ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 27 Februari 2025
Pilates: Solusi untuk Mencapai Work-Life Balance bagi Pekerja yang Alami Burnout
Oleh:
Michelle Christy Handoyo & Fransisca Rosa Mira Lentari
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Work-Life Balance pada Pekerja: Seberapa Penting?
Kehidupan seorang pekerja seringkali dipenuhi dengan tuntutan untuk mencapai hasil terbaik. Tuntutan ini dapat membuat mereka lupa untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau yang umumnya dikenal sebagai ‘work-life balance’ (Turanligil & Farooq, 2019). Hal ini didukung dengan penelitian yang menyebutkan bahwa pekerjaan dapat membuat seorang individu kehilangan banyak waktu untuk diri sendiri (Haar et al., 2019). Dengan hilangnya waktu untuk diri sendiri, seorang pekerja dapat mengabaikan berbagai aspek penting dalam kehidupan pribadi yang ia miliki (Hughes et al., 2018).
Ketika tuntutan pekerjaan terus meningkat, seorang pekerja akan semakin kehilangan kesadaran tentang work-life balance hingga akhirnya mengalami burnout (Jones et al., 2019). Satriyo dan Survival (2014) mendukung pernyataan tersebut dengan menyebutkan bahwa stres kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap burnout. World Health Organization mendefinisikan burnout sebagai sindrom yang terjadi ketika stres di tempat kerja belum berhasil dikelola dengan baik (WHO, 2019).
Burnout dapat menyebabkan individu kehilangan minat pada pekerjaannya (Rajan et al., 2016). Jika individu tetap memaksakan diri untuk bekerja dalam kondisi tersebut, hasil kerjanya akan menurun (Rajan et al., 2016). Hal ini justru akan menambah stres karena individu merasa tidak mampu memenuhi tuntutan pekerjaan. Oleh karena itu, pekerja yang mengalami burnout perlu menyadari pentingnya menjaga work-life balance. Menjaga keseimbangan ini dapat meningkatkan produktivitas kerja, serta mengembangkan persepsi yang positif pada pekerjaan (Jackson & Fransman, 2018; Singh et al., 2020; Yadav & Sharma, 2021).
Pilates sebagai Booster Kesehatan Mental Pekerja
Terdapat berbagai cara untuk meningkatkan work-life balance. Bartlett et al. (2021) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh cara untuk meningkatkan work-life balance secara efektif, yaitu:
1. Memahami bahwa waktu bekerja panjang tidak selalu berarti produktif.
2. Perlu adanya upaya untuk memperluas fleksibilitas kerja.
3. Menciptakan batasan sehat dalam tempat dan waktu yang dialokasikan untuk bekerja.
4. Berkomitmen pada strategi peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja.
5. Membuat strategi jangka panjang yang dapat membantu penentuan prioritas, serta melakukan peninjauan ulang secara berkala.
6. Menjadikan kesehatan sebagai prioritas.
7. Berinteraksi dengan keluarga dan teman.
8. Mencari aktivitas yang bermakna bagi diri sendiri.
9. Mencari dukungan dari lingkungan sekitar.
10. Menyuarakan pentingnya work-life balance.
Jika dirangkum, seorang individu dapat meningkatkan work-life balance dengan melakukan beberapa perubahan pada pola kerjanya, pada perilaku dan kesehariannya, serta pada relasinya dengan orang lain. Perubahan yang paling mungkin dilakukan sesegera mungkin adalah perubahan yang sifatnya hanya melibatkan diri sendiri. Oleh karena itu, seorang pekerja yang mengalami burnout dapat mencoba untuk memprioritaskan kesehatannya terlebih dahulu sesuai dengan poin enam sebagai langkah awal meningkatkan work-life balance. Salah satu bentuk latihan mindfulness yang dapat dipraktekkan adalah latihan pilates. Pilates adalah bentuk latihan mindfulness yang menggabungkan aktivitas fisik ringan dengan fokus pada integritas pikiran dan tubuh (Sanioglu, 2021). Meditasi atau latihan mindfulness terbukti dapat mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas (Cannizzo et al., 2018). Latihan pilates dapat dilakukan dengan variasi gerakan yang ringan, sehingga meminimalkan risiko cedera dan tidak memerlukan tingkat keahlian tubuh tertentu (Ersoy, 2008 dalam Sanioglu, 2021). Pilates terbukti efektif dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan psikologis (Cannizzo et al., 2018). Hal ini juga didukung oleh studi Ozdenk dan Imamoglu (2019), yang menunjukkan bahwa latihan pilates selama satu jam sebanyak tiga kali seminggu, dilakukan secara berturut-turut selama 12 minggu, dapat meningkatkan kondisi psychological well-being. Secara keseluruhan, pilates dapat menjadi booster yang efektif untuk menjaga work-life balance dan meredakan burnout pada pekerja. Latihan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan fisik, tetapi juga memperbaiki kesehatan mental dan emosional. Dengan melakukan pilates secara konsisten, pekerja dapat meraih keseimbangan hidup yang lebih baik serta meningkatkan kualitas kesehatan tubuh, jiwa, dan pikiran.
