ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 20 Oktober 2022
Coping Stress Untuk Menghadapi Kelas Offline Pada Remaja Akhir
Oleh:
Fajar Nurisa Khoirini, Anggita Puspaningtyas, Birulaut Rahmania dan Syafa Alfina
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia semakin membaik, hal ini meyakinkan pemerintah untuk mengizinkan kembali kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara offline dengan syarat mematuhi protokol kesehatan serta aturan yang ada. Sayangnya, kabar tersebut justru menimbulkan kekhawatiran baru untuk sebagian pelajar dan mahasiswa. Mereka sudah terbiasa belajar dari rumah dan belum mempunyai kesiapan diri untuk kembali belajar secara offline. Mereka takut untuk bersosialisasi, tidak memiliki teman, perasaan cemas akan penampilan diri serta ketakutan ketika akan presentasi secara langsung di kelas. Jika tidak ditangani dengan baik, permasalahan ini bisa menimbulkan suatu tekanan berlebihan bagi pelajar dan mahasiswa kemudian berkembang menjadi stress yang tidak sehat.
Menurut Hidayati, & Harsono, (2021) stres merupakan gangguan fisik dan emosional pada individu sebagai akibat respon terhadap perubahan situasi atau situasi yang mengancam. Stress bisa dilihat sebagai reaksi adanya ketidaksesuaian terhadap peristiwa yang terjadi seperti ketika individu menghadapi ujian (eksternal) atau merasa cemas ketika menghadapi ujian (internal). Individu dapat menggunakan strategi coping untuk mengatasi stress. Menurut Andriyani (2019), Coping stress adalah suatu proses pemulihan kembali dari pengaruh pengalaman stres dan psikis seperti perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan yang sedang dihadapi. Coping stress adalah cara untuk membantu mengatasi ketegangan emosional dan fisik untuk menanggulangi, mengatasi atau berurusan dengan cara yang terbaik menurut individu.
Fitriasari, Septianingrum, & Budury, (2020) mengemukakan bentuk coping stress yang terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Problem focused coping strategies
sebuah usaha dalam mengurangi stressor dengan mempelajari suatu hal baru, yang digunakan untuk mengubah situasi, kondisi, atau pokok permasalahan. Dalam penggunaan problem-focused coping strategies individu cenderung menggunakan strategi yang bersifat kognitif secara langsung untuk menyelesaikan dan mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
b. Emotional focused coping strategies
usaha individu dalam menyesuaikan respon emosional terhadap keadaan yang bersifat sangat mencekam. Strategi coping ini bersifat defensif, karena individual respon stres secara emosional. dengan berupaya mencari dukungan secara sosial, individu yang menggunakan strategi coping secara emosional lebih menitik beratkan dalam upaya pengurangan emosi negatif ketika menghadapi tekanan. Emotional-focused coping strategies digunakan ketika individu mengalami masalah yang tidak bisa dikontrol.
Karakteristik:
1. Takut dan cemas menghadapi lingkungan dan pergaulan
2. Takut dan cemas untuk bertatap muka dengan dosen atau pengajar
3. Khawatir tidak bisa mengikuti saat KBM berlangsung
4. Gelisah dan takut menghadapi sistem ujian offline
Alternatif Penyelesaian Masalah:
1. Mengidentifikasi stress
Suatu usaha dimana individu melakukan proses mengenali situasi stress yang sedang dirasakannya.
2. Melakukan validasi stress
Suatu keadaan individu agar bisa mengakui, menerima serta mengizinkan perasaan stress yang datang.
3. Melakukan ventilasi stress
Suatu bentuk tindakan untuk menyampaikan dan menuangkan stress tersebut pada orang yang kita percaya atau pada tenaga profesional atau dengan menuangkan perasaan tersebut dalam bentuk tulisan.
4. Belajar untuk regulasi stress
suatu bentuk pengelolaan, pengontrolan atau pengendalian terhadap hal-hal yang memicu terjadinya stress. Misalnya, dengan cara melakukan olahraga teratur, mengembangkan hobi dan minat bakat.
5. Melakukan stabilisasi stress
Dalam menstabilisasi stress dapat dilakukan dengan cara teknik pernapasan dalam atau teknik grounding. Misalnya, teknik pernapasan 4-7-8, butterfly hug.
6. Pendekatan perilaku kognitif
Pada pendekatan perilaku kognitif menawarkan Metode Instruksional Diri,, teknik perilaku kognitif bertujuan untuk mengajarkan individu agar dapat memodifikasi perilaku mereka sendiri dengan berbicara pada diri sendiri melalui cara positif dalam mengatasi situasi stress, contohnya berkata "ini adalah hal yang mudah", "aku pasti bisa", "ini untuk kemajuan belajarku", dan sebagainya.
7. Berdoa kepada Tuhan
Dengan berdoa, mengungkapkan isi hati, mencurahkan kekhawatiran, dan mengadu kepada sang pencipta akan membuat hati dan jiwa menjadi tenang. Hal ini karena membuat diri kita menjadi merasa yakin bahwa Allah akan membantu keluar dari permasalahan.
“Jadi Jangan Khawatir Menghadapi Kelas Offline Ya Teman-teman, Semangat!”
Referensi:
Agung S, M. (2021). Dampak Covid-19 dan Strategi Koping Penyandang Disabilitas dalam Menghadapi Pandemi di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin.
Fitriasari, A., Septianingrum, Y., & Budury, S. (2020). Stres pembelajaran online berhubungan dengan strategi koping mahasiswa selama pandemi covid-19. Jurnal Keperawatan, 12(4), 985-992.
Hidayati, L. N., & Harsono, M. (2021). Tinjauan literatur mengenai stres dalam organisasi. Jurnal Ilmu Manajemen, 18(1), 20-30.