ISSN 2477-1686
Vol.5 No. 16 Agustus 2019
Bagaimana Peran Rasa Syukur dalam Konsep Diri?
Oleh
Ananda Pertiwi Pratidina dan Ni Made Swasti Wulanyani
Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
"Jika seseorang tidak mau bersyukur atas apa yang telah dia miliki, dia tidak mungkin bersyukur atas apa yang akan dia dapatkan"
- Frank A. Clark
Terkadang disaat kita telah mencapai segala sesuatu yang kita harapkan, kita lupa akan sesuatu yang seharusnya wajib dirasakan saat itu. Kebahagiaan karena pencapaian itu sudah menutupi rasa syukur yang seharusnya dirasakan dan diungkapkan. Hingga pada akhirnya, banyak sekali orang-orang yang tidak merasakan kepuasaan akan pencapaian dalam dirinya. Hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan individu memiliki konsep diri yang rendah (selalu menilai dirinya rendah dan kurang). Namun, tak jarang juga individu yang memiliki konsep diri yang tinggi membuatnya terlalu sombong dan angkuh dalam bertindak. Oleh karena itu, pentingkah rasa syukur ada dalam konsep diri individu?
Konsep diri
Rogers mendefinisikan konsep diri sebagai bentuk persepsi mengenai diri sendiri yang terorganisir. Konsep diri sebagai bentuk gambaran diri yang tersusun atas identitas sosial dan identitas personal yang dalam kemunculannya dapat bergantian ataupun bersamaan (Afif, 2015). Menurut beberapa ahli, konsep diri dikembangkan melalui interaksinya dengan orang lain maupun karena hasil peniruan. Oleh karena itu, konsep diri yang sudah terbangun dan terbentuk tentunya akan dapat berubah, walaupun kemungkinannya akan sulit. Perubahan biasanya paling mudah terjadi ketika adanya penerimaan dari orang lain, yang membantu seseorang untuk mengurangi kecemasan dan ancaman serta mengakui dan menerima pengalaman-pengalaman yang sebelumnya ditolak (Feist & Feist, 2010).
Pandangan seseorang mengenai diri individu akan berpengaruh pada tindakan yang akan dibuatnya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri individu. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki konsep diri yang negatif, maka akan muncul evaluasi negatif pada dirinya. Pentingnya memiliki konsep diri yang sehat,namun konsep diri yang sehat tersebut tidak hanya sekadar positif. Tetapi merupakan gambaran tentang diri yang sesuai dengan kenyataan dirinya (real self). Namun terkadang, untuk menerima kenyataan dirinya tidak mudah, karena akan terdapat ideal self yang akan menghambat individu untuk menerima real self. Akan tetapi, terdapat dua macam mekanisme yang biasanya digunakan oleh seseorang agar dapat menemukan dan menerima real selfnya.
Cara pertama, yaitu berusaha memperkecil kesenjangan tersebut dengan berusaha keras mencapai ideal self-nya atau merevisi ideal self-nya sehingga lebih sesuai dengan real self-nya. Dan cara kedua, yaitu dengan mendistorsi informasi yang tidak sesuai dengan ideal self-nya.
Rasa Syukur
Dalam psikologi positif, rasa syukur dikenal dengan istilah gratitude yakni perasaan syukur atau berterima kasih dalam menghargai pencapaian hidup serta bentuk emosi positif dalam mengekspresikan kebahagiaan terhadap segala sesuatu bentuk kebaikan yang diterima. Dalam Seligman dan Peterson (2004) mendeskripsikan gratitude atau syukur sebagai suatu perasaan terima kasih dan menyenangkan atas respon penerimaan hadiah, dimana hadiah itu memberikan manfaat dari seseorang atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian. Haidth (dalam Froh, et. al., 2011) pun mengatakan bahwa rasa syukur menunjukkan emosi moral. Dengan begitu, orang yang senantiasa bersyukur atas segala yang telah diberikan baik itu dalam keadaan yang menyedihkan (tidak sesuai dengan kenyataan) atau bahkan sudah sesuai dengan hal yang diinginkan yaitu seperti halnya pemaknaan seseorang terhadap konsep dirinya, maka ia akan tetap mensyukuri apa yang dirasakan dan dilakukannya. Individu yang bersyukur dalam hal ini tidak lagi memfokuskan pada hal yang bersifat materialisme yang dapat mengarahkan individu pada ketidakpuasan dalam hidup (Lambert, Fincham, Stillman, & Dean, 2009).
Pentingnya Rasa Syukur ada dalam Konsep Diri
Dengan adanya rasa syukur yang tertanam dalam diri seseorang, akan membuat seseorang tersebut merasa lebih positif menjalankan kehidupannya. Sama halnya dengan pandangan seseorang pada dirinya sendiri yang telah dijelaskan diatas. Jika rasa syukur ada dalam pandangan diri seseorang (dalam konsep diri) tersebut, dan memang di rasa itu sangat penting serta berguna dan menguntungkan untuk dirinya, pasti akan dilakukan dan ditanam dengan baik dalam konsep dirinya tersebut. Karena sudah di jelaskan tadi, bahwa apabila dirinya mendapatkan suatu manfaat dari orang lain dan didasarkan pada setelah menerima manfaat dari agen sosial maka ia akan mengambil persepsi yang baik dan akan merasakan emosi yang menyenangkan, dan dalam hal itu sudah terbentuklah perasaan syukur (McCullough, Kimeldorf, & Cohen, 2008).
