ISSN 2477-1686
Vol. 6 No. 18 September 2020
Sukses Mendampingi Anak Belajar Mandiri di
Masa Pandemi
Oleh
Krishervina Rani Lidiawati
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
Masa pandemi COVID 19 masih belum berakhir, sekolah pun masih dilakukan melalui daring. Wabah ini tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi tapi juga pendidikan. Ada kebiasaan baru yang perlu dibangun yaitu belajar di rumah secara online atau melalui daring. Lalu apakah belajar online dapat dijalankan di rumah anda? Banyak orang tua yang mengeluh dan merasa lelah dengan kondisi saat ini. Berdasarkan survey singkat dari 114 orang tua tentang hambatan proses belajar di rumah selama pandemi ini, terdapat beberapa hambatan yang kerapkali dihadapi orang tua. Dalam survey ini orang tua dapat memberikan jawaban lebih dari satu hambatan proses belajar di rumah. Adapun hambatan pertama tertinggi yaitu anak-anak mengalami kesulitan berkonsentrasi, hal ini dikeluhkan oleh 95 orang tua atau sekitar 66%. Selanjutnya, 37 orang tua mengeluhkan anak-anak menjadi malas atau kurang termotivasi belajar, 26 orang tua mengeluhkan anak-anak sulit diatur, lingkungan rumah yang tidak kondusif (21 orang tua), jaringan internet kurang stabil (35 orang tua), fasilitas sarana-prasarana (23) dan hal-hal lain terkait kondisi orang tua bekerja. Hambatan-hambatan ini tentu membuat proses belajar tidak maksimal selama pembelajaran di rumah.
Kondisi pembelajaran di rumah saat ini memang tidak bisa maksimal hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua bekerja juga di rumah sehingga mengalami kesulitan dalam membagi tugas antara pekerjaan, mengerjakan pekerjaan rumah dan juga mendampingi anak belajar. Dari 144 orang tua yang mengisi survey ini 80% merupakan pekerja dan memiliki anak usia sekolah yang peru untuk didampingi dalam belajar atau belum mampu belajar secara mandiri. Oleh karena itu orang tua perlu meluangkan waktunya dan memberikan perhatian khusus dalam proses pembelajaran anaknya sehari-hari.
Tentu hal ini tidak mudah, pendidikan merupakan proses belajar dan mengajar. “Proses” artinya butuh waktu dan tenaga untuk mengerjakan proses tersebut. Proses belajar itu seharusnya dibangun oleh siswa itu sendiri bukan oleh guru, guru hanya menjadi fasilitator atau sebagai pemberi bimbingan. Memang Budaya pendidikan di Indonesia belum terbiasa, namun banyak juga sekolah-sekolah yang telah menerapkan “student center”. Artinya muridlah yang terlibat aktif dalam pembelajaran, karena pada hakekatnya proses pembelajaran haruslah berpusat pada siswa. “Lalu bagaimana cara orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah?”
Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dan dipahami tentang “Belajar di rumah”
§ Bangun Rutinitas
Kita perlu menyamakan persepsi bahwa anak-anak sedang belajar di rumah, artinya rutinitas yang seperti biasanya dilakukan di sekolah harus tetap dijalankan meski anak di rumah. Membangun rutinitas merupakan ciri regulasi diri yang baik dan diperlukan agar anak mampu secara mandiri mengatur waktu dan bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. Belajar mandiri di rumah juga melatih anak untuk mampu melakukan perencanaan, monitoring dalam proses belajar dan menetapkan tujuan belajarnya hal ini disebut juga Self-Regulated Learning (SRL). SRL dapat membantu anak untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik, salah satunya dengan menerapkan strategi SRL seperti melakukan membuat jadwal belajar, melakukan pengulangan belajar, meningkatkan motivasi intrinsic dan melakukan evaluasi hasil belajar (Wolters, Pintrich, & Karabenick, 2005). Membangun rutinitas dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti misalnya bangun pagi, mandi, sarapan, memakai seragam pun harus dilakukan. Hal ini mengkondisikan diri bahwa mereka harus tau saat ini sedang waktunya belajar. Semuanya ada waktunya, terjadwal, dan perlu konsisten agar menjadi kebiasaan.
§ Biarkan anak memiliki waktu belajar dan bermain dengan seimbang
Adanya jadwal belajar dan bermain pun perlu dilakukan agar kondisi mental anak terjaga (Santrock, 2018), “waktu belajar ya belajar, waktu main ya main, waktu makan ya makan”. Demikian orang tua tidak diperkenankan mengganggu anak pada saat jam belajar atau sedang sekolah. Misalnya orang tua menyuruh anak untuk melakukan kegiatan lain seperti menyuruh mengambil pesanan atau paket di pos satpam, meminta anak mengerjakan pekerjaan rumah pada saat belajar, atau kondisi lain yang mengganggu anak menjadi tidak kondusif untuk belajar. Selain itu, penting untuk diberikan waktu kepada anak untuk beristirahat sejenak. Di sekolah ada waktu mereka belajar dan berhenti sejenak untuk istirahat demikian bisa di terapkan ketika anak belajar di rumah. Beberapa orang tua mungkin mengeluh lebih banyak istirahatnya daripada belajar, namun dalam kondisi ini diperlukan anak agar tetap senang menjalani hari-hari yang jenuh karena tidak bisa bebas bertemu dengan orang lain.
