ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 20 Oktober 2024
Seni untuk Jiwa-Jiwa Kecil
Oleh:
Jovita Senja Pramesti Raharjo, Welly Citra Andewi
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Anak-anak atau yang kita sebut sebagai jiwa-jiwa kecil, adalah harta paling berharga bagi setiap masyarakat. Mereka merupakan jiwa yang penuh dengan harapan, keceriaan, dan imajinasi yang tidak terbatas. Namun, di tengah keceriaannya anak-anak juga bisa mengalami stres. Salah satunya yaitu stres akademik yang dialami oleh anak-anak berusia 6-12 tahun. Mereka merasa tertekan ketika pada tanggung jawab terhadap pembelajaran dan tugas yang harus diselesaikan, serta tanggung jawab dari keluarga untuk mendapatkan prestasi yang diharapkan (Rosanti, Purwanti, Wicaksono, 2022). Stres yang dialami mereka sering kali tidak terlihat, namun dampaknya bisa sangat besar jika tidak dihadapi dengan tepat.
Terdapat tiga jenis reaksi terhadap stres antara lain positive, tolerable, dan toxic (Harvard University, 2015). Stres positif ini merupakan reaksi stres yang paling umum, dimana ditandai dengan peningkatan detak jantung dan peningkatan kadar hormon. Sedangkan pada tolerable ini, sistem peringatan pada tubuh lebih tinggi akibat kesulitan yang lebih parah dan berkepanjangan. Sementara pada toxic stress, reaksi tubuh sangat kuat, sering, dan berkepanjangan. Stres yang berkepanjangan ini dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan otak, sistem organ lainnya, serta dapat meningkatkan resiko penyakit dan gangguan kognitif hingga mereka dewasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Bahrodin, A. & Widiyati, E. (2021) kepada 25 siswa SD/MI, hasilnya menunjukan bahwa 8% mengalami stres akademik rendah, 80% mengalami stres akademik sedang dan 12% mengalami stres akademik tinggi. Penelitian lain yang dilaksanakan oleh Fitriani (2021) ditemukan juga bahwa sebesar 95,2% siswa mengalami stress akademik dengan rincian 4,8% mengalami stress akademik tingkat rendah, 54,4% mengalami stress akademik tingkat sedang dan 40,8% mengalami tingkat stres akademik yang tinggi. Oleh karena itu, manajemen stres menjadi penting untuk menghindari dampak negatif dari stres yang berkepanjangan.
Manajemen stres adalah keterampilan yang memungkinkan seseorang mengantisipasi, mencegah, mengelola, dan pulih dari stres akibat adanya ancaman ataupun ketidakmampuan koping stres yang mereka lakukan (Smith, 2002). Berbagai upaya direncanakan untuk membantu anak-anak dalam mengatasi stres, salah satunya yaitu dengan seni. Seni telah terbukti efektif dalam membantu anak-anak untuk mengelola stres, dengan cara seperti menggambar, mewarnai, menari, membuat kerajinan tangan, atau bahkan dengan musik dapat menjadi sarana ekspresi anak-anak untuk melepaskan emosi. Stres dapat dikurangi dengan terapi seni ini, terapi yang menyenangkan oleh anak dan anak merasa nyaman dalam proses ini. Bentuk terapi ini adalah art therapy.
Art therapy adalah bentuk psikoterapi yang dalam prosesnya memanfaatkan media seni sebagai wadah ekspresi dan komunikasi utama (Regev dan Cohen-Yatziv 2018; Fauziyyah, Ifdil, & Putri, 2020). Terapi seni ini memiliki berbagai macam jenis aktivitas/kegiatan yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi stres akademik diantaranya mewarnai dan menggambar, menari, musik, dan kerajinan tangan. Yang pertama yaitu mewarnai dan menggambar, aktivitas ini dapat membantu anak-anak dalam mengekspresikan diri dan meredakan kecemasan yang mereka miliki. Kedua, yaitu menari, dimana saat melakukannya anak dapat mengeluarkan energi serta mampu meningkatkan suasana hati anak, selain itu gerakan tubuh yang bebas dan spontan dalam tarian dapat membantu melepaskan ketegangan. Berikutnya yaitu dengan mendengarkan atau bermain musik anak dapat merasakan ketenangan dan relaksasi karena melodi yang dihasilkan dari musik. Terakhir adalah kerajinan tangan seperti merajut, mengukir, dan menganyam, hal ini dapat meningkatkan fokus dan mengurangi kecemasan anak.
Art therapy merupakan bentuk terapi psikologi yang menggunakan media seni sebagai tempat untuk berekspresi dan berkomunikasi. Proses kreatif dalam terapi seni memberikan ruang bagi anak yang mengalami stres akademik untuk mengekspresikan perasaan cemas atau tertekan terkait tugas dan ujian sehingga membantu mereka merasa lebih lega dan mengurangi kecemasan. Seni juga dapat mendorong anak untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah, baik dalam akademis maupun kehidupan sehari-hari. Selain itu proses kreatif dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus, sehingga membantu anak menemukan cara baru untuk belajar dan menghadapi tantangan. Melalui karya seni yang dihasilkan, anak dapat merasakan pencapaian yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi. Manfaat dari terapi ini seperti membantu anak dalam mengekspresikan perasaan dan menyalurkan emosinya yang terpendam, mampu mengalihkan pikiran anak dari masalah yang sedang dihadapinya, dan meningkatkan kesadaran diri pada anak. Terapi seni adalah cara yang efektif untuk mendukung kesehatan mental dan emosional anak-anak, serta membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih bahagia dan seimbang.
Referensi:
Bahrodin, A. & Widiyati, E. (2021). Tingkat stres akademik siswa kelas VI pada pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. LPPM UNHASY TEBUIRENG JOMBANG.
Cree RA, Bitsko RH, Robinson LR, Holbrook JR, Danielson ML, Smith DS, Kaminski JW, Kenney MK, Peacock G. Faktor perawatan kesehatan, keluarga, dan komunitas yang terkait dengan gangguan mental, perilaku, dan perkembangan serta kemiskinan di antara anak-anak berusia 2–8 tahun — Amerika Serikat, 2016. MMWR , 2018;67(5):1377-1383.
Fauziyyah, S.A., Ifdil. I., & Putri, Y.E. (2020). Art therapy sebagai penyaluran emosi anak. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 5(3), 109-114. DOI: 10.1007/08972011
Fitriani, M. (2021). Gambaran stres akademik siswa smp saat pembelajaran daring (online) di kota padang. Socio Humanus, 3(1), 76-85.
Harvard University. (2015). Toxic stress. Center on the Developing Child at Harvard University. https://developingchild.harvard.edu/science/key-concepts/toxic-stress/
Malchiodi, C. A. (2003). Handbook of Art Therapy. New York. Guilford Press. Rosanti, Purwanti, & Wicaksono, L. (2022). Studi tentang stres akademik pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 18 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 11(9), 1576-1583. DOI: 10.26418/jppk.v11i9.58102
Saputra, A., Kartasasmita, S., & Subroto, U. (2018). Penerapan art therapy untuk mengurangi gejala depresi pada narapidana. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2(1), 181-188.
Smith, J. C., (2002). Stress management: A comprehensive handbook of techniques and strategies. New York. Springer Publishing Company, Inc.