ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 32 April 2025
Nonparental Child Care
Pilihan Tepat dan Harus Tetap Memilih
Oleh:
Friska Rismayani
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong sumber daya manusia untuk mengeksplor kemampuan serta peran penting sosial dalam membangun masa depan terbaik. Beberapa dari mereka yang memilih berkarir sebelum berkeluarga dan tetap menjalankan karirnya setelah menjadi orang tua. Sebagian orang tua terutama ibu, berkarir dengan alasan kesenangan, mengisi kebosanan, maupun untuk memenuhi kebutuhan materi untuk membantu perekonomian dalam keluarga. Maka saat sekarang ini sudah menjadi hal yang lumrah, pengasuhan anak tidak lagi sepenuhnya diperankan oleh orang tua (Nonparental Child Care), namun bukan berarti orang tua tidak peduli terhadap pengasuhan anak mereka.
Munculnya pengasuhan anak non parental awalnya membuat anak stress, terutama mereka yang masuk penitipan anak setelah memiliki kelekatan dengan ibunya. Hubungan ibu-anak yang aman tampaknya tidak membantu anak-anak mengatasi tekanan-tekanan ini seperti yang diyakini oleh para ahli teori kemelekatan, dan oleh karena itu program sosialisasi dan hubungan suportif dengan penyedia penitipan anakdiperlukan untuk membantu anak-anak menyesuaikan diri saat berada di penitipan anak. Hubungan penyedia penyedia penitipan anak yang suportif dan aman juga dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan anak (Lamb & Ahnert, 2006)
Pengasuh secara mandiri dapat memberikan pengasuhan anak di rumahnya (in-home care), pengasuhan di rumah orang lain (family day care) dan pengasuhan ditempat penitipan anak (center-based care). Dampak sosialisasi dari jenis-jenis pengasuhan berkualitas, tidak hanya dipengaruhi oleh jenis pengasuhan, tetapi juga oleh kurikulum yang diterapkan (biasanya sering dijumpai jumpai dalam pengasuhan oleh seorang pengasuh). (Berns, 2013). Bagi orang tua, menitipkan anak ke tempat penitipan anak atau yang saat ini dikenal dengan “Day Care” menjadi pilihan terberat dan menimbulkan beberapa keresahan. Diantaranya, ketakutan berpisah antara ibu dan anak yang mempengaruhi ikatan ibu-anak berdampak pada psikologis sosial keduanya. Aturan dan lengkungan tempat penitipan anak juga akan mempengaruhi perkembangan bagi si anak tersebut.Tidak dapat dipungkiri, hal-hal yang meresahkan karena berpisahnya antara ibu dan anak akan tetap hadir baik secara terus-menerus maupun hanya sesekali.
Sebagian yang terdesak bekerja karena ekonomi, dengan sumber daya manusia yang rendah serta tidak adanya keterampilan dan kemampuan lebih maupun pendidikan terbaik untuk berkarir, mereka tetap meninggalkan anaknya untuk memberikan peran pengasuhan anak terhadap pengasuh. Namun dengan penghasilan yang kurang memadai, berpengaruh pada perkembangan anak yang kurang optimal karena tidak berada dalam pengasuhan dengan kualitas terbaik.
Sebagai orang tua perlu menjaga keseimbangan antara kebutuhan keluarga dan karir. Maka sebagai orang tua menyiasati dengan memilih pengasuh yang berkualitas, fasilitas yang mendukung perkembangan anak dan tempat pengasuhan yang layak untuk tetap memastikan yang terbaik untuk buah hati mereka sehingga dapat tetap tenang dalam menjalankan karir.
Proses mendidik serta mengasuh anak ini tidak bisa lepas dari peran serta orang tua karena pendidikan yang diterima anak pertama kali adalah didalam keluarga dan sebagian besar waktu anak adalah didalam keluarga dibandingkan di sekolah. Orang tua harus memiliki keterlibatan dalam proses pembelajaran anak-anak mereka. Dorongan serta fasilitas yang mereka berikan kepada anak disertai dengan pendampingan serta perhatian yang tulus akan membuat anak semakin berkembang, kritis dan bersemangat dalam mengeksplorasi apa yang ada dalam kehidupannya. Orang tua yang baik akan selalu berusaha memberikan pendidikan yang terbaik dimana disana juga ditanamkan nilai-nilai dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat. (Yustinus.J, 2023)
Untuk menyediakan lingkungan pengasuhan yang bermanfaat bagi anak-anak, sangat penting bagi pengasuh profesional dan anak untuk berkolaborasi dengan keluarga mengenai ideologi dan tujuan sosialisasi (Bromer,1999; Greenfield, Suzuki, & Rothstein-Fisch, 2006)
Referensi:
Berns, R. M. (2013). Child, Family, School, Community (Socialization And Support) Ninth Edition. Wadsworth: Cengange Learning.
Bromer, J. (1999). Cultural variations in child care: Values and action. Young Children, 54(6), 72-75
Greenfield, P. M., Suzuki, L. K., & Rothstein-Fisch, C. (2006). Cultural pathways through human development. In W. Damon & R. M. Lerner (eds.), Handbook of child psychology (6th ed., Vol.4). Hoboken, NJ: Wiley.
Lamb, M. E & Ahnert, L. (2006). Hand Book Of Child Psychology 5th ed. Nonparental Child Care : Context, Concept, Correlates and Consquences. Hoboken, NJ: Wiley.
Yustinus.J. (2023). Psikologi keluarga. USB Press. Solo-Desember 2023. (hal 86).