ISSN 2477-1686  

   Vol.5 No. 14 Juli 2019

 

Dampak Negatif Game Online Bagi Anak

Oleh

Nikie Rizka Eagle Oktasella

Fakultas Psikologi, Universitas YARSI

Tren Game Online Pada Anak-Anak

Dunia anak-anak merupakan dunia bermain. Maka merupakan hal yang wajar jika anak-anak sangat menyukai waktu bermain. Bermain tidak hanya merupakan kegiatan yang bersifat hiburan tetapi juga dapat menambah wawasan seperti melatih kemampuan bahasa, melatih logika, melatih kerjasama, mengembangkan imajinasi, stimulasi otak, dan sebagainya (Soedarso, 2016). Pada masa modern seperti saat ini, anak-anak banyak menggemari game online yang sangat beragam jenisnya. Game online merupakan salah satu bentuk hiburan digital berbasis internet yang sangat diminati, dan menjadi tren gaya hidup yang sangat disukai berbagai kalangan termasuk anak-anak. Anak-anak bahkan dapat bermain game online seharian dan sering bermain dalam jangka waktu lama (lebih dari tiga jam) (Ameliya, 2008).

Dampak Game Online

konsumsi game online yang terlalu berlebihan dapat berdampak negatif pada anak di antaranya adalah malas melakukan aktifitas lain, kurang bersosialisasi dengan masyarakat, melupakan orang terdekat disekitarnya, gangguan pada mata, keluarnya kata kasar, dan sebagainya  (baliglobal.sch, 2016). Game online juga dapat menyebabkan anak bersifat acuh tak acuh terhadap lingkungan sosialnya dan bahkan mengabaikan dunia nyata karena kesenangan dalam dunia maya yang bisa berakibat pada sikap agresif yang ditunjukan oleh anak (Musthafa, 2015). Kecanduan game online bukan hanya berdampak pada perilaku anak tetapi juga mempengaruhi kesehatan fisiknya. Anak yang terlalu banyak bermain game beresiko mengalami gangguan pendengaran, pengelihatan, insomnia, bahkan gangguan perkembangan otak. Sehingga dalam hal ini, peran orangtua sangat diperlukan untuk membatasi waktu bermain anak-anak. Karena kesalahan fatal yang sering dilakukan orangtua adalah memberi kebebasan dan tidak membatasi waktu bermain game online pada anak.

Selain itu, bermain game tanpa pengawasan orangtua juga dapat berdampak negatif terhadap anak, karena tidak semua game aman untuk dimainkan oleh anak. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya game-game yang mulai dilarang untuk dimainkan karena membawa dampak negatif terhadap anak seperti berperilaku agresif dan mengikuti hal yang tidak baik pada game tersebut, seperti berkelahi dan sebagainya (Tumanggor, 2018). Lebih jauh dari itu, Game online banyak mengandung adegan kekerasan baik secara verbal atau pun non verbal yang akan menjadi contoh buruk untuk perkembangan anak terutama pada perilaku anak tersebut. Menurut Tumannggor (2012), jika anak bermain game yang terdapat kekerasan di dalamnya seperti Point Blank, PubG, crossfire dan sebagainya. Anak akan meniru perilaku dan mempraktekan kepada teman nya.

Menurut pakar psikologi Douglas Yahudi dan Craig Anderson (2009 dalam Ananda, 2015), menunjukkan bahwa ada kemungkinan kekerasan dalam game online memungkinkan memiliki efek lebih kuat menimbulkan agresi terhadap anak dibandingkan dengan pengaruh media terdahulu. Menurut Anderson, Gentle, dan Buckley (2007 dalam Keken & Benni, 2011), menuturkan bahwa perilaku agresif yang muncul dapat bersifat verbal, fisik atau kekerasan, dan relasi. Agresif verbal adalah agresif berbentuk perkataan yang menyakitkan secara verbal seperti cacian - cacian atau kata-kata kotor akibat isi yang ada di dalam permainan. Kemudian agresif fisik atau kekerasan adalah jenis perilaku agresif yang paling banyak terjadi setelah pemain bermain game. Sedangkan agresif secara relasi adalah kerusakan hubungan atau relasi sosial berupa perasaan ditolak dari lingkungan, persahabatan, atau pelibatan pada kelompok tertentu. Sifat dari game itu sendiri adalah sebagai penghibur, tetapi jika terlalu berlebihan menjadikan anak bertingkah laku agresif seperti menjadi pemarah, senang memberontak, berkata kasar jika dinasehati atau bahkan bisa memukul (Ananda,  2015). Hasil penelitian Yang (2005 dalam Winsen, 2012) pada siswa yang mengalami kecanduan internet di Korea menunjukkan bahwa siswa dengan kecanduan internet akan mudah dipengaruhi oleh perasaan, emosional, kurang stabil, imajinatif, tenggelam dalam pikiran, mandiri, bereksperimen, dan lebih memilih keputusannya sendiri (Cao & Su, 2006 dalam  Winsen, 2012).

