ISSN 2477-1686

Vol.3. No.12, November 2017

 

 

Curhat di Muka Publik : Boleh atau Tidak Boleh?

Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Beberapa hari ini masyarakat kembali dikejutkan dengan proses peradilan Muhadkly, yang lebih dikenal dengan nama Acho dengan tuduhan pencemaran nama baik. Hal ini bermula dari tulisan Acho di blog pribadinya mengenai kekecewaannya terhadap pengembang apartemen Green Pramuka (Hindarto & Pratiwi, 2017). Ternyata curhat yang awalnya sekedar menumpahkan rasa kecewa berbuntut panjang hingga Acho diadukan oleh pengacara apartemen Green Pramuka karena dianggap telah mencemarkan nama baik dan melakukan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik terutama pasal 27 ayat 3.

Di sisi lain, Koordinator regional Southeast Asia Regional Freedom of Expression Network (SAFE Net) Damar Juniarto (dalam Movanita, 2017) menyatakan bahwa mudahnya kriminalisasi terhadap konsumen akan membuat individu takut untuk melontarkan keluhan secara terbuka. Hal ini mengantar pada pertanyaan : jadi sebenarnya, apakah kita diperbolehkan curhat di publik atau sebaiknya tidak boleh curhat di publik?

Mengapa Curhat di Publik?

Pada kasus Acho, curhat terjadi karena ada ketidakpuasan sebagai konsumen yang membeli apartemen Pramuka Green City. Curhat didefinisikan sebagai mengungkapkan isi hati atau perasaan kepada orang yang dipercaya (KBBI Online), dalam kasus Acho  menggunakan blog pribadi. Curhat-pada konteks Acho- timbul karena adanya ketidakpuasan. Melihat definisinya, kepuasan pelanggan adalah ekspresi kesenangan atau kekecewaan yang dihasilkan dari perbandingan antara performa produk terhadap persepsi dan harapan pelanggan/pemakai produk (Kotler & Keller, dalam Suwirya, 2012). Pada kasus Acho, curhat berawal pada ketidakpuasan pelanggan dikarenakan karena ada kesenjangan antara harapan Acho sebagai pembeli apartemen dengan realita yang ditemukan atau disediakan oleh pihak apartemen Green Pramuka. Ketidakpuasan terhadap apartemen Green Pramuka diungkapkan dalam berupa curhat mengenai ketidakjelasan sertifikat dan pengadaan ruang terbuka hijau (Hindarto & Pratiwi, 2017)

Emosi, Ekspresi Emosi dan Perilaku Emosional

DeVito (1996) membedakan antara emosi, ekspresi emosi dan perilaku emosional. Emosi adalah perasaan yang dimiliki seorang individu seperti marah, kecewa, bersalah, depresi, bahagia dan lain-lain. Ekspresi emosi adalah cara yang dipilih untuk mengkomunikasikan perasaan-perasaan tersebut. Contohnya senyum sebagai ekspresi berbahagia. Perilaku emosional merujuk pada perilaku yang dipilih untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan, misalnya marah dan membanting pintu.

Hal yang esensial dalam perilaku emosi, individu tidak harus bertindak sesuai dengan emosi yang dirasakan, karena individulah yang mengontrol emosi yang akan dikeluarkan. Dalam kasus Acho, Acho memilih untuk melampiaskan perasaan kecewanya dalam bentuk tulisan di blog dan bisa dibaca oleh publik.

Apa yang harus Dilakukan untuk Mengekspresikan Emosi?

Lalu, apakah emosi perlu diekspresikan seperti Acho atau dipendam? Emosi yang dirasakan perlu untuk diekspresikan selama hal itu bisa dilakukan dengan cara-cara yang bisa diterima.DeVito (1996) memberikan beberapa panduan untuk mengekspresikan emosi secara efektif :

1.   Mengerti emosi yang dirasakan. Cobalah pikirkan mengenai emosimu seobjektif mungkin. Pertanyaan yang bisa digunakan untuk memahami emosi misalnya ‘Mengapa saya merasakan hal ini?’ atau ‘Apa yang terjadi sehingga membuat saya merasakan hal ini?’

2.  Putuskan jika ingin mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan. Terkadang kita tidak bisa menghentikan pikiran untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan, dan ini seperti respon otomatis yang terjadi. Jika punya waktu untuk berpikir, baiknya kita memikirkan mengenai ekspresi emosi yang dirasakan. Perlu dicamkan bahwa ketika kita mengkomunikasikan suatu hal (emosi), maka hal tersebut tidak bisa ditarik kembali.

3.    Menilai opsi-opsi komunikasi yang ada. Jika individu memutuskan untuk mengekspresikan emosi, pertimbangkan pula waktu dan setting untuk mengungkapkan emosi, individu yang akan menerima tampilan perasaan dan metode komunikasi yang akan digunakan.

4.   Deskripsikan perasaan. Pengekspresian emosi yang umum dan abstrak biasanya menjadi tidak efektif. Jelaskan emosi atau perasaan dengan spesifik dan konkrit.

Kembali pada pertanyaan awal, apakah curhat di muka publik diperbolehkan? Pilihannya dikembalikan kepada masing-masing individu, namun demikian bijaklah dalam mengambil keputusaan untuk mengekspresikan perasaan atau emosi anda.

 

Wise while online, Think before posting

Referensi :

DeVito. J.A. (1996). Messages : Building interpersonal communication skills. New York : Harper Collins.

 

Hindarto, S.Y., & Pratiwi, P.S. (2017). Kronologi kasus komika acho versus apartemen green pramuka. CNN Indonesia. Diunduh dari  https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170806143342-12-232782/kronologi-kasus-komika-acho-versus-apartemen-green-pramuka/

 

Kamus Besar Bahasa Indonesia online. (2017). KBBI online dan kamus gaul yang lebih lengkap. Diunduh dari http://www.kbbionline.com/arti/gaul/curhat

 

Movanita, A.N.K. (2017). Dampak kasus Acho, masyarakat bisa takut keluhkan pelayanan buruk. Diunduh dari:  http://nasional.kompas.com/read/2017/08/07/18070451/dampak-kasus-acho-masyarakat-bisa-takut-keluhkan-pelayanan-buruk

 

Suwirya, S. (2012). Antecedents dan consequences dari customer satisfaction pada peritel lokal di pasar modern (Thesis tidak dipublikasikan). Universitas Pelita Harapan, Jakarta.