ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 37 Juli 2025

Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan:

Pelopor Integrasi Iman-Ilmu dalam Ilmu Psikologi

 Oleh:

Yonathan Aditya & Karel Karsten Himawan

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan (UPH) merupakan salah satu fakultas unggulan dari UPH yang mengejawantahkan visi universitas di dalam penyelenggaraan pendidikan psikologi. Tiga kata kunci penting dari Visi UPH ialah: Pengetahuan yang Sejati (True Knowledge), Iman dalam Kristus (Faith in Christ), dan Karakter Ilahi (Godly Character).

Didirikan pada 4 Februari 2005, Fakultas Psikologi UPH menjadi simbol atas respons UPH mengenai gejolak sosial yang muncul akibat dikotomi antara psikologi (ilmu) dan agama (iman). Di tingkat internasional, wacana mengenai integrasi antara ilmu dan iman sebenarnya sudah dimulai sejak awal psikologi berdiri, yakni di periode 1880–1930 (Main, 2008). Namun psikologi di Indonesia baru pertama kali diperkenalkan pada tahun 1952 oleh seorang psikiater, Slamet Iman Santoso (Sarwono, 2004), sehingga gejolaknya baru terasa kemudian. Di masa itu, kerap muncul dalam diskursus sosial bahwa belajar psikologi membuat seseorang menjadi ateis, sehingga psikologi cenderung dimusuhi, dianggap sebagai ilmu yang ‘berbahaya’. Beberapa narasi yang kerap muncul cenderung memandang bahwa integrasi tidak mungkin, atau tidak bijaksana, dilakukan karena merusak natur dari kedua elemennya (ilmu dan iman). Sebagai contoh, pendekatan psikologi yang diterapkan dalam praktik religius kerap mengundang kesan “psychologizing religion” atau menurunkan derajat agama ke fenomena psikologi (Smudski, 1976). Pada titik ekstrim yang satunya, fenomena “theologizing psychology” juga dirasakan ketika prinsip-prinsip teologi digunakan untuk menafsirkan fenomena psikologi (Edwards & Yanko, 2025). Beberapa akademisi merespons perbedaan ini dengan membatasi integrasi di antara keduanya (Abraham & Rufaedah, 2014).

Melihat dinamika yang berkembang, UPH justru memandang bahwa integrasi adalah satu-satunya cara untuk dapat membuat ilmu psikologi menjadi kebenaran yang berdampak dan transformatif. Di tengah-tengah dinamika global yang seolah memisahkan keilmuan dan keimanan, Yayasan UPH menegaskan pentingnya untuk semakin mempertajam visi keilmuan yang terintegrasi dengan iman, spesifiknya di dalam wawasan iman Kristen. Hal ini ditegaskan dalam penajaman visi UPH dari yang semula: Iman dalam Tuhan (Faith in God), iman dalam Kristus (Faith in Christ). Sebagai konsekuensi dari penajaman visi tersebut, UPH melakukan pembenahan untuk memastikan bahwa semua kegiatan di dalam universitas berjalan sesuai dengan visinya. Sejalan dengan hal ini, Fakultas Psikologi UPH juga melakukan pembenahan internal dengan tujuan supaya visi tersebut tidak hanya berhenti di slogan, tetapi benar-benar menjiwai semua aktivitas. Adapun visi Fakultas Psikologi UPH ialah sebagai berikut:

Menjadi Fakultas yang berpusat pada Kristus dalam menyelenggarakan pendidikan psikologi dengan berdasarkan pada pengetahuan yang sejati, iman dalam Kristus, dan karakter Ilahi, guna menghasilkan pemimpin yang profesional yang berdampak bagi masyarakat untuk kemuliaan Tuhan.

Visi ini diturunkan dalam tiga misi yang sinergi dengan Tugas Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu:

  1. Menyelenggarakan pendidikan berkualitas untuk membangun konsep dan cara pikir yang holistik, baik dari sudut pandang psikologi maupun wawasan Kristen Alkitabiah menurut kerangka teologis Reformed, untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang manusia,
  2. Terlibat aktif dalam penelitian yang berkualitas untuk pengembangan bidang ilmu psikologi di Indonesia yang berdasarkan wawasan Kristen Alkitabiah,
  3. Berpartisipasi dalam pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan prinsip psikologi demi peningkatan kualitas kehidupan kemanusiaan sebagai kesaksian hidup untuk kemuliaan Tuhan

Visi yang tajam ini berdampak pada transformasi besar-besaran pada tata pamong di Fakultas Psikologi UPH pada tahun 2012.

