ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 32 April 2025
Peran Lingkungan Keluarga dalam Pembentukan Identitas Diri Remaja
Oleh:
Nilam Ramadhayanti Mutiara
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Salah satu faktor terpenting dan mendasar dalam pembentukan jati diri seorang individu adalah keluarga, yang juga merupakan faktor terpenting dalam proses pembentukan jati diri seorang anak. Seorang anak berusaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai, adat istiadat, interaksi, dan komunikasi dalam konteks keluarganya. Sebagai unit terkecil dalam lingkungan sosial anak, keluarga pertama-tama memberikan peran sosial bagi keberadaan dan perkembangan sosial anak. Dari sinilah karakter anak, baik itu sifat, kepribadian, maupun jati dirinya, dapat terbentuk. Lingkungan keluarga merupakan langkah awal dalam proses sosialisasi seorang anak. Lingkungan keluarga sangat penting bagi pembentukan jati diri setiap anak karena akan menjadi wadah awal bagi pembentukan perkembangan individu. Secara alamiah, masa remaja merupakan masa transisi, di mana remaja akan mengalami berbagai perubahan, baik perubahan psikologis maupun fisik, saat mereka bertransisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja akhir. Dengan demikian, perkembangan lingkungan rumah pada masa remaja menentukan jati diri, karakter, dan kepribadian seseorang (Soekanto,2012).
Selama masa remaja, remaja akan melalui tahap eksplorasi identitas, di mana mereka akan mulai meragukan identitas mereka dan bagaimana mereka ingin dipersepsikan dalam lingkungan sosial mereka. Banyak perubahan fisik, emosional, dan psikologis akan menjadi ciri tahap ini. Remaja juga akan menghadapi sejumlah kesulitan, termasuk harapan sosial dan keluarga, hubungan, dan tekanan lingkungan. Remaja juga akan mulai mengembangkan nilai-nilai, keyakinan, dan pelajaran hidup yang pada akhirnya akan membentuk kepribadian mereka pada tahap ini. Akibatnya, pemahaman, dukungan, dan bimbingan orang tua sangat penting bagi remaja untuk berhasil melewati tahap ini dan menemukan siapa mereka sebenarnya. Pembentukan identitas diri juga dapat memengaruhi aktivitas masa depan, termasuk siapa, apa, dan bagaimana (Yusuf, 2012).
Pembentukan identitas remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Keluarga dapat membantu remaja mengembangkan nilai-nilai, tradisi, dan gagasan yang menjadi landasan identitas remaja, selain dari pada memenuhi kebutuhan dasar mereka. Orang tua dapat membantu remaja tumbuh menjadi orang dewasa yang kuat dan bermoral dengan menawarkan dukungan emosional dan komunikasi yang efektif. Interaksi keluarga yang positif dapat membantu remaja lebih memahami siapa mereka dan dunia di sekitar mereka. Saudara kandung juga dapat berperan sebagai teman dan sistem pendukung emosional dalam berbagai konteks, yang dapat memengaruhi bagaimana identitas remaja dikembangkan. Karena itu, keluarga secara aktif membantu remaja mengembangkan identitas mereka, berfungsi sebagai sumber dukungan utama mereka, dan dapat membantu mereka mengatasi tantangan dalam hidup dan meningkatkan lingkungan sosial mereka (Yusuf, 2012).
Untuk membantu remaja menemukan jati diri dan aspek lain dari diri mereka, lingkungan keluarga harus mempertimbangkan berbagai kriteria saat membentuk dunia mereka karena pengajaran, pengasuhan, penanaman moral, dan hal-hal lain yang terjadi di lingkungan rumah. Hubungan interaktif antara orang tua dan anak yang berusaha mendukung, menghargai, menyediakan, dan mengerahkan kendali atas orang lain dalam semua aktivitas mereka yang berpotensi membentuk jati diri mereka dikenal sebagai metode pengasuhan otoritatif. Kemampuan orang tua untuk membentuk jati diri remaja bergantung pada gaya pengasuhan mereka. Metode otoritatif adalah salah satu gaya pengasuhan yang menunjukkan objektivitas, perhatian, dan kendali atas perilaku individu. Orang tua memberi anak-anak mereka kebebasan untuk mengekspresikan diri mereka sesuai dengan norma dan nilai yang relevan. Untuk menerapkan gaya pengasuhan ini, orang tua juga harus berbicara dengan anak-anak mereka tentang keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka sendiri, seperti jenis sekolah yang ingin diikuti anak, dan menegur mereka jika mereka melakukan kesalahan yang mengancam jiwa (Desmita, 2005).
Lebih jauh lagi, perkembangan identitas terkait erat dengan fungsi orang tua. Karena orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah dasar membantu membentuk identitas remaja. Pelajaran agama dan interaksi sosial dengan lingkungan adalah pelajaran pertama yang diajarkan orang tua kepada anak-anak mereka. Menurut Santrock (2007), orang tua memainkan peran paling penting dalam perkembangan identitas remaja. Namun, banyak orang tua yang khawatir tentang siapa anak-anak mereka. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ada sejumlah hal yang dapat berdampak negatif pada pencarian identitas remaja. Karena identitas remaja akan berkembang sebagai hasil dari berbagai pengalaman yang mereka hadapi, lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap cara mereka berperilaku. Remaja akan dapat menemukan siapa mereka dengan bantuan pengalaman-pengalaman ini (Gerald, 2013).
Referensi:
Corey, Gerald (2013). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosadakarya.
Santrock, Jhon W (2007). Remaja. Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit Erlangga
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Yusuf, Syamsu., (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.