Penting tidaknya rasa syukur ada dalam konsep diri individu, tergantung pada persepsi atau pandangan individu terhadap gambaran dirinya yang didapatkannya sejak lahir hingga saat ini. Karena rasa syukur merupakan bentuk ciri pribadi yang positif sehingga seseorang dapat merepresentasikan hidupnya dengan positif.
Lantas, bagaimana caranya menerapkan rasa syukur dalam diri?
Robert Emmons, salah satu seorang peneliti utama dalam psikologi positif, khususnya dalam topik syukur membagikan 10 cara untuk bisa lebih bersyukur.
1. Menulis jurnal rasa syukur (gratitude journal)
Meluangkan waktu untuk mengingat pengalaman sendiri dalam menerima hadiah, kenikmatan, keberuntungan serta hal baik lainnya yang diterima. Menyisihkan waktu setiap hari untuk mengingat bahkan menuliskannya tentang hal yang membuat kita merasa bersyukur.
2. Mengingat hal yang buruk
Disaat kita mengingat betapa sulitnya kehidupan dan pengalaman buruk yang pernah terjadi dan sudah begitu jauh kita berjuang untuk hidup. Kita dapat membuat perbandingan yang jelas dalam pikiran kita dan perbandingan ini akan menjadi pengingat atau alarm untuk tumbuhnya rasa syukur.
3. Ajukan tiga pertanyaan pada diri sendiri
Manfaatkan teknik meditasi naikan, teknik ini melibatkan refleksi dengan menggunakan tiga pertanyaan: (1) Apa yang telah saya terima? (2) Apa yang telah saya berikan? Serta (3) Masalah dan kesulitan apa yang telah saya sebabkan?.
4. Mempelajari doa untuk bersyukur
Dalam banyak tradisi spiritual, doa syukur dianggap sebagai bentuk doa paling kuat, karena dengan melalui doa-doa ini orang-orang mengenali sumber utama dari seluruh diri mereka dan semua yang akan terjadi.
5. Cobalah untuk merasakan
Kita mendapatkan kenikmatan tentang arti menjadi seorang manusia dan betapa ajaibbnya hidup ini. Dilihat dari kacamata terima kasih atau syukur, tubuh manusia tidak hanya konstruksi yang ajaib, tetapi juga sebagai hadiah.
6. Gunakan pengingat visual
Visual dapat berfungsi sebagai isyarat untuk memicu rasa syukur, dan sering kali pengingat visual terbaik adalah orang lain.
7. Buat sumpah untuk berlatih bersyukur
Penelitian menunjukkan bahwa membuat sumpah untuk melakukan suatu perilaku meningkatkan kemungkinan tindakan itu akan dilaksanakan. Karena itu, tuliskan sumpah untuk syukur diri sendiri, yang sesederhana “Saya bersumpah untuk menghitung kenikmatan saya setiap hari”, dan mencatatnya di suatu tempat di mana kita akan diingatkan setiap hari.
8. Berhati-hatilah dengan bahasa
Orang yang bersyukur mempunyai gaya linguistik tertentu yang digunakan,dan sebagai rasa terima kasih, seharusnya kita tidak fokus pada seberapa baik anda secara inheren, tetapi pada hal-hal baik yang secara inheren telah dilakukan orang lain atas diri kita.
9. Lakukan dengan gerakan
Gerakan untuk bersyukur ialah seperti tersenyum, mengucapkan terima kasih, dan menulis surat terima kasih.
10. Think outside the box
Jika kita ingin memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk melenturkan otot syukur kita, kita harus secara kreatif mencari situasi dan keadaan baru untuk merasa bersyukur.
Dengan melatih pola-pola pemikiran dan dipraktekkan langsung dalam kehidupan, maka pikiran dan perasaan pun akan terkondisikan untuk bersyukur. Rasa optimis dan emosi positif akan lebih kuat dirasakan untuk menghadapi berbagai kegagalan dalam pencapaian kita. Maka, sikap mana yang akan anda terapkan dalam hidup? Bersyukur atau tetap dalam rasa ketidakpuasan? Suatu pilihan berada pada diri anda sendiri.
Referensi:
Emmons, R. A. (2007). Thanks! How the new science of gratitude can make you happier. Boston New York: Houghton Mifflin Company.
Emmons, R. A. (2010, November 17). 10 Ways to Become More Grateful. Diunduh dari https://greatergood.berkeley.edu/article/item/ten_ways_to_become_more_grateful/1
Handrix, C, H. (2016). Syukur sebagai sebuah pemaknaan. Jurnal Insight, 18 (2).
Haryanto, H. C., & Kertamuda, F. E. (2016). Syukur sebagai sebuah pemaknaan. Jurnal Ilmiah Psikologi, 18 (2), 109-118.
Kanisius. (2006). Konsep diri, menentukan prestasi anak. Yogyakarta: Kanisius.
Kusumastuti, W., Setyorini, N., & Laksono, R. A. (2017). Makna kebersyukuran berdasarkan kajian psikologis dan kajian tafsir Al-Misbah. Seminar Nasional, Bahasa,Sastra, dan Budaya, 1 (1), 281-287.
Murisal, & Trisna, H. (2017). Hubungan bersyukur dengan kesejahteraan subjektif pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Kota Padang. Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4 (2), 81-88.
Masturah, A. N. (2017). Gambaran konsep diri mahasiswa ditinjau dari perspektif budaya. Jurnal Ilmiah Psikologi, 2 (2), 128-136.