ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 33 Mei 2025

Perkembangan Kehidupan Anakin Skywalker di Star Wars II: Attack of The Clones

Oleh:

Aisyah Syihab

Fakultas Psikologi Universitas Pancasila

Pengantar

Star Wars II: Attack of The Clones menceritakan tentang kelanjutan kisah dari Episode I-nya (The Phantom of Menace), yaitu setelah perang di planet Naboo, Republik masih harus menghadapi ancaman adanya kelompok yang ingin memisahkan diri dari Republik. Kelompok ini dipimpin oleh Count Dooku, yang merupakan mantan Master Jedi. Tidak hanya itu, Padme Amidala yang kini sudah menjadi salah satu senator Republik mengalami percobaan pembunuhan ketika dia akan menghadiri pertemuan untuk para senator di Coruscant (Lucas, 2002). Obi-Wan Kenobi dan Anakin Skywalker pun dikirim oleh para Master Jedi untuk melindungi Padme. Mereka menemukan orang yang ingin membunuh Padme, yang ternyata adalah pembunuh bayaran, yang disuruh oleh Jango Fett.

Bersamaan dengan itu, Anakin mengantarkan Padme pulang Kembali ke Naboo, interaksi keduanya di sana yang sangat sering dan intens membuat mereka saling jatuh cinta. Suatu hari Anakin mendapatkan firasat bahwa ibunya (Shmi Skywalker) sedang menghadapi bahaya. Anakin pun ingin kembali ke planet Tatooine untuk menyelamatkan ibunya. Ternyata ia gagal menyelamatkan ibunya, Shmi sudah dalam keadaan sekarat begitu Anakin menemuinya, lalu ia meninggal dalam pelukan putranya. Anakin yang sangat marah dan bersedih karena kematian ibunya lalu membunuh seluruh anggota Tusken Riders (kelompok yang menyekap ibunya hingga tewas). Padme berusaha menghibur Anakin, bahkan ketika Anakin mengakui bahwa ia membantai seluruh Tuskan Riders (termasuk Perempuan dan anak-anak), Padme masih menerimanya walau muncul ketakutan terhadap kekasihnya.

Mengapa dan Bagaimana Mengkaji Anakin?

Tujuan analisis tahapan perkembangan Anakin Skywalker di Star Wars II: Attack of The Clones adalah untuk memahami pengaruh-pengaruh secara internal dan eksternal pada kondisi psikologis yang dialami Anakin sebagai remaja. Faktor-faktor internal misalnya genetik atau potensi dasar, temperamen, dan regulasi diri (Eisenberg, dkk., 2010; Prakash, 2023). Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter dan kepribadian individu meliputi hal-hal yang berasal dari luar diri individu, seperti pola asuh dan tipe kelekatan dari orang tua, bimbingan dan pengajaran dari guru, pengalaman hidup yang ia hadapi, dan relasi dengan teman atau pasangan (Batool & Ghayas, 2020; Bornstein & Bradley, 2012; Yanti, 2021).

Analisis kepribadian Anakin dan perkembangannya yang terjadi pada film Star Wars II ini menggunakan metode analisis tematik. Analisis tematik merupakan metode penelitian maupun analisis yang dilakukan secara kualititatif untuk mengidentifikasi pola dan tema yang terdapat dalam suatu data. Analisis tematik dapat digunakan untuk menganalisis data yang berasal dari tokoh pada kisah fiksi yang dibaca atau ditonton. Tahapan pada analisis tematik di antaranya adalah memahami data yang akan dianalisis, mencari tema, memberikan nama atau kode pada tema, mengevaluasi tema yang sudah dibuat, memberikan penjelasan mengenai tema, serta membuat hasil analisis terhadap tema-tema tersebut (Braun & Clarke, 2022).

Anakin yang Beranjak Dewasa

Perkembangan cerita mengenai kehidupan Anakin pada episode II ini adalah tentang upayanya melindungi dan menyelamatkan Padme Amidala dari ancaman para pembunuhnya. Setelah tidak bertemu selama sepuluh tahun dengan Padme, akhirnya Anakin kembali bersua dengannya (Ciputra, 2023). Anakin pada Episode 2 Star Wars berusia sekitar 19 tahun (Mithaiwala, 2024).