Transformasi Tenaga Pengajar

Implementasi awal dari penajaman visi ini dimulai dengan memastikan para aktor utama yang menjalankan seluruh kegiatan di dalam Fakultas bukan hanya memahami visi Fakultas Psikologi UPH, tetapi juga bersedia dan mampu mengaplikasikan visi tersebut dalam semua kegiatan tridharma yang dilakukan. Langkah ini penting karena visi tidak dapat terimplementasi tanpa dukungan dari aktor-aktor yang menjalankannya. Pada saat itu, senada dengan diskursus sosial yang berkembang di masyarakat, banyak dosen baik di dalam maupun di luar UPH berpikir ilmu dan agama adalah dua hal yang berbeda dan tidak dapat diintegrasikan. Mereka menganggap bahwa psikologi adalah ilmu yang dapat difalsifikasi, sedangkan agama adalah iman yang tidak dapat difalsifikasi – dengan demikian, keduanya mempunyai aras yang berbeda dan jika diintegrasikan akan menimbulkan kerancuan. Oleh karena itu, di kala itu, banyak yang memandang sebelah mata ketika mengetahui Fakultas Psikologi UPH sungguh-sungguh mengambil upaya sistemik untuk melakukan integrasi – sebuah tantangan yang tentu tidak mudah.

Padahal di tingkat internasional, Fakultas Psikologi UPH bukan yang pertama kali melakukan integrasi. Beberapa Fakultas Psikologi di Amerika Serikat, misalnya, sudah menerapkan integrasi puluhan tahun yang lalu dan tidak mendapat sanggahan atau penolakan dari American Psychological Association (APA). Beberapa Fakultas Psikologi di bawah Universitas Islam Negeri di Indonesia juga melakukan hal yang sama. Oleh karena itu tantangan tersebut sebenarnya lebih dipahami sebagai kesalahpahaman atau perlawanan untuk mempertahankan status quo.

Para dosen dan tenaga pengajar senantiasa berupaya mewujudkan visi institusi, tidak hanya dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, tetapi juga dalam relasi interpersonal dengan mahasiswa. Kami meyakini bahwa setiap mahasiswa memiliki nilai intrinsik sebagai pribadi yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, meskipun keberadaan gambar tersebut telah tercemar oleh keberdosaan manusia. Dengan kesadaran tersebut, kami memperlakukan mahasiswa bukan semata-mata sebagai subjek pembelajaran, melainkan sebagai sesama ciptaan yang sedang menjalani proses pemulihan dan pertumbuhan dalam penyelenggaraan ilahi. Perbedaan yang ada antara dosen dan mahasiswa lebih terletak pada tingkat kedewasaan, yang secara alami terbentuk melalui perjalanan hidup dan proses pembentukan yang lebih panjang.

Integrasi dalam Lanskap Global

Kami menilai bahwa upaya integrasi yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi UPH tidak berbeda jauh dengan usaha dekolonisasi psikologi. Pelopor gerakan dekolonisasi ini menyadari bahwa teori psikologi banyak terpengaruh oleh pemikiran dari Barat yang dikenal dengan WEIRD (Western, educated, industrialized, rich, educated), yang belum cocok dengan kondisi Indonesia yang mempunyai budaya berbeda. Fakultas Psikologi UPH juga menyadari mayoritas teori psikologi didasarkan pada pandangan dunia yang tidak mengakui Tuhan karena mayoritas ahli-ahli psikologi yang menciptakan teori tersebut tidak menghayati nilai agama tertentu, bahkan tidak mengakui adanya Tuhan. Akibatnya jika teori tersebut diterapkan pada Masyarakat Indonesia yang hampir semua menganggap Tuhan sangat penting dalam hidupnya dan identitas agama merupakan elemen fundamental dalam pembentukan identitas sosialnya (Himawan et al., 2022), ilmu yang diajarkan terpisah, apalagi berkonflik, dengan iman dapat menjadi irelevan. Oleh karena itu, upaya integrasi yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi UPH berusaha untuk menjembatani agar natur psikologi global yang kerap terasosiasi dengan atribut sekuler dapat lebih kontekstual dengan kondisi Indonesia yang agamis. Kami berusaha untuk melihat psikologi dari kaca mata pandangan dunia Kristen dengan harapan psikologi yang kami ajarkan adalah psikologi yang lebih holistik karena mengakui adanya sisi spiritual dari manusia.

Psikologi Holistik sebagai Wujud Psikologi yang Terintegrasi

Pengejawantahan integrasi psikologi dalam iman Kristen tertuang dalam visi keilmuan Fakultas Psikologi UPH, yakni:

Menjadi pelopor dalam integrasi psikologi dan perspektif Kristen di Indonesia, dengan menekankan sifat relasional dan holistik manusia.

