ISSN 2477-1686  

    Vol.5 No. 16 Agustus 2019

Percaya Diri dalam Keterbatasan

 

Oleh

Nadira Ayu Kusumastuti dan Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo

Program Studi Psikologi, Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas Pembangunan Jaya

 

Menjadi entrepreneur tidaklah mengenal etnis atau ras, status sosial, latar belakang pendidikan maupun batasan umur karena mulai dari remaja, dewasa sampai orang tua bisa menjadi seorang entrepreneur. Jadi, entrepreneur tidak mengenal keterbatasan yang dimilki seseorang. Secara sederhana arti dari entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Anwar, 2018).

 

Menjadi seorang entrepreneur bukanlah hal yang mudah, semuanya butuh perjuangan yang besar dan penuh lika-liku. Kegagalan juga menjadi teman setia dalam perjalanan menuju seorang entrepreneur. Tetapi kalau kita percaya diri akan kemampuan kita, seiring berjalannya waktu dan segala usaha yang sudah kita lakukan, kita akan semakin dekat dengan kesuksesan.

 

Individu yang sudah pernah membangun bisnis kecil-kecilan dan sudah pernah menjadi bagian dalam organiasasi biasanya akan lebih mudah membangun bisnis karena sudah mempunyai pengalaman (Baron, Baum & Frese, 2007). Namun, hal itu bukan berarti individu yang tidak memiliki pengalaman tidak bisa menjadi seorang entrepreneur karena Mustaqim (dalam Rahayu & Sari, 2019) menyatakan bahwa hal terpenting dalam menjadi entrepreneur adalah kepercayaan diri.

 

Kepercayaan diri merupakan keyakinan bahwa individu mampu untuk melakukan sesuatu. Hal ini berkembang secara terus menerus seiring meningkatnya kemampuan serta bertambahnya pengalaman-pengalaman yang berkaitan (Bandura & Schunk, dalam Rahayu & Sari, 2019). Indah dan Soerjoatmodjo (2018) menjelaskan bahwa kepercayaan diri sangat penting dalam dunia kewirausahaan karena memberikan kekuatan psikologis, utamanya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pengembangan usahanya.

 

Yakin akan kemampuan diri sendiri ini mencakup terhadap pencapaian keinginan dan harapannya. Percaya diri sangat diperlukan oleh setiap orang, begitu pula dalam dunia bisnis. Semakin besar rasa percaya diri, semakin bagus pula tindakan yang dihasilkan. Sifat percaya diri akan membantu para entrepreneur untuk tidak takut gagal, tidak mudah putus asa dan akan selalu merasa mampu serta tidak ragu-ragu dalam memecahkan masalah. Percaya diri menunjukan bahwa seseorang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, kritis, emosi lebih stabil dan tidak mudah tersinggung.

 

Hal inilah yang dialami oleh Ikhsan Sirait. Supriyanto (2018) menjelaskan bahwa Ikhsan Sirait adalah seorang bapak 57 tahun asal Malaysia, tubuh pendek alias kerdil seringkali membuat seseorang dipandang sebelah mata. Ikhsan memulai usahanya sebagai penjual makanan kaki lima sejak 30 tahun lalu. Saat itu dia berjualan burger seharga RM1 atau sekitar 3.000 rupiah di sebuah pasar malam. Setelah beberapa lama, dia beralih menjual kebab dengan nama ‘Wak Ikhsan Kebab’ karena lebih efisien dan memberinya pendapatan lebih banyak. Kedai kebab miliknya sudah tersebar di area sekitar universitas dan beberapa tempat umum.

 

Dari cerita tersebut, dapat dikatakan bahwa menjadi penyandang disabilitas atau orang dalam keterbatasan memang tidak mudah. Banyak hal yang tidak bisa diterima di dalam lingkungan. Mulai dari hal pertemanan hingga pekerjaan karena adanya perbedaan secara fisik. Namun, keterbatasan tidak dapat memungkiri seseorang untuk mempunyai tekad yang besar agar bisa menghasilkan uang secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Bagi Ikhsan, tubuhnya yang kecil justru membuat orang-orang mudah mengenalinya. Sehari-hari, pria yang biasa dipanggil Wak ini dibantu oleh dua istri dan kelima orang anaknya. Pendapatan mereka tidak tanggung-tanggung, mencapai RM8 ribu atau sekitar Rp 27.000.000 per hari. Saking besarnya usaha Ikhsan, dia memiliki lima food trucks yang penghasilannya mencapai RM20 ribu atau sekitar Rp 68.000.000 per bulan.

 

Keterbatasan tidak dapat menghalangi siapapun untuk berkreasi atas hal yang mereka sukai. Keterbatasan juga tidak dapat menghambat kita dalam berusaha menjadi seorang entrepreneur yang sukses, karena semua orang berhak menjadi seorang entrepreneur. Kepercayaan diri juga menjadi salah satu hal penting untuk menjadi seorang entrepreneur, karena hal apapun yang dilakukan dengan keyakinan diri, akan menghasilkan hasil yang baik juga.

 

Referensi:

 

Anwar, S. (2018). Model Kewirausahaan Mahasiswa IKIP PGRI Kalimantan Timur Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Tahun 2017. Cendekia: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran1(1), 206-229. Diakses dari http://ojs2.ikippgrikaltim.ac.id/index.php/Cendekia/article/view/21

 

Baron, R. Baum, J. R. & Frese, M. (2007). The Psychology of Entrepreneurship. Mehwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.

 

Indah, H. & Soerjoatmodjo, G.W.L. (2018, 1 Oktober). Nilai-nilai seorang entrepreneur. Info Bintaro http://www.infobintaro.com/nilai-nilai-seorang-entrepreneur/

 

Rahayu, M., & Sari, B. (2019). Pengaruh pendidikan kewirausahaan, kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri terhadap intensi berwirausaha siswa SMA Muhammadiyah I Jakarta. Ikra-Ith Ekonomika2(1), 22-31. Diakses dari https://www.neliti.com/publications/268009/pengaruh-pendidikan-kewirausahaan-kebutuhan-akan-prestasi-dan-efikasi-diri-terhadapintensiberwirausaha

 

Supriyanto, Y. (2018, Desember 23). Memiliki keterbatasan fisik, pria Malaysia sukses jadi pengusaha kebab. Diakses dari https://netz.id/news/2018/12/03/00316/1008301118/memiliki-keterbatasan-fisik-pria-malaysia-sukses-jadi-pengusaha-kebab