ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 43 Oktober 2025

"Optimisme Fresh Graduate Terkikis Realita Dunia Kerja"

 

Oleh:

Aisatul Hasanah dan Dea Alzahra

Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

 

Harapan setiap orang ketika menyelesaikan pendidikan tinggi adalah mendapatkan pekerjaan yang mereka impikan. Menurut mereka gelar akademik yang diperoleh merupakan jembatan awal dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun, realitanya banyak tantangan yang harus dihadapi saat melamar pekerjaan. Tantangan-tantangan tersebut membuat para pelamar kerja khususnya fresh graduate merasa pesimis dan kecewa. Fresh graduate yang telah menyelesaikan pendidikan biasanya memiliki harapan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan dengan lingkungan kerja yang ideal, gaji awal yang tinggi, dan kemudahan mendapatkan pekerjaan sesuai jurusannya. Ekspetasi yang mereka bayangkan tersebut tidak sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan, faktanya dunia kerja dipenuhi dengan tuntutan persyaratan yang banyak seperti persyaratan administratif, persaingan yang tinggi, dan syarat pengalaman kerja yang harus dimiliki oleh pelamar.

 

Realita ini menyebabkan harapan dan kenyataan yang dimiliki oleh fresh graduate menjadi tidak seimbang sehingga menurunkan optimisme mereka. Karena banyak perusahaan yang tidak hanya melihat gelar saja tetapi juga kemampuan yang dimiliki dan pengalaman yang relevan. Tuntutan yang mereka rasakan membuat optimisme yang semulanya tinggi menjadi menurun. Ketika mereka sering dihadapkan oleh penolakan atau tidak memenuhi kualifikasi perusahaan hal ini dapat menyebabkan putus asa dan kecewa yang akan berdampak pada penurunan optimisme dalam mencari pekerjaan.

Kondisi ini menyebabkan angka pengangguran pada fresh graduate menjadi tinggi, di indonesia sendiri tercatat bahwa pada tahun 2023 tingkat pengangguran di kalangan fresh graduate mengalami peningkatan yaitu sekitar 7,5% berdasarkan data dari badan pusat statistik (Badan Pusat Statistik, 2025).  Definisi optimisme itu sendiri adalah sesuatu keyakinan bahwa hal-hal buruk yang terjadi bersifatnya sementara, tidak akan mempengaruhi semua aspek kehidupan, dan tidak selalu terjadi karena kesalahan diri sendiri, tetapi bisa saja disebabkan oleh situasi, keberuntungan yang kurang baik atau tindakan orang lain.

Optimisme yang turun dikalangan freshgraduate dapat disebabkan oleh tuntutan persyaratan pengalaman kerja yang minimal harus satu hingga dua tahun, sedangkan fresh graduate yang baru lulus belum memilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya ketimpangan antara kompetensi yang dimiliki dengan kriteria dunia kerja sehingga membuat mereka merasa tidak percaya diri serta dapat memicu perasaan pesimis. selain itu, tekanan sosial juga merupakan faktor yang berpengaruh pada penurunan optimisme fresh graduate. Harapan dan tuntutan dari lingkungan sosial seperti keluarga dan teman sering kali membuat freshgraduate merasa terbebani. Pasalnya, ketika proses pencarian kerja membutuhkan waktu yang cukup lama hal ini dapat memunculkan rasa gagal dan ketidakpuasan yang akan berdampak pada munculnya emosi negatif seperti stress, putus asa, dan kecemasan.

 

Dengan rendahnya optimisme pada fresh graduate dapat berdampak pada penurunan tingkat kesejahteraan psikologis individu. kondisi ini terihat melalui ketidakpuasan dalam kehidupan, berkurangnya emosi positif seperti kegembiraan dan kasih sayang, serta meningkatkan emosi negatif seperti kecemasan, kemarahan dan stres (Zalki & Juniarly, 2023). Dalam konteks ini, kecemasan yang dialami oleh fresh graduate seringkali ditandai dengan menurunnya kepercayaan diri, kecenderungan untuk melamun atau merenung secara berlebihan, perasaan tertekan, mudah merasa putus asa, serta keraguan terhadap kemampuan diri sendiri. Apabila berlangsung secara berkepanjangan tanpa penanganan yang tepat, keadaan ini dapat berkembang menjadi kecemasan yang bersifat kronis (Laily & Andriyani, 2024).

 

Solusi untuk menangani penurunan optimisme pada fresh graduate terletak pada peningkatan harga diri dan pengembangan diri yang berkelanjutan. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Ambarsari, 2023) mengatakan bahwa harga diri yang tinggi berkontribusi signifikan terhadap optimisme, penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri memberikan kontribusi sebesar 5.8% terhadap optimisme dalam pencarian kerja. oleh karena itu, fresh graduate perlu fokus pada pengembangan diri melalui pelatihan, kompetensi dan pengalaman yang relevan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas mereka. Solusi mengatasi penurunan optimisme pada fresh graduate diperukan dukungan eksternal dari orang tua, keluarga, dan teman juga sangat penting. Komunikasi positif dan dukungan emosional dapat membantu fresh graduate merasa lebih percaya diri dan termotivasi dalam menghadapi tantangan di dunia kerja. Selain itu, peningkatan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan akan membantu fresh graduate bersaing lebih baik, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan optimisme mereka. Dengan menggabungkan pengembangan diri, dukungan sosial dan peningkatan kompetensi, fresh graduate dapat membangun sikap positif dalam mendapatkan pekerjaan.

 

Kesimpulan

Fresh graduate cenderung memiliki ekspetasi yang tinggi setelah lulus, seperti mendapatkan gaji yang layak, posisi yang sesuai dengan jurusan, dan lingkungan kerja yang ideal. Namun, faktanya ekspetasi tersebut berbanding terbalik dengan tuntutan persyaratan yang banyak. Tuntutan tersebut seperti persyaratan administratif, pengalaman kerja yang harus minimal satu hingga dua tahun, serta persaingan yang ketat tidak selaras dengan kondisi fresgraduate yang umumnya tidak mempunyai bekal pengalaman. Hal ini menyebabkan menurunnya optimisme pada fresh graduate dan memunculkan perasaan negatif seperti putus asa serta cemas yang berlebih ketika mencari pekerjaan. Dengan hal ini berdampak serius terhadap kesejahteraan psikologis, termasuk munculnya kecemasan, stres, dan penurunan kepercayaan diri. Dalam mengatasi hal ini diperlukan strategi yang berfokus pada peningkatan harga diri, pengembangan diri secara berkelanjutan, serta dukungan sosial yang positif. Selain itu, fresh graduate perlu mengembangkan diri melalui pelatihan dan keterlibatan dalam aktivitas sesuai kompetensi, dan memperoleh dukungan emosional dari lingkungan sekitar. Hal ini dapat membuat fresh graduate akan lebih siap menghadapi dunia kerja dengan sikap yang optimis dan tangguh.

 

Daftar Pustaka:

Ambarsari, M. W. (2023). Harga Diri dan Optimisme Mencari Kerja pada Fresh Graduate . Jurnal Serina Sosial Humaniora, 1, 102–103.

Badan Pusat Statistik. (2025, February 6). Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2023. Bps.Go.Id.

Laily, D. F. N., & Andriyani, I. N. (2024). Dampak Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Pada Fresh Graduate Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

Zalki, R., & Juniarly, A. (2023). Optimisme Dan Kesejahteraan Subjektif Pada Pengangguran Dewasa Muda. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 14(1), 79–89.