Usia ini masuk ke dalam tahap perkembangan remaja (10-22 tahun) (Santrock, 2020). Sebagaimana remaja pada umumnya, Anakin mengalami perasaan jatuh cinta. Anakin sebetulnya sudah dari sejak awal bertemu dan berkenalan dengan Padme (di Star Wars I: The Phantom Menace), kagum dengan Ratu dari Planet Naboo tersebut (Lucas, 1999). Namun pada saat itu dia masih berusia sembilan tahun, Padme yang berusia lima tahun lebih tua, menganggapnya sebagai adik (Gladmandkk., 2024). Tugas melindungi Padme membuat Anakin lebih sering bersamanya, sehingga perasaan Anakin pun berkembang menjadi cinta, dan Padme pun merasakan hal yang sama (Lenker, 2022).

Selain merasakan jatuh cinta, pada episode kedua Star Wars ini, Anakin remaja juga mengalami pencarian jati diri. Anakin yang masih menjadi padawan (calon Jedi) di bawah bimbingan Obi-Wan Kenobi merasa tidak sabar ingin segera menjadi Jedi dan berpikir bahwa proses pengangkatannya menjadi Jedi dihalangi oleh Obi-Wan (Isengardu, 2017). Padahal Obi-Wan sudah berusaha membela Anakin pada saat Master Jedi lainnya, termasuk Yoda sudah curiga kepada Anakin yang tidak memiliki kualitas kesabaran seorang Jedi, misalnya tidak bisa menahan amarah (Lucas, 2002).

Pada sisi lain, peristiwa terbunuhnya Shmi membuat Anakin menjadi frustrasi, merasa tidak berdaya dan mulai tumbuh rasa dendam. Hal tersebut semakin menurunkan peluangnya untuk menjadi Master Jedi, yang nantinya (pada episode 3) mengarahkan dia ke Sisi Gelap (Dark Side) (Lucas, 2002; Lucas 2005). Pernikahan diam-diam dengan Padme juga merupakan bentuk pelanggaran kode etik Jedi, yang bisa menjadi salah satu bukti sifat Anakin memiliki kecenderungan memberontak dan mudah beralih ke Sisi Gelap. Perkembangan Anakin sebagai remaja yang merasakan jatuh cinta, mencari jati diri, dan mengalami perubahan drastis dari seorang Jedi yang nantinya menjadi tokoh jahat, menarik untuk dianalisis lebih lanjut berdasarkan teori-teori Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan. Selain itu juga akan dibahas peranan orang-orang di sekitar Anakin yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan tersebut, mulai dari ibunya (Shmi), istrinya (Padme Amidala), dan gurunya (Obi-Wan Kenobi).

Gejala Psikologis Anakin: Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis tematik, tema pertama yang dianalisis adalah coping strategy yang dilakukan Anakin ketika mengalami rasa takut. Anakin merasa ia mendapatkan penglihatan dari force (kekuatan) yang ia miliki sebagai Jedi. Mimpi tersebut membuatnya ketakutan (ibunya akan meninggal), dan ia berusaha melakukan coping strategy (cara yang dilakukan individu untuk mengurangi ketegangan ketika menghadapi kondisi yang menyebabkan diri merasa tertekan atau mengalami perasaan negatif) dengan menekan perasaan takut yang dialaminya dengan teknik meditasi yang diajarkan kepada para Jedi. Namun setelah ia menghadapi secara langsung peristiwa kematian ibunya, ia tidak menekan emosi negatifnya lagi, mengeluarkan semua amarahnya dan melakukan pembunuhan kepada para penculik ibunya (suku Tusken Raiders), bahkan kepada anggota suku yang tidak terlibat (Wester, 2005).

Kematian Shmi merupakan peristiwa paling signifikan di Star Wars II yang mengubah perilaku Anakin, yang berpengaruh terhadap pembentukan jati dirinya. Pendidikan dan bimbingan untuk menjadi Jedi yang ia dapatkan selama ini khususnya dari Obi-Wan, yang paling utama adalah bisa mengontrol amarahnya pun lenyap dengan kejadian itu. Ketidakmampuannya menahan amarah yang ia sesali sebagai Jedi malah dimaklumi oleh Padme, yang mengatakan hal tersebut manusiawi (Salvatore, 2002). Padahal sebagai pemilik force, kemampuan meregulasi emosi adalah salah satu pembeda antara Jedi (Sisi Terang - Light Side) dan Sith (Sisi Gelap – Dark Side) (Miller, 2025).

