ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 22 November 2024
Upaya Membangun Integritas Gen Z dalam Perspektif Mindfulness
Oleh:
Endang Fourianalistyawati
Fakultas Psikologi, Universitas YARSI
"Whoever is careless with the truth in small matters cannot be trusted with important matters”
― Albert Einstein
Pengantar
Integritas adalah pondasi moral yang penting dan merupakan salah satu karakteristik penting dalam diri seseorang. Pembahasan mengenai integritas menarik untuk dibahas tidak hanya dalam literatur etika, tapi juga dalam lingkup pembahasan organisasi seperti perilaku organisasi, manajemen sumber daya manusia, kepemimpinan, dan juga lingkup psikologi secara keseluruhan. Dalam pendekatan psikologi positif, integritas didefinisikan sebagai keselarasan antara tindakan dan nilai-nilai individu dengan tujuan hidup yang bermakna dan autentik. Konsep ini melibatkan konsistensi antara kata-kata, tindakan, dan prinsip-prinsip moral yang dipegang oleh seseorang. Integritas merupakan dasar dari kepercayaan dan penghargaan, dan sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat, dengan diri sendiri, orang lain, dan sekitar. Seseorang yang berintegritas, secara umum lebih mendapatkan kepercayaan dan diandalkan. Dalam konteks generasi Z di Indonesia, memahami dan mengembangkan integritas menjadi semakin penting di tengah arus global yang semakin mudah diakses saat ini.
Tulisan ini terdiri atas beberapa sub topik: tanggapan terkait materi “Integritas” yang telah dipaparkan oleh Sri Fatmawati Mashoedi dan Eko A Meinarno; Generasi Z di Indonesia: fenomena dan tantangan dalam mengembangkan integritas; upaya mengembangkan integritas generasi Z menggunakan pendekatan mindfulness; dan langkah-langkah praktis.
Tanggapan terhadap tulisan “Integritas”
Penjelasan mengenai integritas oleh Sri Fatmawati Mashoedi dan Eko A Meinarno fokus pada moral, jujur, konsisten, dan dapat dipercaya. Konsep tersebut kemudian diturunkan lagi menjadi kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah secara moral, kemampuan untuk konsisten di segala kondisi, serta terbuka pada pilihan yang diambil, melalui proses refleksi dan evaluasi moral. Pada ulasan tentang membangun integritas, dijelaskan bahwa individu dapat mengawalinya dengan mengamati nilai positif yang dapat dikembangkan dari diri sendiri. Selanjutnya adalah dengan menerapkan nilai-nilai tersebut secara konsisten di kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai positif pada individu juga dapat dicontohkan dari tokoh dan orang lain di sekitar. Dalam usaha menjaga integritas, individu disarankan untuk memiliki kompetensi dalam mengutamakan keadilan dan berani memberantas tindakan yang tidak bermoral serta mengedepankan perilaku bermoral. Semua hal tersebut kemudian bermuara pada munculnya dampak positif berupa perasaan baik terhadap diri, terhubung dengan sekitar, dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Penjelasan ini mengarahkan penanggap pada pemikiran lebih lanjut, tentang tantangan yang khas dimiliki generasi Z dan langkah-langkah yang perlu dilakukan generasi Z di Indonesia saat ini untuk membangun integritas, di tengah perkembangan teknologi digital yang masif. Pada tulisan ini, penanggap menggunakan pendekatan mindfulness yang dapat diterapkan dalam langkah-langkah sederhana dan eklektik dalam berbagai situasi dan keadaan.
Generasi Z di Indonesia: Fenomena dan tantangan dalam mengembangkan integritas
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, menghadapi tantangan yang unik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Salah satu tantangan utama yang dihadapi Gen Z adalah pengaruh teknologi dan media sosial yang begitu meresap dalam kehidupan sehari-hari, mengubah cara mereka berinteraksi, belajar, dan berkomunikasi. Hal ini menyebabkan tekanan tambahan dalam hal pengelolaan waktu, citra diri, dan kesehatan mental. Generasi Z dibentuk oleh dan menghadapi dunia secara sangat berbeda dari mereka yang hidup sebelum internet atau setidaknya mengenal internet dalam penggunaan yang terbatas. Generasi Z dengan lancar menggabungkan dunia offline dan online dan menavigasi dunia digital saat ini yang sebagian besar tanpa bimbingan dari orang tua, belajar bertahan dalam lingkungan yang berubah dengan cepat.
