ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 15 Agustus 2022

Stigma Masyarakat Terhadap Pasien Ganguan Skizofrenia 

 

Oleh:

Nur Jannah, Rinjani Hilma Ajbi, Rofiqoh Fadhliyah & Hesty Yuliasari

Program Studi Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Sosial

Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

 

Menurut Keliat dalam (Pardede & Hasibuan 2019), skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Hartanto, Hendrawati, & Sugiyorini, 2021). Salah satu permasalahan dalam merawat pasien gangguan jiwa adalah stigma sosial yang dapat menghambat penyembuhan dan menyebabkan kekambuhan. Memberikan dan menerapkan strategi implementasi kolaboratif diharapkan dapat mengurangi stigma. Stigma lingkungan negatif yang melekat pada pasien gangguan jiwa tidak hanya mengisolasi pasien dari  lingkungan, tetapi juga membebani keluarga secara psikologis sehingga menghambat kesembuhan pasien (Hartanto dkk., 2021).

 

Dalam sejarah, stigma ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan Manusia atau masyarakat. Pada waktu itu dalam masyarakat prasejarah atau primitif, diyakini bahwa semua penyakit disebabkan oleh kekuatan supranatural (Sulistriyorini dkk, 2013). Dari penjelasan tersebut, stigma dan opini masyarakat mempengaruhi sikap dan pengobatan individu dengan gangguan jiwa skizofrenia. Berdasarkan penelitian (Pitayanti & Hartono, 2020) bahwa beberapa orang memiliki sikap negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa, hasilnya adalah: Pengetahuan masyakat terhadap  penerimaan pribadi dengan orang yang menderita penyakit mental. Menurut Isak (2015) dalam proses kesembuhan, penderita skizofrenia membutuhkan caregiver untuk mendukung, merawat, dan memenuhi kebutuhan pasien skizofrenia, keluarga sebagai pendamping serta perawat juga sangat berpengaruh terhadap kekambuhan penderita skizofrenia. Daya dukung yang buruk berpengaruh pada pasien skizofrenia sehingga memiliki enam kali lipat mengalami kekambuhan dibandingkan keluarga yang memiliki dukungan baik (Pardede & Hasibuan, 2019).

 

Skizofrenia mungkin masih asing bagi kebanyakan orang, tetapi skizofrenia tidak hanya sering dikaitkan dengan demensia. Banyak orang cenderung dianggap gila dan membutuhkan perawatan di rumah sakit jiwa. Padahal, pasien harus mendapat pengobatan yang tepat untuk sembuh dari penyakitnya. Namun, menurut garis besar psikiatri Kaplan dan Sadock dalam (Pitayanti & Hartono, 2020) skizofrenia adalah gangguan otak yang disebabkan oleh ketidakseimbangan sel-sel kimia dopaminergik di otak. Skizofrenia dapat menyerang siapa saja, ditandai dengan hilangnya sensasi dan respons emosional, serta penarikan diri dari hubungan interpersonal yang normal. Biasanya, delusi (keyakinan salah) dan halusinasi (persepsi tanpa stimulasi sensorik) mengikuti. Misi komunitas tidak hanya menempatkan anggotanya dalam perawatan psikiatri ketika seseorang sakit jiwa, tetapi untuk menyambut pasien yang kembali dari perawatan psikiatri dan untuk menyambut komunitas. Operasi, dan yang terpenting, kali ini di rumah sakit jiwa. Dalam hal ini, pengobatan terbaik adalah beberapa bentuk dukungan keluarga untuk mencegah penyakit datang kembali. Kurangnya sosialisasi skizofrenia yang tepat menyebabkan kurangnya pengetahuan umum tentang bagaimana mengelola penyakit, yang mengakibatkan penyalahgunaan pasien (Pitayanti & Hartono, 2020).

 

Pada dasarnya stigma positif ini dapat bermanfaat bagi pasien dan keluarga dalam memberikan dukungan baik materi maupun non materi terhadap kemungkinan terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Dukungan sosial masyarakat kepada keluarga juga dapat meningkatkan perilaku positif oleh keluarga kepada pasien gangguan jiwa dalam memberikan perawatan. Pada dasarnya stigma positif ini dapat bermanfaat bagi pasien dan keluarga dalam memberikan dukungan baik materi maupun non materi terhadap kemungkinan terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Dukungan sosial masyarakat kepada keluarga juga dapat meningkatkan perilaku positif oleh keluarga kepada pasien gangguan jiwa dalam memberikan perawatan. Stigma positif ini dapat bermanfaat bagi pasien dan keluarga dalam memberikan dukungan baik materi maupun non materi terhadap kemungkinan terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Dukungan sosial masyarakat kepada keluarga juga dapat meningkatkan perilaku positif oleh keluarga kepada pasien gangguan jiwa dalam memberikan perawatan.

 

Jadi skizofrenia merupakan gangguan mental dimana pasien mengalami ketiadkmampuan dalam bersosial masyarakat. Akan tetapi dalam proses penyembuhannya, pasien skizofrenia membutuhkan dukungan sekitarnya. Oleh karena itu masyarakat bahkan keluarga harus mempunyai pengetahuan dan memahami tentang skizofrenia untuk menghilangkan persepsi negatif, karena tindakan menjauhi bahkan penolakan di masyarakat atau keluarga bisa menyebabkan relaps bagi pasien yang sedang menjalani penyembuhan.

 

 

Referensi:

 

Hartanto, A. E., Hendrawati, G. W., & Sugiyorini, E. (2021). Pengembangan strategi pelaksanaan masyarakat terhadap penurunan stigma masyarakat pada pasien gangguan jiwa. Indonesian Journal for Health Sciences, 5(1), 63. https://doi.org/10.24269/ijhs.v5i1.3249

 

Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019). Dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia. Idea Nursing Journal, 10(2), 21–26.

 

Pitayanti, A., & Hartono, A. (2020). Sosialisasi penyakit skizofrenia dalam rangka mengurangi stigma negatif warga di desa tambakmas kebonsari-madiun. Journal of Community Engagement in Health, 3(2), 300–303. http://jceh.orghttps//doi.org/10.30994/jceh.v3i2.83