Wujud mendasar dari pendidikan psikologi yang terintegrasi dengan iman Kristen ialah dengan memusatkan fokus pembelajaran akan manusia, bukan pada manusia itu sendiri (human-centric), tetapi kepada natur relasi manusia dengan Sang Pencipta (Christo-centric). Pendekatan yang berfokus pada manusia sering terjebak pada upaya keliru yang percaya bahwa seseorang dapat menjadi apapaun yang dia inginkan hanya dengan mempercayainya – dan hal tersebutlah yang membuatnya bahagia (Hackney, 2021). Dengan penghayatan yang terintegrasi dengan nilai Kristen, kebahagiaan dalam hidup manusia dipahami terjadi ketika terpulihkan relasinya dengan Sang Pencipta, yang diikuti dengan pulihnya relasi diri, dan relasi dengan orang-orang di sekitarnya. Natur relasional ialah natur yang mendasar dalam diri manusia (Baumeister & Leary, 1995), dan merefleksikan natur Allah Tritunggal yang juga relasional di dalam ke-Esa-an-Nya.

Visi keilmuan Fakultas Psikologi UPH ini memberikan arah dalam mendesain kurikulum pembelajaran, yang dimulai dengan wawasan akan diri dalam relasi dengan Tuhan, diikuti dengan pembelajaran yang berpusat pada pengenalan (refleksi) diri, sebelum membangun relasi dengan sesama dalam berbagai konteks peminatan (klinis, pendidikan, maupun industri dan organisasi). Sistematika pembelajaran demikian juga memastikan bahwa dalam mendidik calon profesional yang menjadi penolong (helping profession), langkah awal dimulai dari memastikan si penolong telah pulih dan siap menolong (healed people heal people).

Dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, visi keilmuan tercermin melalui peta jalan penelitian di Fakultas Psikologi UPH yang berpusat pada meneliti kebahagiaan (well-being) manusia di dalam relasinya dengan Tuhan (melalui topik seperti: religiositas, diferensiasi diri) dan relasinya dengan sesama (mencakup tema-tema tentang pernikahan, gaya kelekatan dan pengasuhan). Untuk memfokuskan aktivitas ini, kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarkat diorganisasikan di bawah laboratorium riset dengan fokus spesifik, yakni:

·     RELASILab, yang berfokus pada topik terkait relasi individu, baik dengan Penciptanya, dengan dirinya sendiri, dan dalam berbagai konteks interpersonal: romantis, orang tua, keluarga,

·     GENEOS, yang berfokus pada dinamika individu di dalam lingkup industri dan organisasi,

·     INSIGHT, yang berfokus pada isu tumbuh kembang anak (anak neurodivergen, anak berbakat), serta berbagai isu kesehatan mental di komunitas,

·     LIFELab, yang berfokus pada aktivitas pembelajaran dan pendidikan.

Penutup

Dengan semangat integrasi yang mendalam antara psikologi dan iman Kristen, Fakultas Psikologi UPH berkomitmen untuk terus membentuk ekosistem pendidikan tinggi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berakar pada nilai-nilai spiritual yang transformatif. Melalui visi keilmuan yang holistik, pendekatan kurikulum yang berpusat pada relasi, serta pelaksanaan tridharma yang kontekstual dan relevan, fakultas ini menghadirkan model pendidikan psikologi yang unik di Indonesia—sebuah pendidikan yang mengakui kompleksitas manusia sebagai makhluk jasmani, sosial, dan spiritual. Dengan demikian, Fakultas Psikologi UPH tidak hanya membentuk lulusan yang kompeten, tetapi juga pribadi yang siap menjadi agen pemulihan dan terang bagi masyarakat, demi kemuliaan nama Tuhan.

Referensi

Abraham, J., & Rufaedah, A. (2014). "Theologization" of Psychology and "Psychologization" of Religion: How Do Psychology and Religion Supposedly Contribute to Prevent and Overcome Social Conflicts? Procedia Environmental Sciences, 20, 516-525. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2014.03.064

Baumeister, R. F., & Leary, M. R. (1995). The need to belong: Desire for interpersonal attachments as a fundamental human motivation. Psychological Bulletin, 117(3), 497-529. https://doi.org/10.1037/0033-2909.117.3.497

Edwards, S. C., & Yanko, C. (2025). Theologizing psychology: Experiences of depression, trauma, and moral injury. Journal of Moral Theology, 1, 57-58. https://doi.org/10.55476/001c.127972

Hackney, C. (2021). Positive psychology in Christian perspective: Foundations, concepts, and application. Intervasity Press.

Himawan, K. K., Martoyo, I., Himawan, E. M., Aditya, Y., & Suwartono, C. (2022). Religion and well-being in Indonesia: exploring the role of religion in a society where being atheist is not an option. Religion, Brain & Behavior, 1-3. https://doi.org/10.1080/2153599X.2022.2070266

Main, R. (2008). Psychology of Religion: An Overview of its History and Current Status. Religion Compass, 2(4), 708-733. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/j.1749-8171.2008.00089.x

Sarwono, S. W. (2004). Psychology in Indonesia. In M. J. Stevens & D. Wedding (Eds.), Handbook of International Psychology (pp. 453-466). Brunner-Routledge.  

Smudski, J. R. (1976). The Crisis of Belief and the Psychologizing of Religion. Journal of Religion and Health, 15(2), 94-99. http://www.jstor.org/stable/27505337