ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 42 September 2025
Pencegahan Anoreksia Nervosa Pada Remaja Melalui Penguatan Kepercayaan Diri
Oleh:
Faizatul Muniroh & Isna Mutmainah
Prodi Psikologi, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
Banyak remaja percaya bahwa menjadi kurus adalah penting untuk menjadi cantik, setiap angka yang turun ditimbangan merupakan langkah lebih dekat menuju kebahagiaan dan kepercayaan diri. Mereka percaya bahwa jika tubuhnya cukup kecil, mereka akan cukup dihargai, dicintai, berharga dan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial (Sari, T. I., & Rosyidah, R. 2020). Media sosial, iklan, dan budaya sering memperkuat pandangan bahwa untuk diterima, kita harus memenuhi standar kecantikan tertentu. Menurut (DH, A. G. 2023) Stereotip bahwa wanita cantik harus berkulit putih, kurus, tinggi, dan berambut lurus, sehingga membuat mereka harus memiliki penampilan yang sempurna.
Adapun contoh kasus hasil penelitian (Melani, S. A., Hasanuddin, H., & Siregar, N. S. S. 2021) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 152 siswa di SMA Negeri 4 Kota Langsa, 67 mengalami gangguan makan anoreksia. Penyebabnya antara lain rasa malu memiliki tubuh gemuk, rendahnya kepercayaan diri karena tidak sesuai dengan bentuk tubuh ideal, serta keinginan menjadi pramugari yang mendorong mereka menjalani diet ketat.
Meskipun demikian, kenyataan tidak seindah itu, karena tidak ada tanda atau suara yang jelas bahwa seseorang mengalami anorexia. Anoreksia masuk secara diam-diam, tersembunyi di balik semangat, kesehatan, dan mengontrol diri. Kehilangan adalah yang mereka peroleh pada akhirnya, bukan kendali. Mereka kehilangan semangat, energi, dan secara bertahap kehilangan dirinya sendiri (Rahmadiyanti et al., 2020). Sampai suatu hari, beberapa remaja menyadari bahwa bukan fisik yang menjadi masalahnya, tetapi luka. Tentang seberapa keras mereka mencoba dicintai tetapi tidak pernah benar-benar mencintai dirinya sendiri.
Ketika tekanan untuk mencoba dicintai, tanpa pernah benar benar mencintai dirinya sendiri berlanjut dan tidak dibarengi dengan pemahaman yang sehat tentang tubuh dan harga diri, risiko mengalami gangguan makan meningkat. Salah satunya adalah anoreksia nervosa. Anorexia nervosa adalah ketika seseorang salah melihat bentuk atau berat badan mereka. Seseorang yang mengalami gangguan ini cenderung menolak berat badan yang dianggap normal berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Anorexia nervosa (AN) adalah salah satu jenis gangguan pola makan, juga dikenal sebagai eating disorder (American Psychiatric Association, 2013). Gangguan ini berdampak pada kesehatan fisik serta kesehatan mental, kepercayaan diri, dan kualitas hidup.
Pada awalnya, anorexia seringkali sulit diidentifikasi karena tidak ada tanda yang jelas dan banyak remaja berusaha menyembunyikan perilaku mereka. Salah satu contoh studi kasus yang mengalami anoreksia yaitu Model cantik asal Brasil Ana Carolina Reston terjebak dalam standar kecantikan industri fashion yang menuntut tubuh yang sangat langsing. Setelah dikomentar "terlalu gemuk" saat bekerja di China, ia merasa penampilannya tidak layak dan mulai menjalani diet ekstrem yang hanya makan apel dan tomat. Akhirnya, tekanan untuk mempertahankan citra kecantikan ideal ini menyebabkan anoreksia (Phillips, 2007).
Dari kasus tersebut (Krisnani, H., Santoso, M. B., & Putri, D. 2018) mengungkapkan penderita anoreksia nervosa biasanya mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan, yang menyebabkan mereka berolahraga secara ekstrem dan menahan diri untuk makan dalam jumlah yang sangat sedikit sambil mempertahankan berat badan normal. Gejala khas anoreksia nervosa termasuk penolakan untuk mempertahankan berat badan normal. Sehingga rendahnya kepercayaan diri membuat ketakutan yang berlebihan.
Maka dari itu sebelum terlambat menyadarinya pencegahan langkah pertama yang paling penting adalah remaja dapat lebih menghargai diri mereka sendiri, menerima bahwa mereka unik, dan memperkuat ketahanan mental mereka dengan membangun dan memperkuat kepercayaan diri mereka. Peran keluarga, teman, dan lingkungan sanagat diperlukan untuk membangun kepercayaan diri tersebut.
Selain itu (Azzahara, N. F., & Dhanny, D. R. 2021) berpendapat bahwa kalian tidak perlu menghadapi masalah ini sendiri. Berbicaralah dengan orang yang Anda percayai, seperti teman, anggota keluarga, pendidik, atau konselor. Mengakui bahwa ada masalah adalah langkah awal menuju pemulihan. kalian tidak boleh menahan diri untuk mendapatkan bantuan karena malu, takut dihakimi, atau keinginan untuk terlihat "baik-baik saja". Banyak profesional yang siap membantu dengan pendekatan yang penuh empati dan pemahaman, seperti melalui terapi atau konseling, yang dapat membantu Anda menemukan kembali hubungan yang sehat dengan tubuhmu, makanan, dan diri sendiri.
Kepercayaan diri tidak berasal dari angka berat badan atau standar kecantikan media sosial. Kepercayaan diri muncul saat kalian mengakui kekuatan dan kelemahan kalian. Meminta bantuan adalah tindakan berani, bukan tanda kelemahan. Setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah cara untuk menunjukkan kepedulian pada diri sendiri. Ingatlah bahwa untuk menjadi berharga, kamu tidak harus sempurna. Kamu layak mendapat perhatian, kasih sayang terutama oleh dirimu sendiri.
Referensi:
American Psychological Association. (2013). Diagnostic and Statiztical Manual of mental disorders (DSM-5), fifth edition. Washington DC: American Psychological Association.
Azzahara, N. F., & Dhanny, D. R. (2021). Hubungan Psikososial dan Status Gizi pada Remaja Wanita dengan Anoreksia Nervosa. Muhammadiyah Journal of Midwifery, 2(1), 1-9.
DH, A. G. (2023, November). Dampak standar kecantikan bagi perempuan di Indonesia. In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS) (Vol. 2, pp. 1440-1448).
Krisnani, H., Santoso, M. B., & Putri, D. (2018). Gangguan makan anorexia nervosa dan bulimia nervosa pada remaja.
Melani, S. A., Hasanuddin, H., & Siregar, N. S. S. (2021). Hubungan kepercayaan diri dengan gangguan makan anorexia nervosa pada remaja di SMAN 4 Kota Langsa. Tabularasa: Jurnal Ilmiah Magister Psikologi, 3(2), 162–172.
Phillips, T. (2007, 14 Januari). ‘Everyone knew she was ill. The other girls, the model agencies … don’t believe it when they say they didn’t’. The Guardian. Diakses pada 10 Juli 2025 dari https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2007/jan/14/fashion.features4
Rahmadiyanti, A., Munthe, R. A., & Aiyuda, N. (2020). Social comparison dengan ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1(1), 11-19.
Sari, T. I., & Rosyidah, R. (2020). Pengaruh Body Shaming terhadap Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di Surabaya. Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi, 11(2), 202-217.
