ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 31 April 2025

 

Mengenali Dampak FoMO:

Penggunaan Media Sosial yang Berlebihan dan Tidak Terarah

 Oleh:

Tari Humaira

Magister Psikologi Sains, Universitas Sumatera Utara

Peran teknologi dan informasi dalam kehidupan manusia semakin penting dan terus meningkat setiap saatnya, salah satunya adalah internet yang menyediakan berbagai kemudahan kepada individu dalam memenuhi kebutuhannya. Internet menjadi sumber informasi yang sangat terjangkau untuk diakses oleh penggunanya dari semua kalangan dengan mudah, cepat, tepat, murah dan akurat (Komala, dkk. 2022). Salah satu kemudahan dalam penggunaan internet adalah adanya media sosial yang menjadi peran penting dalam kehidupan masyarakat baik sebagai sarana untuk menjalin interaksi dengan orang lain, sebagai sumber informasi, sebagai sarana untuk mempermudah pekerjaan dan kepentingan pembelajaran (Liedfray, dkk. 2022).

Perkembangan zaman yang begitu pesat juga diiringi oleh maraknya media sosial, data menunjukkan bahwa total pengguna keseluruhan media sosial pada tahun 2024 sebanyak 191 juta jiwa atau 73,7% dari total populasi yang didominasi oleh usia 18-34 tahun dengan rata-rata menghabiskan durasi waktu 3 jam 14 menit perhari (databoks.katadata.co.id. 2024). Penggunaan media sosial yang berlebihan dan tidak terarah tentu memberikan dampak negatif bagi setiap penggunanya, seperti dampak negatif pada kesehatan mental dan perilaku. Salah satu kondisi yang ditimbulkan dari adanya kecepatan perkembangan teknologi khususnya media sosial adalah Fear of Missing Out (FoMO).

FoMO merupakan suatu keinginan yang besar untuk ingin selalu terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya, FoMO membuat individu merasa jauh jika tidak mengikuti tren atau mengetahui perkembangan informasi yang terjadi pada individu lain, informasi tersebut merupakan segala hal yang terjadi pada lingkungan sosial individu tersebut (Przybylsky, dkk. 2013). Ketika individu mengalami FoMO individu akan merasa tidak nyaman atau merasa kehilangan sebagai akibat dari mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh orang lain, dan merasa bahwa aktivitas tersebut lebih menyenangkan dan lebih berharga daripada aktivitasnya (Abel, dkk, 2016). FoMO terjadi akibat tidak terpenuhinya tiga kebutuhan dasar psikologis manusia yaitu kebutuhan untuk mengemban tugas sehari-hari (competence), kebutuhan untuk menjalin relasi yang dekat dengan orang lain (relatedness), dan kebutuhan untuk menentukan dan menjalankan kehidupan secara mandiri (autonomy) (Przybylski, dkk, 2013).

Kondisi FoMO memberikan pengaruh kepada timbulnya keinginan untuk melakukan stalking atau perbuatan mencari tahu dan menyerang privasi orang lain (Rahadhatul’aisyi dan Fuady, 2021). Dalam banyak kasus, hal ini mengakibatkan permasalahan-permasalahan internal dan eksternal serta memberikan dampak negatif pada individu yang mengalaminya, ketidakmampuan individu dalam mengontrol dan membatasi diri di media sosial akan berdampak negatif dalam kepuasan bermedia sosial pada individu tersebut sehingga dampak yang ditimbulkan bermacam-macam salah satunya yaitu semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial seorang individu maka semakin besar kemungkinan individu tersebut untuk mengalami FoMO. Hal ini  terjadi karena individu yang menghabiskan banyak waktu di media sosial cenderung  hanya terfokus pada konten-konten yang menampilkan sisi terbaik dari kehidupan orang lain sehingga terjebak dalam pemikiran bahwa kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui pencapaian yang terlihat secara visual (Syahputra dan Rifandi 2021).