Pengaruh pandemi Covid-19 juga memberikan dampak signifikan pada Gen Z, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental, memperkuat rasa ketidakpastian dan kecemasan akan masa depan, serta mengubah cara mereka belajar dan berinteraksi dalam konteks pembatasan sosial dan pembelajaran jarak jauh. Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi kebutuhan akan penguasaan teknologi digital sebagai media komunikasi di pembelajaran, dunia kerja, dan aspek kehidupan lainnya. Generasi Z dengan penguasaan dan kecakapan teknologi menjadi andalan dalam mengadopsi sistem yang baru di segala lini, dengan segala konflik nilai yang berbeda dengan para generasi sebelumnya. Selain itu, ketidakpastian ekonomi dan kesenjangan sosial juga menjadi perhatian besar bagi Gen Z, karena mereka memasuki pasar kerja yang kompetitif dan harus menghadapi masalah seperti kenaikan harga properti dan beban pendidikan yang meningkat. Di samping itu, tantangan-tantangan yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan politik global, seperti perubahan iklim dan ketidakstabilan politik, juga menjadi perhatian bagi generasi Z, yang seringkali mendapatkan lebih banyak pertanyaan untuk mencari solusi atas berbagai masalah-masalah tersebut.
Generasi Z memegang peranan yang krusial dalam dinamika sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia. Integritas tetap menjadi nilai esensial bagi mereka, terutama dalam konteks perkembangan teknologi. Gen Z tumbuh dalam era digital yang penuh dengan media sosial, di mana informasi palsu dan citra diri yang tidak autentik berkembang dengan pesat. Di samping itu, sistem pendidikan yang masih berjuang untuk memberikan pembelajaran yang inklusif dan berkualitas, sering kali kurang mengedepankan nilai-nilai moral, yang dapat memengaruhi pemahaman Gen Z tentang integritas. Tekanan ekonomi juga menjadi masalah, mendorong kemungkinan melakukan tindakan tidak jujur demi kepentingan finansial.
Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya integritas dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting bagi Generasi Z. Dengan pemahaman yang mendalam tentang berbagai tantangan yang dihadapi oleh generasi Z, diperlukan dukungan dalam membangun integritas diri dan berkembang menjadi individu yang tangguh dan berdaya. Sebagai pendekatan yang berbasis kesadaran, mindfulness menjadi salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam mengembangkan integritas pada Gen Z.
Upaya mengembangkan integritas generasi Z menggunakan perspektif mindfulness
Integritas melibatkan kesesuaian antara nilai-nilai yang dianut dengan tindakan sehari-hari, menjadi pondasi untuk membangun hubungan yang kuat dan keberhasilan dalam karier dan kehidupan pribadi. Dalam konteks ini, mindfulness, atau sederhananya diartikan sebagai kesadaran diri, menjadi sarana yang kuat dalam membangun integritas, khususnya bagi generasi Z. Jon Kabat-Zinn (2003), seorang tokoh terkemuka dalam bidang mindfulness, mendefinisikan mindfulness sebagai kesadaran yang dengan sengaja dihadirkan ke dalam momen saat ini, tanpa menghakimi. Penekanan konsep mindfulness dari Jon Kabat-Zinn adalah pada pentingnya kehadiran penuh dalam pengalaman saat ini. Baer (2016), dalam pendekatan klinis, menggambarkan mindfulness sebagai kemampuan untuk menjadi lebih sadar secara terbuka dan penerimaan terhadap pengalaman saat ini. Mindfulness dalam konteks integritas pada Gen Z dapat membantu untuk lebih sadar akan nilai-nilai yang mereka anut, serta memungkinkan untuk membuat keputusan dengan lebih bijaksana dan bertanggung jawab, serta bertindak dalam keseharian dengan berintegritas.
Lebih lanjut, berbagai sikap mindfulness yang diusulkan oleh Jon Kabat-Zinn dapat menjadi landasan dalam membantu meningkatkan integritas Generasi Z. Sikap utama yang disampaikan Jon Kabat-Zinn adalah non-judging (tidak menghakimi). Sikap ini mengajarkan generasi Z untuk melihat diri dan pengalaman tanpa penilaian dan kritik berlebihan, memungkinkan untuk menerima nilai-nilai dan kelemahan tanpa tekanan dari standar yang tidak realistis. Ini memperkuat kesadaran diri, memungkinkan tindakan sesuai nilai-nilai tanpa dipengaruhi oleh penilaian negatif orang lain, serta membantu membangun integritas yang kokoh. Sikap mindfulness berikutnya adalah beginner's mind (pikiran pemula). Sikap ini membantu generasi Z untuk mendekati setiap pengalaman dengan sikap terbuka, tanpa prasangka atau harapan sebelumnya. Ini membantu dalam memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, tanpa terikat oleh pengalaman masa lalu atau ekspektasi masa depan. Dengan sikap ini, Gen Z dapat memperkuat integritas dengan memperlakukan setiap situasi dengan kejujuran dan keterbukaan, serta bersedia menerima dan belajar dari setiap pengalaman.