Penangangan Bagi Pecandu Game Online

Terhadap anak yang mengalami ketergantungan pada game online dapat dilakukan penanganan  internet ialah pemain menjaga waktu bermain dengan singkat tetapi sering dan menerapkan jadwal untuk bermain internet termasuk game dengan ini akan memberikan perasaan pemain  berada dalam kontrol. Dengan demikian pemain juga dapat melakukan aktivitas lain selain bermain game online. Dukungan kehidupan sosial pemain di kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh untuk penanganan ketergantungan internet (Young, 1999 dalam Winsen 2012). Sehingga orang tua dan lingkungan sekitar mutlak turut serta membantu anak-anak yang sedang mengalami kecanduan game online ini.

Referensi:

Ameliya, S. (2008). Pelatihan asertif training untuk mereduksi perilaku adiksi Online Game pada remaja (Skripsi dipublikasikan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Andini, W. C., & Upahita, D. (2018, Agustus 20). Apa Itu Fisioterapi dan Bagaimana Prosedur Perawatannya?. Hellosehat. Diunduh dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/fisioterapi-adalah-fisioterapi-anak/.

Elly. (2015, September 4). Fisioterapi, solusi gangguan motorik anak. Kaltim prokal. Diunduh dari http://kaltim.prokal.co/read/news/242765-fisioterapi-solusi-gangguan-motorik-anak.

 

Masya, H., & Candra, D. A. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku gangguan kecanduan game online pada peserta didik kelas x di madrasah aliyah al furqon prabumulih tahun pelajaran 2015/2016. KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal)3(2), 97-112.

 

Musthafa, A. E., Ulfa, N. S., Herieningsih, S. W., & Pradekso, T. (2015). Pengaruh intensitas bermain game online dan pengawasan orang tua terhadap perilaku agresif anak. Interaksi Online11(3).

 

Sanditaria, W. (2012). Adiksi bermain game online pada anak usia sekolah di warung internet penyedia game online jatinangor sumedang. Students e-Journal1(1), 32.

 

Soedarso, N. (2016, Novemeber 29). Manfaat positif bermain game bagi anak. Binus. Diunduh dari https://dkv.binus.ac.id/2016/11/29/manfaat-positif-bermain-game-bagi-anak/.

 

SMK TI Bali Global Jimbaran. (2016). Efek Negatif Game Online. Diunduh dari https://baliglobal.sch.id/blog/efek-negatif-game-online/.

 

Tumanggor, A.. (2018). Inilah 16 Game Yang Dilarang Untuk Anak-Anak Diantaranya  Mobil Legend, Berikut Dampaknya. Tribun News. http://medan.tribunnews.com/2018/02/05/inilah-16-game-yang-dilarang-untuk-anak-anak-di-antaranya-mobil-legenda-berikut-dampaknya

 

Vanri, K. F., & Hasbiyalloh, B. Y. (2011). Games online dan katarsis virtual (Studi kasus dengan analisis psikoanalisis freud pada kecenderungan permainan game interaktif point blank dan second life). ULTIMA Comm3(2), 35-54.

 

Zepe. (2017, Juli 4 ). Inilah sejarah puzzle dan manfaat edukatid bermain puzzle bagi anak usia Paud. Dunia Belajar Anak. Diunduh dari https://www.duniabelajaranak.id/inilah-sejarah-puzzle-dan-manfaat-edukatif-bermain-puzzle-bagi-anak-usia-paud/