ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 27 Februari 2025
Pola Asuh dan Kekerasan Verbal:
Pengaruhnya pada Kesejahteraan Emosional Pada Anak Usia Dini
Oleh:
Irvima Nadhidah, Egi Prawita
Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Kekerasan verbal adalah penganiayaan emosi mapun perilaku menyakiti emosional anak yang dilakukan secara terus menerus hingga menyebabkan pengaruh buruk terhadap perkembangan anak (Mahmud,2019) Pada masa perkembangan emosi di usia dini, anak-anak mengalami fase perubahan yang dimana keadaan emosi belum stabil, dan masa tersebut sangat berpengaruh terhadap emosional mereka. Apabila anak tidak dapat mengelola emosinya dengan baik dan diberikan pengasuhan yang baik oleh orang tua, hal itu dapat menimbulkan reaksi emosional yang membuat mereka marah terhadap situasi yang mereka anggap tidak tepat.
Salah satu faktor yang dapat menjadi pemicu adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Menurut Sukatin (2020), pada tahap ini anak-anak usia dini masih berada dalam transisi dari fase pra-operasional menuju operasional konkret. Jadi dari tahapan perkembangan ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam mengelola emosi dengan baik. karena pada fase itu anak masih berada pada fase transisi yang dimana didikan orang tua berguna untuk mendukung perkembanganya.
Tentu saja, faktor-faktor tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan kehidupan anak ketika mereka dewasa (Sa’diyah, 2018). Mengapa anak usia dini menghadapi masalah emosional yang tinggi perlu diberikan pola asuh demokratis? Karena pola asuh demokratis mengarah pada pengasuhan yang mendorong anak untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaan. Dari pendekatan pengasuhan yang diberikan, kepribadian yang baik, serta perkembangan yang optimal dalam pertumbuhannya. Menurut Buyung Surahman (2021), berkaitan dengan hal ini, pola asuh itu sendiri memiliki pengaruh besar dalam perkembangan anak usia dini, termasuk dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian. Apabila anak menerima pola asuh demokratis, mereka akan terlihat lebih dewasa dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Setelah anak usia dini menerima pengasuhan demokratis dari orangtuanya, bagaimana perkembangan emosinya? Akan berpengaruh positif untuk perkembangan emosi , membangkitkan rasa percaya diri yang mungkin hilang akibat pola asuh sebelumnya, mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain, mampu bersosialisasi dengan baik, mengembangkan prestasi yang terhambat oleh pola asuh yang diberikan orangtua (Nurhasanah,2023). Namun, ada juga orangtua yang memberikan pengasuhan yang tidak baik kepada anak, contohnya melalui tindakan kekerasan verbal. Kekerasan verbal yang dialami anak dari orangtua, seperti pemberian hukuman, kata-kata yang menyalahkan, menakut-nakuti, hingga ancaman, dapat menciptakan pengaruh negatif bagi anak. Salah satu dampak dari kekerasan verbal ini adalah penghambatan perkembangan anak (Dinkes, 2024).
Efek yang muncul ketika anak mengalami kekerasan verbal dari orangtuanya cenderung akan merasa kesulitan menemukan jati diri karena tertekan oleh didikan yang membuatnya merasa tidak memiliki kebebasan. Selain itu, hal ini dapat berpengaruh negatif, seperti agresivitas atau sikap permusuhan terhadap orang dewasa,,kesulitan belajar, kegagalan di sekolah, dan kesulitan dalam mengontrol emosi.
Semua hal ini berpotensi menyebabkan trauma dan ketakutan pada anak, yang pada gilirannya dapat menciptakan jarak dalam komunikasi dengan orangtuanya. Sebuah interaksi antara orang tua dan anak merupakan proses di mana orang tua memberikan dorongan kepada anak-anak dengan cara mengubah perilaku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling sesuai bagi mereka. (Sari, 2020).
Kondisi ini tentu akan memberikan dampak pada perkembangan emosi anak ketika mereka menerima kekerasan verbal dari orang tua. Anak berpotensi mengalami stres yang membuatnya menarik diri dari lingkungan, dan tidak percaya diri, mengalami keterlambatan berbicara, serta bisa jadi masalah lainnya (Mahmud, 2019). Dalam keadaan ini, orang tua seharusnya mulai menyadari adanya perubahan pola asuh pada anak, sehingga mereka perlu memperbaiki pola pengasuhan jika anak tidak merasa nyaman.