Sikap mindfulness selanjutnya, sikap sabar, dapat membantu generasi Z untuk mengembangkan ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan dan hambatan. Sikap sabar dapat membantu mengatasi keinginan untuk bertindak secara impulsif atau mengambil jalan pintas yang tidak sesuai dengan nilai-nilai diri. Kemudian, sikap trust (kepercayaan) dalam mindfulness adalah kunci untuk membangun integritas pada generasi Z. Dengan kepercayaan pada diri sendiri, nilai-nilai, dan proses hidup secara keseluruhan, memperkuat keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai diri. Dengan membangun kepercayaan, dapat membantu individu konsisten dalam tindakan dan membentuk integritas yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap mindfulness non-striving (tidak berusaha) mengarah pada mengalami momen saat ini tanpa terikat pada tujuan atau pencapaian tertentu. Pada Gen Z, hal ini membantu melepaskan tekanan yang tidak perlu untuk selalu berusaha mencapai sesuatu, dan kemudian lebih fokus pada pengalaman dan proses dalam hidup. Dengan demikian, Gen Z dapat membangun integritas dengan lebih jujur terhadap diri sendiri, tanpa terjebak dalam tekanan untuk selalu berhasil atau mencapai standar tertentu yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai pribadi. Selanjutnya, sikap acceptance (penerimaan) adalah sikap menerima diri sendiri dan situasi yang dihadapi tanpa menilai atau menginginkan perubahan yang tidak realistis. Sikap ini dapat membantu memperkuat integritas Gen Z dengan membangun kesadaran diri yang lebih dalam dan menerima nilai-nilai dengan tulus, tanpa upaya untuk menyembunyikan atau mengubah bagian dari diri yang mungkin dianggap kurang sempurna oleh standar masyarakat. Dengan praktik penerimaan tanpa hambatan dalam mindfulness, generasi Z dapat belajar untuk menerima diri sendiri dan orang lain dengan lapang dada.
Sikap mindfulness selanjutnya yaitu letting-go (melepaskan) bertujuan untuk melatih individu melepaskan kendali atas hal-hal yang tidak dapat diubah atau kendalikan. Sikap ini dapat membantu generasi Z membangun integritas dengan lebih fleksibel dan adaptif dalam menghadapi perubahan atau tantangan yang mungkin muncul dalam kehidupan. Dengan mempraktikkan sikap ini, mereka dapat menghadapi situasi dengan lebih tenang dan mengambil tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi tanpa terjebak oleh kecemasan atau ketakutan akan ketidakpastian.
Selain di atas, dua sikap mindfulness dari Jon Kabat-Zinn terakhir adalah gratitude dan generosity. Sikap gratitude (bersyukur) merupakan apresiasi yang lebih dalam terhadap hal-hal kecil dan besar dalam hidup. Dengan mempraktikkan rasa syukur, generasi Z dapat memperkuat integritas dengan menghargai nilai-nilai yang dianut dan bersyukur atas kesempatan dan kebaikan yang mereka alami, sehingga mendorong untuk bertindak dengan jujur, rasa hormat, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Sikap mindfulness generosity, atau kemurahan hati, merupakan sikap kedermawanan dalam setiap aspek kehidupan. Sikap ini tidak hanya mencakup pemberian materi, tetapi juga pemberian perhatian, waktu, dan dukungan kepada orang lain. Melalui praktik kemurahan hati, generasi Z dapat memperkuat integritas dengan memperluas pengertian tentang hubungan sosial dan tanggung jawab terhadap komunitas dan lingkungan sekitarnya.
