ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 21 Nov 2021

Semongko…Bagi Keluarga di Masa Pandemi Covid-19

 

Oleh:

Lisbet Kristina Purba

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Semongko dan Pandemi

Jargon “Tarik Sis Semongko” mendadak menjadi viral dan banyak diucapkan temasuk dicover para netizen di TikTok.Semongko. Semongko mungkin identik dengan nama buah semangka. Semangka dalam bahasa gaul merupakan singkatan dari kalimat “semangat kak” atau “semangat kakak”. Ada pula yang berpendapat jika kata "Semongko" adalah kepanjangan dari "Semangato Sampek Bongko” yang dalam Bahasa Indonesia diartikan “Semangatlah Sampai Mati”. Intinya adalah kata Semongko atau Semangka digunakan untuk memberikan semangat  (Pradita, 2020)

Pandemi Covid-19 melanda dunia, memberikan dampak besar untuk kehidupan. Salah satu institusi sosial yang paling terdampak di masa pandemi Covid-19 adalah institusi keluarga, baik secara ekonomi, psikologis, kesehatan dan lainnya. Banyak keluarga yang mengalami putus asa karena kehilangan pekerjaan, karena anggota keluarganya terinfeksi virus Covid-19, komunikasi menjadi buruk karena intensitas perjumpaan dll. 

 

Sebagai satuan paling inti dalam sebuah masyarakat, keluarga di masa pandemi Covid-19 ini menghadapi sebuah revolusi yang tidak pernah diduga sebelumnya. Meskipun demikian, banyak keluarga yang sampai hari ini masih terus berharap situasi akan kembali kepada keadaan semula  (Jahidin, 2020).

Peran keluarga makin terasa dan kita kembali ke lingkup terkecil dan yang sangat berharga, yaitu keluarga. Keluarga adalah sumber kebahagiaan dan keceriaan, pusat cinta dan kasih sayang yang senantiasa menopang semangat kita. Keluarga adalah perisai dalam menghadapi segala persoalan.

 

Harapan

Kepribadian manusia merupakan suatu hal yang unik yang dianugerahkan oleh Tuhan. Salah satunya manusia diberikan sebuah harapan guna untuk mencapai tujuannya. Harapan ini seperti jalur yang telah dibuat untuk menggapai apa yang diinginkan. Menyatakan  harapan  adalah  keseluruhan  dari  kemampuan yang dimiliki  individu  untuk  menghasilkan  jalur  mencapai  tujuan  yang  diinginkan, bersamaan dengan motivasi yang dimiliki untuk menggunakan jalur-jalur tersebut. (Synder, 2000)  

Harapan juga dapat berarti sebagai bentuk situasi persilangan yang berhubungan secara positif dengan harga diri, kemampuan menyelesaikan masalah, mengendalikan pemikiran, optimisme, kecenderungan positif dan harapan positif.  (Snyder2007)

 

Aspek-aspek harapan

Menurut Synder (1994) aspek-aspek dalam harapan yaitu:

a.         Tujuan (goals)

Tujuan merupakan obyek, pengalaman atau hasil yang dibayangkan dan diinginkan dalam pikiran individu. Hal tersebut merupakan sesuatu yang individu inginkan untuk didapatkan atau dicapai, individu ingin mengalami, mendapatkan, menciptakan ataupun menjadikan keinginannya menjadi kenyataan. Tujuan tersebut dapat berupa sesuatu yang bersifat sederhana. Tujuan tersebut juga bervariasi, dalam arti persepsi individu mengenai kemungkinan untuk mencapai sesuatu, bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi. Dalam hal ini, individu yang memiliki harapan tinggi cenderung untuk membuat tujuan yang meningkat sedikit demi sedikit dari tujuan yang telah dicapai.

 

b.         Keinginan kuat (willpower)

Willpower merupakan energy mental yang menggerakan  individu untuk berfikir penuh dengan harapan dan mengarahkan individu menuju tujuan yang ingin dicapai. Willpower merupakan sesuatu yang menentukan dan mempertahankan serta membantu individu ketika bergerak menuju arah tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, willpower dapat menggerakkan persepsi individu bahwa ia mampu untuk berinisiatif dan mempertahankan perilaku yang mengarah pada tujuan yang diinginkan.