Namun, sering kali kekerasan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dianggap sebagai metode mendidik, padahal banyak yang salah langkah. Akibatnya, banyak anak yang mengalami trauma, dan perkembangan mereka terhambat akibat kekerasan yang dialami di masa kecil dan anak bisa memprediksi ke depan jika anak terus mengalami kekerasan verbal dari orang tuanya akan muncul gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan berlebihan, serta risiko bunuh diri, gangguan kepribadian, perkembangan mental yang buruk, masalah dalam hubungan sosial, peningkatan perilaku agresif, dan kecenderungan untuk memusuhi orang dewasa ( Lestari,2023).
Mengenai kekerasan verbal terhadap anak adalah mencakup segala bentuk perlakuan salah yang bersifat emosional, seksual, penelantaran, serta eksploitasi, yang dapat membahayakan kesehatan, perkembangan, atau harga diri anak yang diberikan oleh orangtua (Kurniasari,2019). bagaimana sih cara orang tua memberikan arahan anak untuk mengelola emosinya dengan baik ? yaitu dengan melakukan pemilihan situasi yang baik dengan menghindarkan anak dari reaksi pemicu munculnya emosi, memodifikasi lingkungan dengan mengubah lingkungan sekitar untuk menciptakan suasana yang lebih postif, memberikan alih-alih perhatian dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk mengalihkan fokus dari emosi negative. Dimana sesorang belajar mengenai regulasi emosi yang berguna untuk kita bagaimana cara kita untuk mengatur emosi pada diri kita dengan menggunakan adanya regulasi emosi (Rusmaladewi, 2015).
Oleh karena itu, orang tua perlu memilih pola pengasuhan yang mendukung perkembangan emosional anak. Agar dapat menghindari stimulus yang dapat memicu emosi, dan memberikan perhatian penuh kasih kepada anak, tidak memberikan anak tekanan sehingga anak dapat berkembang dengan baik secara fisik,kognitif. Upaya ini menekankan untuk memastikan anak bertumbuh dengan kemampuan emosional yang stabil dan memiliki kepribadian yang sehat tidak ada penekanan dikarenakan pola asuh orang tua yang buruk.
Referensi :
Dinkes.2024. “Waspadai Kekerasan Verbal pada Anak”. Diakses dari https://dkk.sukoharjokab.go.id/read/waspadai-kekerasan-verbal-pada-anak pada 1 Desember 2024.
Kurniasari, A.2019.” Dampak kekerasan pada kepribadian anak”.Diakses dari https://repository.umj.ac.id/9376/9/9%20BAB%20II.pdf pada 1 desember 2024.
Lestari,P., & Fitri, A (2023) Fenomena Kekerasan Verbal Terhadap Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmu Kesehatan Abdurrab.1(4). 53-59.
Mahmud, B (2019) Kekerasan verbal pada anak. An Nisa’. 12(2),689-694.
Nurhasanah, S., Adiwinata, A,H.,& Nadhirah,N,A. (2023) Perkembangan emosi anak disebabkan kekerasan verbal yang dilakukan oleh orangtua. An Nisa’. 16(1), 28.
Rusmaladewi., dkk. (2020). Regulasi emosi pada mahasiswa selama proses pembelajaran daring di program studi pg-paud FKIP UPR. Jurnal Pendidikan Dan Psikologi Pintar Harati. 16(2). 33-46.
Sa’diyah, R. (2018). Urgensi Kecerdasan Emosional Bagi Anak Usia Dini. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 1–19. https://doi.org/10.17509/cd.v4i1.10375
Sari, P. P., Sumardi, S., & Mulyadi, S. (2020). Pola asuh orangtua terhadap perkembangan emosional anak usia dini. Jurnal PAUD Agapedia, 4(1), 157–170. https://doi.org/10.17509/jpa.v4i1.27206
Sukatin, S.,dkk (2020). Analisis perkembangan emosi anak usia dini. Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 5(2), 77–90. https://doi.org/10.14421/jga.2020.52-05
Surahman, B. (2021). Korelasi pola asuh attachment parenting terhadap perkembangan emosional anak usia dini. Bengkulu: CV Zigie Utama.