Shmi merupakan figur lekat pertama dan paling penting untuk Anakin, karena ia adalah orang tua satu-satunya bagi Anakin. Anakin yang diketahui tidak pernah memiliki ayah, dan dianggap lahir melalui The Force (Dyce, 2024), tentu saja mengalami father issue. Pola kelekatan (attachment style) yang dialami Anakin dan ibunya adalah anxious attachment, yang merupakan salah satu pola yang insecure (Miller, 2016). Itu juga yang menjadikan kematian Shmi adalah titik perubahan drastis pada karakter Anakin.

Berdasarkan analisis tema tipe kepribadian Anakin menurut teori Big Five Personality (Costa & McCrae, 1999), tipe kepribadian Anakin berubah dari extraversion menjadi neuroticism. Tipe kepribadian extraversion Anakin yang terlihat sejak ia anak-anak (pada film Star Wars I: The Phantom Menace), masih dapat diamati pada bagian awal dari film Star Wars II: Attack of The Clones. Karakter Anakin yang mudah bergaul dengan orang baru, banyak bicara (talkative), penuh semangat, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dan mudah bosan merupakan ciri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian cenderung ke extraversion. Tipe kepribadian Anakin mulai berubah cenderung ke neuroticism ketika ia mendapatkan mimpi buruk tentang kematian ibunya. Anakin menjadi sering cemas, takut, gelisah, mudah tersinggung, agresif, serta gampang terpengaruh oleh hal-hal negatif, ciri-ciri tersebut merupakan karakter dari tipe kepribadian neuroticism.

 Selain itu, Anakin remaja ada kemungkinan mengalami Gangguan Sindrom Paska Trauma (Post-Traumatic Syndrome Disorde - PTSD) dan Gangguan Kepribadian Narsistik (Narcissistic Personality Disorder - NPD). Post-Traumatic Syndrome Disorder yang dimiliki Anakin dapat dilihat pada saat dia membinasakan seluruh anggota Tusken Raiders. Anakin menyaksikan langsung peristiwa ibunya sekarat karena disiksa oleh Tusken Raiders hingga ibunya wafat dalam pelukannya. Kehilangan orang yang paling disayang, apalagi melihat hal tersebut secara langsung dapat memicu trauma pada diri individu (Qassem, dkk., 2021). Beberapa gejala PTSD yang dimiliki oleh Anakin adalah memiliki emosi marah yang intens, mudah tersinggung dan terpancing untuk marah, sangat agresif (terutama ketika menghabisi seluruh anggota Tusken Raiders), serta memiliki ketakutan akan kembali mengalami kehilangan orang yang dicintai (Mu, dkk., 2020).

Anakin juga memiliki gejala NPD, yaitu merasa memiliki kelebihan jauh di atas para Jedi lain, selalu ingin membuktikan kehebatan diri di depan banyak orang, ingin diperhatikan dan dipuji, ingin mendapatkan perlakuan khusus, marah ketika perhatian dan pujian itu tidak didapatkannya, serta menunjukkan arogansi (Campbell & Baumeister, 2006). Pada film Star Wars II (Lucas, 2002), gejala-gejala NPD pada Anakin terlihat saat ia berusaha untuk membuktikan kekuatannya sebagai Jedi di depan Obi-Wan agar segera diangkat menjadi Master Jedi. Ia marah kepada para Master Jedi, khususnya Obi-Wan, yang ia anggap menghambatnya untuk menjadi Master Jedi. Ia juga sangat senang ketika dipuji kehebatannya oleh Padme. Ia sangat arogan hingga dengan mudah melanggar aturan Jedi untuk memiliki hubungan asmara.

Dugaan Asal Mula Gejala Psikologis Anakin

Faktor-faktor yang menyebabkan individu memiliki suatu karakter dan kepribadian tertentu, bahkan mengalami perubahan karakter dan kepribadian dibedakan menjadi faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut (faktor internal) serta faktor yang berasal dari luar diri individu (faktor eksternal). Salah satu faktor internalnya adalah Anakin sejak kecil sudah memiliki potensi untuk menjadi sosok yang hebat dan memiliki kekuatan super, karena ia dipercaya merupakan perwujudan dari The Force (Dyce, 2024). The Force pada semesta Star Wars adalah energi kehidupan yang berupa kekuatan misterius yang menjaga keseimbangan kosmik antar galaksi (Chamary, 2018). Anakin sejak kecil juga sudah memiliki temperamen yang tinggi, ia mudah marah (Lucas, 1999), hal ini juga merupakan faktor intrinsik, karena merupakan karakterisitk yang dimiliki individu sejak lahir. Temperamen dapat menjadi pemicu individu berlaku agresif dan melakukan kekerasan (Olweus, 1980). Faktor intrinsik lainnya yang berpengaruh terhadap karakter, kepribadian, dan perilaku individu adalah regulasi diri (Eisenberg, dkk., 2010), kemampuan Anakin untuk melakukan regulasi emosi cukup rendah (Salvatore, 2002). Potensi kekuatan super, temperamen, dan regulasi diri yang rendah pada Anakin menyebabkan ia memiliki karakter yang cenderung agresif dan melakukan kekerasan pada saat mengalami trauma. Kesadaran memiliki potensi berupa force yang kuat juga membuat Anakin memiliki gejala-gejala NPD.