Dampak yang ditimbulkan oleh FoMO juga memberikan kecenderungan untuk mencari validasi eksternal, kepercayaan diri individu akhirnya juga bergantung pada respons sosial yang mereka terima di media sosial tersebut, sehingga ketika perhatian yang diharapkan tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kekecewaan yang selanjutnya mengarah pada penurunan kepercayaan diri. Proses ini membentuk siklus perbandingan antara satu individu dengan individu lain serta menimbulkan kecemasan yang berulang, di mana remaja semakin terdorong untuk menghabiskan waktu lebih lama di media sosial guna mencapai standar sosial yang mereka anggap ideal (Firdaus, 2024).  Selain itu, terdapat dampak psikologis dari FoMO ini yang mencakup peningkatan rasa iri dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri. FoMO akan mendorong individu untuk terjebak dalam gaya hidup yang konsumtif dan berfokus pada pencitraan diri. Individu akan merasa terdorong untuk  mengikuti tren atau memiliki pengalaman yang sama seperti yang ditampilkan orang lain di media sosial, karena individu lebih mengutamakan citra yang mereka bangun di dunia maya daripada pencapaian atau kualitas di dunia nyata (Firdaus, 2024). 

Oleh karena itu, untuk mengatasi penggunaan media sosial yang berlebihan serta mencegah timbulnya dampak negatif dari FoMO maka individu harus membangun kesadaran diri dan mulai membatasi serta menyaring informasi-informasi yang mungkin diperoleh dari media sosial. Selain usaha internal, upaya ini harus sejalan dengan hal-hal eksternal, misalnya individu berfokus pada kegiatan-kegiatan yang lebih penting dan bermakna, memberikan waktu kepada diri sendiri untuk melakukan refleksi dan mendahulukan prioritas-prioritas yang lebih penting. Selain itu, secara psikologis, sangat penting untuk individu mengembangkan motivasi dalam diri agar dapat memberikan dukungan dan memperkuat pemikiran-pemikiran positif, dengan mengupayakan hal ini, maka penggunaan media sosial yang menimbulkan FoMO ini tidak berdampak lebih jauh pada individu, sehingga memberikan gambaran yang jelas bahwa dampak yang ditimbulkan FoMO pada media sosial ini sangatlah beragam, hal ini juga membantu individu untuk lebih berhati-hati dalam bersikap di media sosial.

Referensi:

 

Abel, J. P., Buff, C. L., & Burr, S. A. (2016). Social media and the fear of missing out: Scale development and assessment. Journal of Business & Economics Research. 14(1) 33-44. https://doi.org/10.19030/jber.v14i1.9554

Firdaus, N. H. (2024). Dampak FoMO media sosial pada kepercayaan diri remaja. Jurnal Lingkar Pembelajaran Inovatif. 5(11) 25-26 https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jlpi/article/view/5679

Komala, K., Rafiyah, I., & Witdiawati. (2022) Gambaran FoMO pada mahasiswa fakultas keperawatan. Journal of Nursing Care. 5(1) 2-3.   https://jurnal.unpad.ac.id/jnc/article/view/34693/17149

Liedfray, T., Waani, F. J., & Lasut, J. J. (2022) Peran media sosial dalam mempererat interaksi antar keluarga di desa esandom kecamatan tombatu kabupaten minahasa tenggara. Jurnal Ilmiah Society. 2(1) 2-3. https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jurnalilmiahsociety/article/view/38118

Przybylski, A, K., dkk. (2013). Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Computer in Human Behavior. 29(4) 1841-1848. https://doi.org/10.1016/j.chb.2013.02.014

Rahadhatul’aisyi, I, S & Fuady, I. (2021). Pengaruh fear of missing out terhadap keinginan stalking pengguna instagram di masa pandemi covid’19. Jurnal Komunikasi. 6(2) 204-214.

https://dx.doi.org/10.30596%2Finteraksi.v6i2.8813

Syahputra, A. & Rifandi, D. (2021) Hubungan intensitas media sosial dan kepercayaan diri pada remaja awal. Journal of Healthcare Technology and Medicine 7(2) 6-7. https://doi.org/10.33143/jhtm.v7i2.1754. 

https://www.rri.co.id/iptek/721570/ini-data-statistik-penggunaan-media-sosial-masyarakat-indonesia-tahun-2024

,