ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 43 Oktober 2025
Teori Orang Hebat Oleh Thomas Carlyle: Suatu Kajian Literatur
Oleh:
Muhammad Muhar
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan salah satu topik utama dalam kajian psikologi organisasi, manajemen dan ilmu sosial. Seiring perkembangan sejarah, berbagai teori kepemimpinan telah lahir untuk menjelaskan bagaimana seorang individu dapat memengaruhi orang lain. Pada abad ke-19, Thomas Carlyle melalui karyanya On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History (1841) memperkenalkan konsep Teori Orang Hebat (Great Man Theory).
Menurut Antonakis dan Day (2017) dalam The Nature of Leadership, Great Man Theory berpendapat bahwa pemimpin dilahirkan, bukan dibentuk, dan memiliki bakat serta sifat bawaan yang membuat mereka sukses, alih-alih memperoleh keterampilan melalui pembelajaran atau pengalaman. Meskipun teori ini telah berkembang sejak abad ke-19, dan banyak orang mengakui adanya ciri-ciri unik pada pemimpin hebat, namun ia tidak didukung oleh kajian ilmiah yang mendalam mengenai kombinasi karakteristik yang membuat seseorang menjadi pemimpin hebat.
Teori ini menekankan bahwa sejarah dunia dibentuk oleh individu-individu besar dengan kualitas kepemimpinan yang luar biasa. Pemimpin menurut Carlyle tidak dibentuk oleh situasi, melainkan dilahirkan dengan sifat-sifat unik yang membuat mereka mampu memimpin. Tokoh-tokoh seperti Napoleon Bonaparte, Alexander Agung, hingga Abraham Lincoln sering dijadikan contoh dalam teori ini (Bass, 1990).
Namun dalam perkembangan ilmu kepemimpinan, teori ini banyak mendapat kritik karena dianggap mengabaikan faktor lingkungan, pendidikan, dan konteks sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meninjau kembali relevansi Teori Orang Hebat dalam kajian kepemimpinan modern.
Pembahasan
Great Man Theory memiliki peran penting dalam sejarah pemikiran kepemimpinan. Pandangan Carlyle bahwa pemimpin besar adalah penentu sejarah dunia menggambarkan paradigma kepemimpinan yang individualistik. Dalam konteks abad ke-19, teori ini sesuai dengan fenomena tokoh-tokoh militer dan politik yang memengaruhi jalannya sejarah.
Namun, dalam perspektif ilmiah modern, teori ini dianggap kurang komprehensif. Kepemimpinan tidak hanya bergantung pada sifat bawaan, tetapi juga pada konteks, situasi, pengalaman, dan interaksi sosial. Hal ini kemudian mendorong lahirnya teori-teori kepemimpinan baru, seperti Contingency Theory, Behavioral Theory, dan Transformational Leadership Theory (Northouse, 2019).
Meski demikian, Great Man Theory tetap relevan untuk memahami fenomena kepemimpinan karismatik yang masih sering muncul di dunia politik dan bisnis. Pemimpin-pemimpin visioner yang dianggap “unik” dan “berbeda” tetap memiliki daya tarik tersendiri dalam memobilisasi massa.
Kesimpulan
Teori Orang Hebat (Great Man Theory) oleh Thomas Carlyle merupakan salah satu teori klasik yang menekankan peran individu luar biasa dalam membentuk sejarah. Meskipun banyak mendapat kritik karena deterministik dan kurang ilmiah, teori ini memiliki kontribusi penting sebagai fondasi awal perkembangan teori kepemimpinan. Dalam konteks modern, relevansinya tetap ada terutama pada fenomena kepemimpinan karismatik, meskipun studi kepemimpinan saat ini lebih menekankan peran lingkungan, situasi, dan proses pembelajaran.
Daftar Pustaka
Bass, B. M. (1990). From transactional to transformational leadership: Learning to share the vision. Organizational Dynamics, 18(3), 19–31.
Carlyle, T. (1841). On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History. London: James Fraser.
Northouse, P. G. (2019). Leadership: Theory and Practice (8th ed.). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
Antonakis, J., & Day, D. V. (Eds.). (2017). The Nature of Leadership (3rd ed.). SAGE.