Faktor eksternal pertama yang berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian Anakin adalah pola asuh dari ibunya (Shmi) yang cenderung permissive. Pola asuh permissive adalah pola asuh di mana orang tua cenderung menuruti keinginan anak dan memberikan kebebasan kepada anak, dengan kontrol yang terbatas pada perilaku anak (Baumrind, 1967). Menurut Masud dkk., (2019), pola asuh permissive berpengaruh terhadap terjadinya perilaku agresif. Maka pola asuh permissive yang Anakin dapatkan dari ibunya menjadi salah satu faktor terbentuknya karakter ia yang cenderung agresif. Selain itu, faktor eksternal terkait ibunya adalah tipe kelekatan (attachment style) antara Anakin dan Shmi. Anakin dan ibunya memiliki tipe kelekatan anxious attachment style. Anxious attachment style adalah tipe kelekatan di mana individu menginginkan hubungan yang sangat dekat dengan figur lekatnya, sulit berpisah, serta sangat cemas dan takut ketika berpisah (Ainsworth, 1992). Hal tersebut menjadi faktor yang juga berpengaruh terhadap terjadinya perilaku agresif dan PTSD pada Anakin ketika kehilangan ibunya. Setelah kehilangan ibunya, maka figur lekatnya adalah Padme, ia pun memiliki anxious attachment style juga dengan Padme, dan cemas pula akan kehilangan Padme.

Faktor eksternal lainnya adalah father issue, Anakin yang memang tidak pernah memiliki ayah, kehilangan figur laki-laki utama dalam hidupnya. Akibatnya adalah ia cenderung memiliki relasi negatif dengan sesama pria dan tidak menghargai aturan-aturan yang seharus berlaku untuknya (Carvalho, 2017). Figur laki-laki yang cukup dekat dengan Anakin remaja adalah Master Jedi-nya, yaitu Obi-Wan. Anakin sempat mengagumi dan menganggap Obi-Wan tidak hanya sebagai guru atau pembimbingnya, namun juga sebagai kakak. Pada prosesnya menjadi seorang Jedi, Anakin banyak belajar dari Obi-Wan. Akan tetapi Anakin tidak sabar untuk segera menjadi Master Jedi dan merasa Obi-Wan adalah penghalangnya. Inilah yang membuat rasa hormat Anakin kepada gurunya berkurang (Carvalho, 2017). Apalagi setelah ia berpisah dari Obi-Wan untuk menjaga Padme di Naboo, sementara Obi-Wan mengejar Jango ke Kamino, ia merasa lebih bebas dan bisa membuktikan diri di depan Padme. Faktor eksternal berikutnya adalah pengalaman hidup yang dia rasakan, khususnya ketika ia kehilangan ibunya. Faktor ini berpengaruh mengubah kepribadian Anakin dari extraversion menjadi neuroticism.

Selain faktor-faktor di atas, perkembangan karakter dan kepribadian individu dapat ditinjau berdasarkan berbagai teori. Teori pertama yang dapat menjelaskan hal ini adalah Teori Psikososial dari Erik Erikson. Teori Psikososial merupakan teori yang menjelaskan mengenai perkembangan kepribadian individu yang dipengaruhi oleh interaksi dan tantangan sosial pada setiap tahapan kehidupannya (Munley, 1975). Remaja berada pada tahapan kelima dari teori tersebut, mengalami konflik pencarian identitas diri, yaitu Identity versus Confussion. Remaja yang sudah mendapatkan identitas dirinya berada pada kutub identity, sedangkan yang masih kebingungan akan jati dirinya berada pada kutub confussion (Erikson, 1959).