§ Berikan lingkungan kondusif agar anak dapat belajar
Bukan hanya menyediakan ruang belajar, atau tempat khusus untuk mereka belajar namun kondisi secara emosi juga perlu di perhatikan. Hindarkan dari suara kebisingan seperti obrolan kerja, apalagi pertengkaran anda dengan pasangan, urusan bisnis, dll
Relakan waktu anda menonton TV, serial drama atau apa pun yang membuat anak berpaling dari belajar ke hal lain. Sediakan waktu untuk mendampingi anak untuk hal-hal yang tidak bisa ia lakukan sendiri. Misalnya untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah, teman, membutuhkan fasilitas, kesulitan yang dihadapi anak terkait materi yang diajarkan.
§ Berikan, ciptakan “moment” yang menyenangkan untuk anak
Kondisi saat ini dibutuhkan suasana yang nyaman dan kondisi emosi yang positif atau menyenangkan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan membangun relasi secara emosional orang tua dengan anak seperti memberikan kasih sayang, perhatian yang cukup sesuai bahasa kasih yang diperlukan. Misalnya dengan di peluk, di cium, di puji, diberikan makanan sehat, tidur cukup, pola hidup sehat tetap di jaga, diberikan waktu khusus hanya untuk mendengarkan perasaan mereka, berceloteh dst. Buatlah banyak memori yang menyenangkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat sukses mendampingi anak belajar di rumah:
1. Kenali Diri Anda
Memiliki self-awareness merupakan bagian kecerdasan emosi. Orang tua perlu mengenali emosi yang dirasakan sehingga dapat mengelolanya dengan baik (Olawoyin, 2018). Mengenali diri artinya, anda tau apa yang anda sedang rasakan, pikirkan dan ingin dilakukan. Misalnya, anda sedang merasa kesal lalu memaksa anak belajar. Hal ini mungkin bisa terjadi ketegangan bukan karena anak tidak mau belajar namun karena anda sedang kesal dengan orang lain, pekerjaan. Orang yang mengenali dirinya, perasaannya membantu untuk berempati kepada orang lain termasuk anak anda. Jika sedang marah, kesal maka anda perlu menenangkan diri terlebih dahulu
2. Kenali Anak Anda
Kenali gaya belajar anak, apakah lebih efektif dengan visual, auditori, kinesthetic, atau cukup dengan membaca, menulis catatan. Hal ini guna membantu mencari efektif agar anak belajar sesuai. Selain itu penting untuk mengenali kondisi emosi dan fisik anak juga dapat membantu anak merasa di hargai, dia sedang kecewa, sedang sedih karena tidak bisa bermain keluar, tidak bertemu dengan teman-teman, sudah pingin jalan-jalan. Orang tua yang memahami kondisi anak merupakan ciri orang tua yang memiliki empati yang merupakan bagian dari kecerdasan emosi
3. Kenali Materi
Anak anda sedang belajar apa? Butuh fasilitas apa? Sarana yang membantu seperti apa? Gunting, kertas, bacaan, atau video, aplikasi belajar apa yang dibutuhkan anak. Materi anak TK dan SD mungkin akan lebih mudah di pahami, kalau anaknya tambah besar mungkin perlu di fasilitasi dengan adanya internet dan komputer atau laptop.
4. Kenali kegiatan yang menyenangkan untuk anak dan anda
Berikan waktu bermain dan ajak melakukan kegiatan menyenangkan bersama di rumah. Memulai dan mengakhiri dengan hal yang menyenangkan membantu anak mengasosiasikan belajar itu menyenangkan, ini biasa di pakai di sekolah. Bernyanyi bersama di awal kelas dan di akhir kelas, ada ice breaking dst. Itupun perlu diberikan di rumah, bercanda sejenak dan kemudian melanjutkan tugasnya.
KESIMPULAN
Proses belajar mandiri di masa pandemi ini mungkin tidak mudah namun tetap berlangsung jika orang tua juga mau berproses menjadi orang tua yang cerdas dalam mengelola emosi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengenali dirinya sendiri sehingga mampu juga menerima dan mengenali emosi yang dirasakan anak-anaknya (Kotaman, 2016). Selagi ada kesempatan untuk belajar di rumah, gunakan kesempatan ini agar mereka dapat meneladani anda sebagai orang tua yang cerdas dalam mengelola emosi. Hal ini juga merupakan usaha menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak, sehingga proses belajar di rumah dapat berjalan dengan baik. Selain itu, perlu disadari anak-anak juga membutuhkan waktu bermain, istirahat dari rutinitas belajar dan pola hidup yang sehat. Semua ada waktunya, ada waktu untuk bermain, ada waktu untuk belajar dan ada waktunya proses ini menjadi moment yang indah untuk dikenang.
“happy parents raise happy children”
REFERENSI:
Kotaman, H. (2016). Turkish prospective early childhood teachers’ emotional intelligence level and its relationship to their parents’ parenting styles. Teacher Development, 20(1), 106–122. https://doi.org/10.1080/13664530.2015.1101391
Santrock, J.W. (2018). Educational psychology (6th ed). New York, NY: McGraw-Hill.
Olawoyin, R. (2018). Emotional Intelligence: Assessing Its Importance in Safety Leadership. Professional Safety, 63(08), 41–47.
Wolters, C. A., Pintrich, P. R., & Karabenick, S. A. (2005). Assessing Academic Self-Regulated Learning. What Do Children Need to Flourish? Conceptualizing and Measuring Indicators of Positive Development, 2003(April), 251–270. https://doi.org/10.1007/b100487