ISSN 2477-1686

 

Vol.6 No. 04 Februari 2020

Program Kabar Baik : Bentuk Ungkapan Syukur Pendengar Radio

 

Oleh

Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Beberapa minggu terakhir saya mendengarkan sebuah program radio yang cukup menarik di pagi hari. Program ini berjudul Kabar Baik, yang disiarkan sebelum jam 6.30 pagi. Pada program ini, pendengar radio yang memiliki kabar baik akan menghubungi pihak radio dan nantinya dihubungi oleh stasiun radio untuk secara live menyampaikan kabar baik kepada pendengar yang lain. Isi kabar baik pun sangat beragam mulai dari tagihan bisnis yang akhirnya cair, suami-istri yang akan bersatu kembali setelah menjalani pernikahan jarak jauh, sembuh dari sakit, mendapat pekerjaan baru, positif hamil, pembukaan cabang usaha baru, dan lain-lain. Kabar baik tersebut mendatangkan kegembiraan bukan hanya bagi yang mengalaminya tapi juga bagi pendengar yang lain, termasuk saya.

 

Ungkapan Syukur

Kabar baik yang dibagikan bisa dipandang sebagai sebuah ungkapan syukur dari pendengar radio tersebut. Gratitude atau ungkapan syukur didefinisikan sebagai respons emosional terhadap suatu pemberian, berupa bentuk apresiasi yang dirasakan dengan menunjukan apresiasi tersebut setelah seseorang menerima tindakan altruis dari orang lain (Emmons, 2005). Selain itu ungkapan syukur juga seringkali didefinisikan sebagai emosi positif yang dirasakan saat individu menerima dampak positif dari pihak lain dalam kehidupannya (Watkins, 2014). Untuk program kabar baik, ungkapan syukur yang diteruskan kepada orang lain merupakan reaksi positif dari suatu peristiwa tertentu, yang saat diteruskan kepada pendengar lain juga turut memengaruhi suasana positif para pendengar program tersebut.

 

Mengapa perlu bersyukur?

Di tengah semua permasalahan yang kita alami tiap hari, mengapa kita masih perlu bersyukur? Compton & Hoffman (2013) merangkumkan beberapa alasan kita perlu bersyukur :

1.    Orang yang bersyukur menjadi lebih berbahagia, karena bersyukur erat kaitannya dengan kebahagiaan

2.    Bersyukur akan mengembangkan kepribadian yang sehat, menurunkan stress dan depresi (Emmons & McCullough, 2003)

3.    Rasa syukur juga diyakini akan bermanfaat dalam mempertahankan dan meningkatkan relasi sosial seperti persahabatan dan keterlibatan romantis.

4.    Jika dihubungkan dengan emosi positif, maka rasa syukur erat kaitannya dengan kepuasan hidup yang lebih tinggi, optimisme, dan emosi negatif yang lebih rendah

 

 

 

Bagaimana cara bersyukur?

Rasa syukur bukan sesuatu yang mudah dilakukan dalam kehidupan kita, karena—jika mau jujur—kita lebih sering mengeluh dan merasa kurang. Terkadang kehidupan kita merupakan daftar kegiatan dan juga emosi yang cukup sulit untuk dipandang sebagai hal yang positif apalagi disyukuri. Namun demikian rasa syukur bisa dilatih dengan beberapa cara sebagai berikut :

1.    Menyambut hari dengan penuh rasa syukur. Jika selama ini kebiasaan yang kita lakukan adalah membuka handphone saat membuka mata dan terbangun dari  tidur, maka Anda bisa memulai kebiasaan dengan menemukan 5 hal yang membuat kita bersyukur saat terjaga di pagi hari. Ungkapan syukur bisa meliputi baju yang akan digunakan saat pergi kerja, kasur yang nyaman digunakan, sinar matahari pagi yang menerobos jendela, suara burung di luar jendela, nafas kehidupan dll

2.    Menuliskan rasa syukur dalam jurnal syukur. Hasil penelitian menyatakan menyimpan rasa syukur dalam bentuk tulisan atau menuliskan dengan rutin rasa syukur akan menghasilkan keuntungan psikologis dan emosi. Dengan meluangkan waktu untuk memikirkan hal-hal yang perlu disyukuri dan menuliskannya beberapa kali dalam seminggu, efek yang positif diyakini akan terjadi.

3.    Membuat pilihan dan perubahan. Dalam hidup kita selalu memiliki kesempatan untuk melihat segala sesuatu dari persepsi tertentu. Belajarlah untuk mengubah fokus dengan memiliki perspektif untuk hal-hal yang kita syukuri daripada mengeluhkan atau menghitung hal-hal yang kurang kita miliiki dalam hidup.

4.    Bersyukur dengan melakukan pemberian. Dengan memberi maka kita menyadari bahwa kita memiliki kelebihan yang bisa dibagikan. Saat memberi maka kita juga melakukan kebaikan kepada diri kita sendiri. Tindakan memberi bisa dilakukan dengan terlibat dalam kerja sukarela (volunteer work), melakukan pelayanan atau pro bono, dan tindakan yang bertujuan untuk menyalurkan kebaikan.

Dalam program kabar baik, pendengar yang mengalami kebaikan meneruskan kebaikan tersebut dengan membagikan tersebut dengan pendengar yang lain.

 

Setelah memahami rasa syukur, masihkah kita akan mengeluh atau mulai menghitung hal-hal baik –yang patut disyukuri—dalam kehidupan kita?

 

 

Life is better when you cry a little, laugh a lot

and thankful for everything you’ve got. -unknown

 

Referensi :

 

Compton, W.C., & Hoffman, E. (2013). Positive psychology : The science of happiness and flourishing (2nd ed.). Belmont, CA : Wadsworth Cengage Learning.

 

Emmons, R. A. (2005). Emotions and Religion. In : Handbook of the psychology of religion and spirituality. Paloutzian, R. F. (Ed.), Park, C.L. (Ed.). New York, NY : Guilford Press.

 

Emmons, R.A., & McCullough, M.E. (2003). Counting blessings versus burden :    Experimental studies of gratitude and subjective well-being in daily life. Journal of Personality and Social Psychology, 84, 377-389.

 

Fournier, D. (Oct 1, 2018). The making of grateful mind. Retrieved from : https://www.psychologytoday.com/us/blog/mindfully-present-fully-alive/201810/the-making-grateful-mind

 

Watkins, P.C. (2014). Gratitude and The Good Life: Toward A Psychology of Appreciation. Chaney, WA: Springer.