Anakin pada film Star Wars II masih mencari jati dirinya, apakah tetap ingin sebagai Jedi atau tidak. Menurut Marcia (1980), proses pencapaian jati diri tidak hanya berdasarkan kedua kutub tersebut. Marcia (1980) membagi hal tersebut menjadi empat status identitas, yaitu identity achievement, moratorium, forclosure dan identity diffusion, berdasarkan tinggi rendahnya komitmen dan krisis yang dimiliki individu ketika mencapai jati dirinya. Anakin remaja memiliki krisis identitas yang tinggi, sedang mengeksplorasi berbagai pilihan dalam hidupnya dan belum memiliki komitmen yang kuat terhadap pilihan hidupnya, maka ia berada pada status identitas Moratorium. Oleh karena itu wajar jika nantinya ia beralih dari Jedi menjadi Sith di masa dewasa.

Tahapan Psikososial Erikson yang dialami Anakin pada Star Wars II ini bukan hanya Identity versus Confussion, namun juga Intimacy versus Isolation. Anakin berada pada kutub intimacy karena ia merasakan jatuh cinta, memiliki hubungan romantis dengan Padme, bahkan menikahinya. Walau menurut Erikson ini seharusnya berada pada tahapan dewasa muda (20-40 tahun) (Miller, 2016), tapi sebenarnya cukup wajar terjadi pada tahapan remaja. Hal ini didukung oleh Teori Tahapan Psikoseksual Freud, yang menyatakan pada tahapan remaja, individu mengalami fase genital. Fase genital mengacu pada kondisi di mana individu mengalami ketertarikan seksual dan ingin memiliki relasi romantis dikarenakan organ seksualnya sudah berfungsi dengan baik (Miller, 2016).

Penutup

Pada film Star Wars II: Attack of The Clones, Anakin berada pada tahap perkembangan remaja (dengan usia 19 tahun). Perkembangan karakter dan kepribadiannya pada masa ini terjadi karena faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap hal itu adalah potensi dasar dan temperamen yang ia miliki serta regulasi diri yang rendah, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap dirinya adalah pola asuh permissive, father issue, tipe kelekatan anxious dengan ibunya, bimbingan dari guru, hubungan romantis dengan kekasihnya, serta pengalaman hidup yang traumatis. Teori-teori Psikologi Perkembangan yang dapat menjelaskan perkembangan karakter dan kepribadiannya adalah Teori Psikososial Erikson (pada tahap identity versus confussion dan tahap intimacy versus isolation), Teori Pembentukan Identitas Marcia, dan Teori Tahapan Psikoseksual Freud.

Daftar Pustaka

Ainsworth, M. D. S. (1992). A consideration of social referencing in the context of attachment theory and research. In S. Feinman (Ed.), Social referencing and the social construction of reality (pp. 349–367).  Plenum.

Batool, S.S., & Ghayas, S. (2020). Process of career identity formation among adolescents: components and factors. Heliyon, 6(9). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04905.

Baumrind, D. (1967). Child care practices anteceding three patterns of preschool behavior. Genetic Psychology Monographs, 75, 43-88.

Bornstein, M. H., & Bradley, R. H. (2012). Socioeconomic status, parenting, and child development.  Routledge.

Braun, V. & Clarke, V. (2022). Thematic analysis: A practical guide. SAGE Publication Ltd.

Campbell, W. K., & Baumeister, R. (2006). Narcissistic Personality Disorder. In book: Practitioner’s guide to evidence-Based psychotherapy. DOI:10.1007/978-0-387-28370-8_42.

Carvalho, L, de F., (2017). From Anakin Skywalker to Darth Vader: understanding Star Wars based on Theodore Millons theory of personality pathology. Revista de Medicina y Cine13(3), 121.

Chamary, J. V. (2018). Star wars: The last jedi’ finally explain the force. Forbes. https://www.forbes.com/sites/jvchamary/2018/01/06/star-wars-last-jedi-force/

Ciputra, M. (2023). Sinopsis Star Wars: Attack of The Clones (2002). Dafunda. https://dafunda.com/movie/sinopsis-star-wars-attack-of-the-clones-2002/

Costa, P., & McCrae, R. R. (1999). A five-factor theory of personality. Theoretical Perspectives, 2. 51-87.

