ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 27 Februari 2025
Remaja dan Ekspektasi
Oleh:
Ni Made Diah Saraswati
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
“saya berharap bisa menjadi diri yang saya inginkan.. “
Seorang remaja di sebuah ruang praktek menjelaskan bagaimana dirinya merasa terkekang dan tak berdaya menjalani apa yang dipilihkan orang lain. Suatu harapan dan keinginan yang muncul dari pihak eksternal dianggap sebagai badai yang menghadang pertumbuhan identitas yang remaja inginkan. Pada masa yang dikenal dengan tahapan krisis identitas, mereka mulai belajar mengenali dan merencanakan masa depan. Namun, dalam perjalanan merencanakan masa depan, mereka tidak tahu apa yang diinginkan serta kesulitan untuk menentukan apa dan mana saja yang dapat dipilih. Ketika memilih pilihan pertama, keluarga merasa itu bukanlah pilihan yang tepat. Ketika memilih yang kedua, teman-teman merasa itu berlebihan. Sebenarnya, remaja hidup untuk siapa?
Semakin berjalan waktu, mereka memunculkan emosi marah dan penolakan. Merasa tidak ingin diatur oleh keadaan dan orang sekitar. Setelah itu, tiba waktu dimana mereka menangis karena salah dalam pengambilan keputusan. Bukannya mendapat dukungan, beberapa dari mereka justru semakin disalahkan oleh sekitar. Alhasil, mengakui kelemahan menjadi sebuah hal yang sangat dihindari remaja. Menutupi dari orang lain dengan berbagai cara menjadi jalan tercepat untuk menyelesaikan perasaan tidak nyaman. Remaja enggan membuat orang tua merasa terkejut dan cemas jika ekpektasi yang mereka berikan tidak bisa terpenuhi.
Pada proses perkembangan remaja, ekspektasi mulai ditumbuhkan dari orang tua. Kesenjangan antara apa yang ingin dicapai remaja dan apa yang diharapkan untuk bisa mereka capai sangat dibentuk oleh lingkungan. Ekpektasi orangtua juga diprediksi mempengaruhi bagaimana seorang anak berekspektasi terhadap dirinya sendiri. Vroom (dalam Yyongfang, 2024) menjelaskan ekspektasi sebagai serangkaian proses mental yang manusia pilih untuk dipegang, yang membantu manusia bergerak melalui waktu, perubahan, dan pengalaman untuk mengantisipasi realitas berikutnya. Ekspektasi bersifat antisipatif karena membuat manusia menyesuaikan kapasitas yang dimiliki dengan kondisi di luar dirinya. Ekspektasi bersifat harapan, sesuatu yang membantu manusia bersiap menghadapi kenyataan.
Agliata & Renk (2008) meneliti perbedaan persepsi remaja terhadap ekspektasi orangtua. Penelitian ini menemukan bahwa ekspektasi kinerja remaja seringkali diatur terlalu tinggi secara tidak realistis, sehingga remaja tidak dapat mencapainya dan merasa kecewa. Disisi lain, ada pula orangtua yang memberikan ekspektasi kinerja terlalu rendah sehingga remaja lalai dalam mengaktualisasikan dan mengekspresikan kemampuannya. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran ekspektasi awal yang diberikan oleh orangtua, akan memengaruhi perkembangan psikologis remaja. Ekspektasi yang terlalu tinggi cenderung menimbulkan stres, cemas, dan rasa takut gagal ketika remaja tidak mampu memenuhi harapan tersebut. Sebaliknya, ekspektasi yang terlalu rendah dapat menurunkan motivasi, mengurangi rasa percaya diri, dan menghambat perkembangan potensi diri remaja.
Sebuah penelitian mengungkap fenomena dimana ekspektasi pencapaian remaja semakin tidak realistis, jika dibandingkan dengan remaja di generasi sebelumnya. Bahkan, Larger & Bremberg (2009) telah memprediksi bahwa semakin era berkembang, remaja akan mengalami ketidakjelasan ekspektasi terkait masa depan. Laporan dari World Health Organization (WHO, 2023) menyoroti bahwa ekspektasi yang tidak realistis juga disebabkan oleh pengaruh media sosial dan norma gender. Remaja sering kali dihadapkan pada tekanan untuk bisa mengikuti standar yang ditetapkan oleh orang lain, yang dapat menyebabkan perbedaan antara kenyataan dan harapan masa depan mereka.
Sesungguhnya, berbagai tantangan yang dihadapi membantu remaja semakin memikirkan kembali bagaimana ekspektasi mereka terhadap masa depan. Jika ekspektasi tersebut positif, hal itu tidak hanya dapat membantu remaja mencapai kesuksesan dalam kinerja akademis tetapi juga memberikan kesejahteraan emosional bagi remaja. Bersamaan dengan harapan tinggi orang tua, lebih banyak dukungan sosial juga harus diberikan kepada remaja. Memberikan pandangan masa depan yang positif dapat membantu remaja untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan.
Ekspektasi realistis dapat disusun menggunakan kriteria SMART (Specific, Measurable, Achivement, Relevant, Time-bound). Dalam artikel Doran (1981) menjelaskan setiap tujuan harus jelas dan spesifik, sehingga tidak ada ambiguitas tentang apa yang remaja ingin capai. Setelah menentukan tujuan secara spesifik, tujuan tersebut juga harus dapat diukur sehingga remaja dan orangtua mengetahui kemajuan dan kapan tujuan tersebut tercapai. Pastikan tujuan yang ditetapkan bisa dicapai sesuai dengan kemampuan dan tanggungjawab remaja itu sendiri. Orang tua dan remaja perlu memberikan urgensi dan batas waktu yang masuk akal hingga tercapainya tujuan yang ditetapkan. Terakhir, hal terpenting yang seringkali terlewat dalam proses penetapan tujuan adalah persetujuan bersama antar orangtua dan remaja. Bahwa orang tua dan remaja secara sukarela, penuh semangat, dan berkeinginan yang sama untuk mencapai tujuannya.
Baird, Burge, & Rey (2008) menyatakan bahwa rencana ambisius remaja terkait masa depan, juga merupakan hasil dorongan dari orangtua, guru, dan teman sebaya. Pihak tersebut menjadi sumber motivasi yang membantu remaja untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar di sekolah atau tempat kerja. Disampaikan pula bahwa harapan yang positif dan saling berkesinambungan dengan pihak eksternal merupakan sumber penguatan yang penting dalam mengejar pencapaian remaja. Penting bagi remaja untuk mengeksplorasi berbagai bidang yang sesuai dengan minat dan kekuatannya. Pada kesempatan ini, sekolah dan orang tualah yang dapat membantu eksplorasi dengan menyediakan berbagai akses ke pengalaman di luar sana. Tentunya hal ini dapat membantu remaja membuat keputusan yang lebih baik tentang masa depan mereka. Selain memberikan akses, pihak orang tua dan sekolah dapat menjadi mentor yang baik untuk memberikan bimbingan, saran, dan inspirasi.
Dengan penjelasan tersebut, peran orangtua, guru, dan lingkungan sekitar sangat penting dalam membentuk ekspektasi dan masa depan remaja. Ekspektasi yang realistis, dukungan sosial, dan bimbingan yang tepat akan membantu remaja mencapai kesuksesan. Memberikan pendampingan dan dukungan pada remaja dalam menemukan dan mengaktualisasikan potensi positif yang dimiliki, akan menguatkan mereka menghadapi tantangan masa depan.
Referensi:
Agliata, A.K. & Renk, K. J. (2008). Youth Adolescence 37: 967. https://doi.org/10.1007/s10964-007-9200-8
Baird, C. L., Burge, S. W., & Rey, J. R. (2008). Absurdly Ambitious? Teenagers’ Expectation for the Future and the Realities of Social Structure. Sociology Compass 2/3 (2008): 944–962, 10.1111/j.1751-9020.2008.00110.x
Doran, G. T. (1981). "There's a S.M.A.R.T. Way to Write Management's Goals and Objectives", Management Review, Vol. 70, Issue 11, pp. 35-36.
Johnson, L. (2023). Mentorship and Networking: Keys to Career Success for Teens. Career Development Quarterly, 67(2), 125-139.
Ma, Y., Siu, A., & Tse, W. S. (2018). The Role of High Parental Expectations in Adolescents’ Academic Performance and Depression in Hong Kong. Journal of Family Issues, 39(9), 2505–2522. doi:10.1177/0192513x1875519
Rimkute, L., Hirvonen, R., Tolvanen, A., Aunola, K., & Nurmi, J.-E. (2012). Parents’ Role in Adolescents’ Educational Expectations. Scandinavian Journal of Educational Research, 56(6), 571–590. doi:10.1080/00313831.2011.621133
Smith, J. (2023). The Importance of Career Planning for Teens. Journal of Youth Development, 12(3), 45-58.
Snyder, C. R. (2002). Hope Theory: Rainbows in the Mind. Psychological Inquiry, 13, 249-275. http://dx.doi.org/10.1207/S15327965PLI1304_01
World Health Organization. (2023). Adolescent health report: Global progress and disparities (WHO/NMH/NHD/21.19). https://www.who.int/publications/i/item/adolescent-health-report
YYongfang, L. (2024). Expectation Theory. In: Kan, Z. (eds) The ECPH Encyclopedia of Psychology. Springer, Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-97-7874-4_10