 

c.         Jalan keluar (waypower)

Waypower merupakan rencana mental atau peta jalan yang dapat mengarahkan cara individu untuk dapat berfikir penuh dengan harapan. Waypower menunjukkan rute dimana individu harus berjalan dari satu tempat menuju tujuan yang diinginkan. Waypower merupakan kapasitas mental yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.

 

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek- aspek harapan terdiri dari 3 aspek, yaitu tujuan (goal) bahwa penderita memilki  harapan, pasti memiliki tujuan untuk tetap hidup, keinginan kuat (willpower) ialah seberapa kuat keinginan yang diterapkan pada diri individu dalam mencapai harapan dalam hidupnya, dan jalan keluar (waypower) ialah menentukan bagaimana cara untuk mencapai harapan dalam hidupnya.

 

Seberapa penting

Harapan (Hope) juga menjadi salah satu kajian khusus dalam bidang psikologi positif. Dengan harapan, setiap orang mampu memaksimalkan potensi dan mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

 

Synder, Irving, dan  Anderson  (dalam  Snyder,  2000)  menyatakan  harapan  adalah  keadaan termotivasi  yang  positif  didasarkan  pada  hubungan  interaktif  antara  agency (energi  yang  mengarah  pada  tujuan) dan  pathway  (rencana  untuk mencapai tujuan). Harapan adalah suatu mental yang positif yang akan meningkatkan kemampuan seorang individu untuk mencapai tujuan di masa depan.

 

Keluarga diharapkan menjadi sumber yang selalu menyemangati, menghidupkan, memelihara dan memantapkan serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam menghadapi persoalan yang terjadi. Keluarga Indonesia harus tetap semangat dan jangan putus asa. Kita harus yakin bisa melewati masa-masa sulit, semangat  dengan menyatukan hati Nurani kita dan menyemangatkan kita agar tidak mudah menyerah, seperti Jargon Semongko, “Semangat sampai Mati”. Maksudnya ialah memiliki harapan dan optimisme.

 

Mulai dari keluarga untuk keluarga.

Menjaga pikiran positif, yakni dengan tetap bahagia dan optimistis, menjadi salah satu kunci dalam menghadapi masa sulit selama pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Satgas Penanganan Covid-19 menyarankan masyarakat menghindari stres untuk mempertahankan daya tahan tubuh. Menjaga pikiran positif merupakan langkah penting mencegah penularan virus corona, selain harus tetap mematuhi protokol kesehatan.

 

Perasaan optimistis, juga penting untuk menjaga harapan hidup. Reaksi yang "tidak normal" terhadap situasi krisis, seperti bencana atau pandemi, bisa berdampak positif jika diakui sebagai kondisi yang wajar. Sebab, optimisme di tengah situasi krisis bisa tumbuh apabila seseorang terlebih dahulu mengakui semua perasaan yang muncul (Idhom, 2020).

 

 

Referensi:

 

Jahidin, A (2020). Pandemi dan Revolusi Keluarga. Diakses pada 25 Agustus 2020 (https://news.detik.com/kolom/d-5145453/pandemi-dan-revolusi-keluarga)

 

Idhom, M (2020). Alasan Bahagia dan Optimistis Penting saat Pandemi Covid-19 (https://tirto.id/alasan-bahagia-dan-optimistis-penting-saat-pandemi-covid-19-f6S3)

 

Pradita, J. (2020). Tahukah Anda : Asal Usul Jargon Tarik Sis Semongko. Diakses pada 31 Oktober 2020 (https://faktualnews.co/2020/10/31/tahukah-anda-asal-usul-jargon-tarik-sis-semongko/240651/)  

 

Snyder, C. R. (2000). Handbook of hope: theory, measures & applications. New York.: Igded Maternad.

 

Snynder, CR. (1994). “Psycology of hope: Yau can Get There From Here”. New York: The free Press.