Referensi:
Bartlett, M. J., Arslan, F. N., Bankston, A., & Sarabipour, S. (2021). Ten simple rules to improve academic work–life balance. PLoS Computational Biology, 17(7), e1009124. https://doi.org/10.1371/journal.pcbi.1009124
Cannizzo, F., Mauri, C., & Osbaldiston, N. (2018). Moral barriers between work/life balance policy and practice in academia. Journal of Cultural Economics, 12, 251. https://doi.org/10.1080/17530350.2019.1605400
Haar, J. M., Sune, A., Russo, M., & Ollier-Malaterre, A. (2019). A cross-national study on the antecedents of work-life balance from the fit and balance perspective. Social Indicators Research, 142(1), 261-282. https://doi.org/10.1007/s11205-018-1875-6
Hughes, R., Kinder, A., & Cooper, C. L. (2018). Work-life balance. In C. L. Cooper & A. Kinder (Eds.), The Wellbeing Workout (pp. 249-253). Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-319-92552-3_42
Jackson, L. T. B., & Fransman, E. I. (2018). Flexi work, financial well-being, work-life balance and their effects on subjective experiences of productivity and job satisfaction of females in an institution of higher learning. South African Journal of Economic and Management Sciences, 21(1), 1-12. https://doi.org/10.4102/sajems.v21i1.1487
Jones, R., Cleveland, M., & Uther, M. (2019). State and trait neural correlates of the balance between work-nonwork roles. Psychiatry Research: Neuroimaging, 287, 19-30. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2019.03.009
Kim, S., Shim, J., & Han, G. (2019). The effect of mind-body exercise on sustainable psychological well-being focusing on pilates. Sustainability, 11(7), 1977. https://doi.org/10.3390/su11071977
Rajan, S., Barjinder, S., & Peggy, A. C. (2016). Role of personality and affect on the social support and work-family conflict relationship. Journal of Vocational Behavior, 9(4), 39-56.
Satriyo, M., & Survival. (2014). Stres kerja terhadap burnout serta implikasinya pada kinerja. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, 3(2).
Sanioglu, G. (2021). Effect of pilates exercises on psychological health. International Journal of Psychiatry, 6(2), 43-53.
Singh, S., Singh, S. K., & Srivastava, S. (2020). Relational exploration of the effect of the work-related scheme on job satisfaction. XIMB Journal of Management, 17(1), 111-128. https://doi.org/10.1108/XJM-07-2020-0019
Turanligil, F. G., & Farooq, M. (2019). Work-life balance in tourism industry. In Contemporary Human Resources Management in the Tourism Industry (pp. 237-274).
World Health Organization. (2019, May 28). Burn-out an 'occupational phenomenon': International Classification of Diseases. World Health Organization. Retrieved from https://www.who.int/news/item/28-05-2019-burn-out-an-occupational-phenomenon-international-classification-of-diseases
Yadav, V., & Sharma, H. (2021). Family-friendly policies, supervisor support, and job satisfaction: Mediating effect of work-family conflict. XIMB Journal of Management. https://doi.org/10.1108/XJM-02-2021-0050
Ozdenk, S., & Imamoglu, M. (2019). The effect of pilates, step, and zumba exercise on self-esteem, happiness, and communication skill levels. Asian Journal of Education and Training, 5(2), 369-373. https://doi.org/10.20448/journal.522.2019.52.369-373