Tips praktik membangun integritas
Membangun integritas pada generasi Z dengan menggunakan perspektif mindfulness membutuhkan serangkaian langkah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan oleh generasi Z dalam membangun integritas dengan mengadopsi perspektif mindfulness dapat melalui beberapa cara dan aktivitas yang dielaborasikan pada berbagai tips berikut ini:
Melakukan proses refleksi secara formal dan terarah, untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap pikiran, perasaan, dan tindakan. Proses refleksi dengan mindful selama sesi latihan, dapat dilakukan individu dengan mengamati berbagai pengalaman yang dialami pada hari itu dan kemudian dikaitkan dengan nilai-nilai moral yang dianut. Jika individu belum mengetahui nilai-nilai apa yang penting bagi diri, proses refleksi bisa dimulai dengan mengajukan pertanyaan pada diri: apa saja nilai yang ada di dalam diri? Apa target hidup yang ingin dicapai? Apa dan siapa yang disukai? Apa yang penting untuk dilakukan dan berdampak positif buat diri?
Pada saat mengamati, individu dapat memperluas kesadaran pada pola pikir dan emosi yang muncul, dan pertimbangkan: bagaimana hal tersebut memengaruhi perilaku dan perasaan terhadap diri sendiri dan orang lain? bagaimana dampaknya terhadap tindakan dan pengambilan keputusan dalam bersikap sehari-hari? Pada proses refleksi ini, individu perlu untuk meninjau kembali pengalaman-pengalaman hari itu dan evaluasi bagaimana diri dapat bertindak dengan lebih konsisten sesuai dengan nilai-nilai moral integritas yang diyakini.
Beri batasan seberapa banyak individu bersedia berkomitmen. Sebelum menerima apa pun, misalnya terkait hubungan, pekerjaan, dan lainnya, individu dapat berhenti sejenak dari apa yang sedang dikerjakan dan mengambil waktu untuk melakukan latihan STOP. STOP merupakan akronim dari Stop, Take a breath, Observe, and Proceed.
Penutup
Dengan mengadopsi perspektif mindfulness dalam membangun integritas, generasi Z di Indonesia diharapkan dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi dan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan berintegritas dalam berbagai aspek kehidupan dengan selaras, antara pikiran, perasaan, dan perbuatan. Melalui kesadaran diri yang mendalam dan tindakan yang konsisten, generasi Z dapat menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Dengan memperhatikan pikiran, perasaan, dan tindakan mereka dengan penuh kesadaran, latihan refleksi reguler dalam mindfulness membantu generasi Z untuk terus mengevaluasi tindakan mereka sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Ini memungkinkan mereka untuk secara aktif memperbaiki diri dan mengarahkan tindakan mereka ke arah yang lebih bermoral.
Selama proses observasi, individu dapat mengajukan pertanyaan berikut ini:
Hal apa saja yang utama bagi diri saat ini?
Bisakah diri fokus pada hal yang utama?
Bisakah menyederhanakan hal yang utama tersebut menjadi hal paling mungkin untuk dicapai saat ini?
Belajar memilih prioritas dalam keseharian dapat dilakukan menggunakan 4 skala kuadran Eisenhower Decision Matrix dari Dwight Eisenhower. Kuadran 1 untuk hal-hal yang penting dan mendesak yang harus diselesaikan hari itu, kuadran 2 untuk tugas penting namun tidak mendesak yang dapat dilakukan secara bertahap, kuadran 3 untuk hal-hal yang mendesak tetapi tidak penting yang mungkin bisa didelegasikan atau dilakukan jika ada waktu luang setelah menyelesaikan yang lebih penting, dan kuadran 4 untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak mendesak yang harus dihindari untuk menjaga produktivitas. Dengan memahami dan mengikuti prinsip-prinsip ini, individu dapat mengatur prioritas pekerjaan dengan lebih efektif dan meningkatkan produktivitas untuk mencapai kesuksesan.
Latihan untuk berkata tidak, pada hal yang tidak penting dan mendesak untuk dilakukan saat ini juga. Berani berkata tidak dan menyampaikan dengan baik tentang pertimbangan diri, merupakan bentuk kejujuran dan komitmen pada diri dan orang lain. Berpartisipasi dalam kegiatan hobi (misalnya olahraga, menyulam, berkebun) yang menenangkan dan melatih fokus juga dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan mengelola stres, sehingga lebih mudah untuk menjaga integritas dalam segala situasi. Dengan demikian, praktik mindfulness tidak hanya membantu generasi Z untuk tumbuh menjadi individu yang lebih berintegritas, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan kompleks di masa depan dengan kebijaksanaan dan ketenangan batin. Berikut ini adalah contoh lembar kerja yang dapat digunakan saat melakukan proses refleksi: