ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 1 Jan 2022

Berkebun Sebagai Sarana Mengatasi Stress Selama Pandemi Covid-19

 

Oleh

Ahmad Fadhil

Universitas Negeri Padang

 

Hampir dua tahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Hingga 20 Agustus 2021, tercatat hampir 4 juta kasus positif dengan angka kematian hingga 100 ribu jiwa (WHO, 2021). Untuk mencegah penyebaran Covid-19, banyak kebijakan diterapkan seperti lockdown, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), karantina wilayah, phisycal distancing, dan masih banyak lagi. Namun, kebijakan ini menimbulkan dampak negatif lain, salah satunya krisis kesehatan mental. Survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (2020) dan penelitian yang dilakukan oleh Li et al. (2020) menemukan bahwa terdapat tiga masalah psikologis utama yang terjadi selama pandemi Covid-19, yaitu kecemasan, depresi, dan trauma psikologis.

 

Krisis kesehatan mental di masa pandemi muncul karena kebijakan seperti lockdown, PSBB, dan sebagainya telah menyebabkan perubahan yang sangat signifikan. Perubahan tersebut merupakan stressor yang harus dihadapi. Sehingga, kemampuan manajemen dan koping stres sangat dibutuhkan. Apabila seseorang tidak mampu untuk mengelola stres yang ia alami, maka orang tersebut akan sangat rentan untuk mengalami berbagai masalah fisik maupun psikologis. Jovanovic, Lazaridis, dan Stevanofic (2006) mengemukakan bahwa stres memiliki gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik terdiri dari sakit kepala, kurang tidur, gangguan pencernaan, keringat pada malam hari, hilangnya gairah seksual, kehilangan nafsu makan dan berat badan, serta ketegangan otot. Gejala psikologis berupa kecemasan, peningkatan emosi negatif, gangguan memori, depresi, frustrasi, kelelahan, dan resiko penggunaan obat-obatan. 

 

Stres juga dialami oleh pelajar. Stres yang dialami pelajar umumnya berkaitan dengan stres akademik akibat perubahan aktivitas belajar yang signifikan. Stres akademik dapat menyebabkan penurunan prestasi akdemik karena memburuknya kondisi kesehatan pelajar dan kurangnya keterlibatan dalam kegiatan kelas (Carton & Goodboy, 2015; Marshall et al., 2008; Stallman, 2010). Sehingga manajemen dan koping stres yang efektif sangat diperlukan untuk menghadapi hal tersebut. Salah satu hal yang dapat dilakukan selama pandemi Covid-19 guna mencegah munculnya masalah psikologis adalah berkebun.

 

Berkebun merupakan kegiatan yang memiliki banyak manfaat bagi fisik maupun psikologis, serta sangat mudah untuk dilakukan. Kemajuan teknologi dalam bidang pertanian mampu memberikan kemudahan bagi setiap orang yang ingin berkebun tanpa perlu memikirkan lahan perkebunan. Sehingga berkebun dapat menjadi salah satu kegiatan yang bermanfaat untuk dilakukan selama pandemi Covid-19.

 

Manfaat berkebun selama pandemi telah terbukti mampu meningkatkan kesehatan fisik dan juga psikologis. Corley et al. (2020) menemukan bahwa tingginya frekuensi kegiatan berkebun selama lockdown, berkorelasi positif terhadap kesehatan fisik, emosional dan mental, serta meningkatnya kualitas tidur pada orang-orang yang memiliki resiko tinggi tertular Covid-19. Penelitian lain menyebutkan bahwa menghabiskan waktu di kebun dan ruang terbuka hijau mampu meningkatkan well-being dan mencegah munculnya dampak negatif stresor seperti gejala kecemasan, stres, dan depresi (Beyer et al., 2014; de Bell et al., 2020; Marselle et al., 2019; van den Berg et al., 2015). Oleh karena itu, semakin banyak ruang hijau disekitar tempat tinggal, maka semakin baik pula kesehatan mental seseorang. Bahkan, manfaat dari ruang hijau dapat dirasakan dari jarak 1 hingga 3 KM jauhnya (Maas et al., 2006).

 

Pemanfaatan ruang hijau untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis, telah lama digunakan di layanan kesehatan. Ruang hijau yang didesain dengan baik dapat membantu penyembuhan penyakit pasien yang berkaitan dengan pelepasan stres dan hipertensi (Riaz et al., 2010). Banyaknya manfaat yang diperoleh dari ruang hijau disebabkan oleh kemampuan ruang hijau dalam memberikan ketenangan atau efek relaksasi. Relaksasi sendiri terbukti mampu meningkatkan kesehatan mental dan fisik karena saling berhubungan. 

 

Mental yang sehat sangat dibutuhkan dalam masa pandemi Covid-19. Mental yang sehat mampu mencegah dan menghambat perkembangan suatu penyakit serta meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Sehingga, sangat penting bagi masyarakat Indonesia, terkhusus kelompok yang rentan terhadap Covid-19 untuk menjaga kondisi kesehatan mentalnya selama pandemi. Salah satu cara yang cenderung mudah dilakukan serta memberikan banyak manfaat adalah dengan berkebun. Dimana berkebun mampu meningkatkan kembali intensitas aktivitas fisik selama pandemi dan mampu menciptakan ruang hijau yang berguna untuk meningkatkan well-being yang menjadi salah satu prediktor dari sehat mental.

 

 

Referensi:

 

Beyer, K. M. M., Kaltenbach, A., Szabo, A., Bogar, S., Javier Nieto, F., & Malecki, K. M. (2014). Exposure to neighborhood green space and mental health: Evidence from the survey of the health of wisconsin. International Journal of Environmental Research and Public Health11(3), 3453–3472. https://doi.org/10.3390/ijerph110303453

 

Carton, S. T., & Goodboy, A. K. (2015). College students’ psychological well-being and interaction involvement in class. Communication Research Reports32(2), 180–184. https://doi.org/10.1080/08824096.2015.1016145

 

de Bell, S., White, M., Griffiths, A., Darlow, A., Taylor, T., Wheeler, B., & Lovell, R. (2020). Spending time in the garden is positively associated with health and wellbeing: Results from a national survey in England. Landscape and Urban Planning200(April), 103836. https://doi.org/10.1016/j.landurbplan.2020.103836

 

Maas, J., Verheij, R. A., Groenewegen, P. P., De Vries, S., & Spreeuwenberg, P. (2006). Green space, urbanity, and health: How strong is the relation? Journal of Epidemiology and Community Health60(7), 587–592. https://doi.org/10.1136/jech.2005.043125

 

Marselle, M., Warber, S., & Irvine, K. (2019). Growing resilience through interaction with nature: Can group walks in nature buffer the effects of stressful life events on mental health? International Journal of Environmental Research and Public Health16(6), 986. https://doi.org/10.3390/ijerph16060986

 

Marshall, L. L., Allison, A., Nykamp, D., & Lanke, S. (2008). Perceived stress and quality of life among doctor of pharmacy students. American Journal of Pharmaceutical Education72(6), 14–16. https://doi.org/10.5688/aj7206137

 

Riaz, A., Younis, A., Ali, W., & Hameed, M. (2010). Well-planned green spaces improve medical outcomes, satisfaction and quality of care: A trust hospital case study. Acta Horticulturae881(881), 813–818. https://doi.org/10.17660/ActaHortic.2010.881.133

 

Stallman, H. M. (2010). Psychological distress in university students: A comparison with general population data. Australian Psychologist45(4), 249–257. https://doi.org/10.1080/00050067.2010.482109

 

van den Berg, M., Wendel-Vos, W., van Poppel, M., Kemper, H., van Mechelen, W., & Maas, J. (2015). Health benefits of green spaces in the living environment: A systematic review of epidemiological studies. Urban Forestry & Urban Greening14(4), 806–816. https://doi.org/10.1016/j.ufug.2015.07.008

 

WHO. (2021). Indonesia: WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard With Vaccination Data | WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard With Vaccination Data. https://covid19.who.int/region/searo/country/id