipasi adanya perubahan situasi yang berbeda. Jadi,panic buying terjadi ketika konsumen hendak membeli suatu barang yang diperlukan atau dibutuhkan, tidak semata-mata membeli barang tak berguna.

 

Sebagai contoh, ketika awal pandemi covid-19 terjadi, orang-orang membutuhkan masker dan handsanitizer untuk melindungi diri agar tidak terpapar virus. Sehingga, banyak orang yang membeli dalam jumlah besar untuk persediaan. Akibatnya, terjadi kelangkaan produk masker serta handsanitizer di pasaran. Pada fenomena langkanya minyak goreng pun demikan. Ketika terjadi kenaikan harga minyak goreng pada paruh akhir 2021 sampai memasuki 2022 akibat harga minyak dunia naik (Catriana & Djumena, 2021), situasi ini menyulitkan masyarakat, karena kebutuhan konsumsi dan jual beli terganggu. Maka pemerintah memberikan solusi berupa subsidi minyak goreng dengan harga jauh lebih murah. Perubahan situasi ini pun menimbulkan respon konsumen berupa panic buying, antrian panjang terjadi di toko-toko dan konsumen berupaya membeli minyak goreng murah lebih banyak karena takut akan kenaikan harga di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, baik masker maupun minyak goreng, keduanya dibeli untuk diambil manfaatnya namun tidak sebagai keinginan belaka.

 

Apa faktor yang memicu panic buying?

Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis maupun lingkungan (Widyastuti, 2020). Oleh karena itu, panic buying dipicu oleh lingkungan sekitar serta faktor-faktor psikologis dalam diri konsumen. Seperti halnya pandemi covid-19 yang mendasari segala macam perubahan menimbulkan rasa takut maupun terancam. Sehingga timbulah respon perilaku, salah satunya sikap panic buying sebagai perilaku pembelian. Demikian pula pada minyak goreng, perubahan harga memicu persepsi ketakutan akan kelangkaan maupun khawatir akan ketidakmampuan membeli dalam diri konsumen, dan terjadilah panic buying.

 

Adapun (Muchlis Gazali, 2020; Shadiqi et al., 2021) menyebutkan dalam hasil penelitianya beberapa faktor pemicu panic buying, antara lain :

a.         Kebutuhan

Kebutuhan akan suatu barang, mendorng konsumen melakukan pembelian barang tersebut. Begitupula kebutuhan-kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan rasa aman, mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

 

b.         Harga

Harga yang berubah melambung naik menjadi ancaman bagi konsumen yang memerulukan suatu barang. Ketika terdapat harga yang murah, konsumen cenderung akan memilih harga yang lebih murah (Shout et al., 2011).

 

c.          Paparan media

Ketidakakuratan dan tidak meratanya informasi yang diperoleh dari media, baik itu media cetak maupun media online dapat mendorong panic buying. Terutama informasi terkiat ketidakstabilan situasi yang berkaitan dengan kondisi dan harga barang yang diperlukan.

 

d.         Ketidakpastian

Perubahan situasi yang terjadi seringkali diiringi informasi yang beragam, sehingga menimbulkan persepsi ketidakpastian dalam diri seseorang.

 

e.         Konformitas

Panic buying seringkali menjadi perilaku berkelompok. Dipicu karena melihat pembeli lain melakukan hal yang sama, maupn karena tetangga sekitar melakukan hal demikian.

 

f.           Persepsi kelangkaan

Anggapan suatu produk yang diperlukan sedang langka, mendorong konsumen melakukan keputusan pembelian panic buying.

 

g.         Ketakutan & kecemasan

Perubahan kondisi dianggap mengancam sehingga timbul perasaan cemas dan takut. Proses psikologis ini amat berpengaruh pada keputusan pembelian yang dilakukan konsumen.

 

h.         Stress

Respon stress bisa mendorong perilaku yang tidak diperlukan. Seperti halnya, anggapan langka dan situasi mengancam menjadikan konsumen melakukan panic buying, yang justru menimbulkan masalah baru, yaitu membuat produk semakin langka di pasaran.

 

Bagaimana dampaknya?

Secara umum, panic buying menimbulkan kelangkaan suatu produk. Sehingga berdampak pada semakin sulitnya kebetuhan terpenuhi. Peran masyarakat dalam bersikap, serta peran pemerintah dalam menentukan kebijakan amatlah penting untuk menangani perubahan situasi yang berkaitan dengan konsumsi atau pembelian produk, agar informasi yang tersebar akurat, masyaraka tetap tenang dan mampu mengontrol diri, serta kebutuhan dapat terpenuhi tanpa melakukan pembelian dalam jumlah besar diluar yang diperlukan.

 

 

Referensi:

 

Billore, S., & Anisimova, T. (2021). Panic buying research: A systematic literature review and future research agenda. International Journal of Consumer StudiesFebruary, 777–804. https://doi.org/10.1111/ijcs.12669

 

Catriana, E., & Djumena, E. (2021, November 27). Penyebab Harga Minyak Goreng Terus Naik Hingga2022.[ Halaman Web]. Diakses dari  https://www.kompas.com/wiken/read/2021/11/27/193000281/penyebab-harga-minyak-goreng-terus-naik-hingga-2022?page=all

 

Handoko, T. H., & Swasta, B. (2008). Perilaku Konsumen. In sc.syekhnurjati.ac.id. http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214122220893.pdf

 

Muchlis Gazali, H. (2020). Labuan Bulletin of International Business &Finance the covid-19 pandemic: factors triggering panic buying behaviour among consumers in malaysia. In jurcon.ums.edu.my (Vol. 18). https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/lbibf/article/view/2690

 

Shadiqi, M. A., Hariati, R., Fadhli, K., Hasan, A., Noor, I., & Istiqomah, W. Al. (2021). Panic buying pada pandemi COVID-19 : Telaah literatur dari perspektif psikologi19(02), 131–141. https://doi.org/10.7454/jps.2021.15

 

Widyastuti, P. (2020). Analisis Keputusan Pembelian: Fenomena Panic Buying dan Service Convenience (Studi Pada Grocery Store di DKI Jakarta). Proceeding SENDIU, 583–591.