Dyce, A. (2024, 6 Juli). Star wars: Anakin Skywalker’s father finally revealed. Screen rant. https://screenrant.com/star-wars-anakin-father-emperor/

Eisenberg N., Spinrad T. L., & Eggum N. D. (2010). Emotion-related self-regulation and its relation to children's maladjustment. Annu Rev Clin Psychol. 6, 495-525. doi: 10.1146/annurev.clinpsy.121208.131208.

Erikson, E. H. (1959). Identity and the life cycle: Selected papers. Psychological Issues, 1, 1–171.

Gladman, A. Iacobucci, J. Cotts. J., & Vaux, R. (2024). Star Wars: the age difference between Anakin & Padme, Explained. CBR. https://www.cbr.com/star-wars-anakin-padme-age-difference/

Isengardu, C. (2017). The life experiences that shaped Anakin Skywalker: Jedi order (p.I). Tumblr.  https://cienie-isengardu.tumblr.com/post/153554945894/the-life-experiences-that-shaped-anakin-skywalker

Laily, I. N. (2022, 6 September). Urutan film Star Wars beserta sinopsisnya sesuai kronologi. Katadata.co.id. https://katadata.co.id/lifestyle/gaya-hidup/63168fa9b6f0b/urutan-film-star-wars-beserta-sinopsisnya-sesuai-kronologi

Lenker, M. L. (2022). In defense of the Anakin and Padme romance in Star Wars: Attack of The Clones. Entertainment Weekly. https://ew.com/movies/star-wars-attack-of-the-clones-anakin-padme-romance/

Lucas, G. (1999). Star wars I: The phantom menace. Lucasfilm Ltd.

Lucas, G. (2002). Star wars II: Attack of the clones. Lucasfilm Ltd.

Lucas, G. (2005). Star wars III: Revenge of the sith. Lucasfilm Ltd.

Marcia, J. E. (1980). Identity in adolescence. In J. Adelson (Ed.), Handbook of adolescent psychology. Wiley.

Masud, H., Ahmad, M. S., Ki, W. C., & Fakhr, Z. (2019). Parenting styles and aggression among young adolescents: A systematic review literature. Community Mental Health Journal, 55: 1015-1030.

Miller, C. (2025, 10 Januari). Star wars know the true purposes of the sith: The dark isn’t evil, it’s hungry. Screen Rant. https://screenrant.com/star-wars-dark-side-not-evil-op-ed/

Miller, P. H. (2016). Theories of developmental psychology. Worth Publisher.

Mithaiwala, M. (2024). How old Anakin in each Star Wars movie and TV show (Including as Darth Vader). Screen Rant. creenrant.com/star-wars-movies-anakin-vader-age-how-old/#:~:text=The%20prequel%20trilogy%20fastforwards,the%20end%20of%20this%20movie.

Mu, W., Narine, K., Farris, S., Lieblich, S., Zang, Y., Bredemeier, K., … Foa, E. (2020). Trauma-related cognitions predict treatment response in smokers with PTSD: Evidence from cross-lagged panel analyses. Addictive Behaviors. https://doi.org/10.1016/j.addbeh.2020.106376

Munley, P. H. (1975). Erik Erikson's theory of psychosocial development and vocational behavior. Journal of Counseling Psychology, 22(4), 314–319. https://doi.org/10.1037/h0076749

Olweus, D. (1980). Familial and temperamental determinants of aggressive behavior in adolescent boys: Acausal analysis. Developmental Psychology, 16: 644-660.

Prakash, V. (2023, 27 Januari). Internal factors affecting personality development. Sarvayog. https://www.sarvayog.com/internal-factors-affecting-personality-development/

Qassem, T., Aly-ElGabry, D., Alzarouni, A., Abdel-Aziz, K., & Arnone, D. (2021). Psychiatric Co-Morbidities in Post-Traumatic Stress Disorder: Detailed Findings from the Adult Psychiatric Morbidity Survey in the English Population. Psychiatric Quarterly. https://doi.org/10.1007/s11126-020-09797-4

Salvatore, R. A. (2002). Star wars: Episode II—Attack of the clones. Del Ray.

Santrock, J. (2020). Adolescence. McGraw-Hill Education.

 

Wester, S. R. (2005). The circle is now complete: Anakin Skywalker, relationships, and the psychology of men (Part II). PsycCRITIQUES, 1-6. DOI: 10.1037/05209412

 

Yanti, G. A. M. T. (2021).  Teacher’s role in developing Indonesian student’s character education at school. Journal of Educational Study, 1(1), 1-8. DOI: 10.36663/joes.v1i1.148