ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 2 Jan 2022

Efek Pembelajaran Daring Terhadap Kecerdasan Emosi Pada Pelajar

Oleh
Dimas Ferdiansyah, Harisa Rahman Dina, Riskia Diana Putri, dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
Fakultas Psikologi
, Universitas Mercu Buana

 

Pada satu tahap, keselamatan pribadi Anda berkaitan pada keselamatan kolektif. Hanya ketika berkaitan pada sesuatu yang lebih besar dibandingkan diri sendiri, barulah Anda akan menyadari kemampuan sejati Anda, dan dunia akan mendapat kegunaan dari potensi itu.

-Barack Obama

 

Aspek yang Terpengaruhi oleh COVID-19

Pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi berbagai bidang dan aspek sosial, terutama dalam aspek pendidikan. Organisasi kesehatan dunia merekomendasikan untuk menghentikan segala aktivitas yang dapat menimbulkan adanya kerumunan massa dengan tujuan untuk mencegah penularan virus COVID-19. Dalam rangka pencegahan tersebut, khususnya dalam hal pendidikan. Melalui KEMENDIKBUD, pemerintah Indonesia mengarahkan untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh mulai dari tingkatan terbawah seperti Taman Kanak - Kanak / PAUD hingga tingkatan paling atas yakni Perguruan Tinggi serta melakukan kegiatan pembelajaran tersebut dari rumah masing-masing, baik untuk pendidik maupun peserta didik. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini akhirnya dikenal oleh masyarakat umum dengan nama pembelajaran daring (dalam jaringan).

 

Dukungan yang Berpengaruh Pada Pendidikan

Menurut Djumransjah pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan manusia dapat mempengaruhi pembawaan yang dimiliki tiap orang. Pada umumnya ada 3 (tiga) lingkungan tempat kita memperoleh pendidikan yakni pendidikan formal yang didapatkan langsung dari sekolah, pendidikan informal yang diperoleh dari keluarga, dan pendidikan nonformal yang diperoleh dari kegiatan bermasyarakat. Dalam pendidikan informal, pendidikan diperoleh dari kegiatan sehari-hari di lingkungan terdekat. Dalam proses pendidikan ini, keluarga atau orang terdekat sangat berperan bagi peserta didik melalui fungsi dan dukungan dari orang tua. Selanjutnya adalah pendidikan formal dimana tugas mendidik peserta didik diserahkan kepada sekolah selaku lembaga formal. Selain sebagai tempat berbagi pikiran atau ide dari peserta didiksekolah turut berperan penting dalam menginstruksikan guru atau para pendidik dalam upaya memberikan pelajaran yang cukup agar para peserta didik tidak kehilangan minat belajar dan semakin bersemangat dalam menuntut ilmu, sebab tidak sedikit peserta didik gagal memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru atau pendidik(Idrus, 2019).

Sebenarnya pembelajaran dalam jaringan (daring) ini bukanlah model pendidikan yang baru ditemukan akhir-akhir ini melainkan sudah ada sejak lama. Universitas Wisconsin di Amerika sejak tahun 1891 menjadi yang pertama dalam mempopulerkan pembelajaran daring ini dengan kegiatan kursus tertulis yang menjadi salah satu kegiatannya. Tak lama kemudian kegiatan ini bertransformasi menjadi pendidikan formal tinggi berbentuk universitas terbuka. Dengan pembelajaran daring yang menyediakan jam pembelajaran setiap hari, menyesuaikan jadwal studi, magang dan segala aktivitas lainnya membuat orang-orang yang memiliki kesibukan dalam bekerja dan tidak punya waktu lebih dapat merasakan manfaat dari pembelajaran ini (Webb, 1992). Karena hal tersebut, dilakukan upaya khusus untuk meningkatkan kualitas mutu dan layanan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi demi menunjang pembelajaran ini.

 

Bagaimana Pemahaman Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Daring?

Singkatnya waktu pengerjaan tugas dan kurangnya pemahaman akan materi pembelajaran sebagai akibat dari pembelajaran dalam jaringan (daring) yang singkat membuat peserta didik merasa tertekan (Chaterine,2020). Karena materi yang kurang dikuasai inilah yang menjadi hambatan para peserta didik ketika menyelesaikan soal dan tugas yang didapat dari pendidik. Peristiwa ini mengakibatkan munculnya kecemasan pada peserta didik yang mempengaruhi kecerdasan emosi dalam tiap individu, turut mempengaruhi potensi penurunan nilai ujian, hingga mempengaruhi kesiapan peserta didik dalam menghadapi tingkatan berikutnya. Peserta didik jadi khawatir sekaligus tidak siap jika pembelajaran dan keadaan kembali ke situasi seperti sebelumnya, peserta didik tidak bisa menerima dan memahami materi pembelajaran berikutnya karena pemahaman yang belum optimal pada pembahasan materi sebelumnya (Oktawirawan, 2020).

Metode pembelajaran yang dipakai selama ini juga mengklasifikasi kecerdasan emosi yang dimiliki tiap individu pelajar. Dimana menurut (Sugiyono,2015) jika kecerdasan emosi yang dimiliki pelajar rendah, pelajar tersebut cenderung akan menemui hambatan ketika menerima pembelajaran daring. Berbanding terbalik jika kecerdasan emosi yang dimiliki peserta didik tinggi, peserta didik akan lebih mudah memahami dan menerima pembelajaran daring dengan cukup baikPeserta didik makin kesulitan dengan metode pembelajaran daring ini daripada metode pembelajaran langsung yang sudah ada sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa sebaiknya peserta didik dengan kecerdasan emosi yang rendah lebih cocok untuk mengikuti pembelajaran langsung daripada pembelajaran daring. Hal tersebut diakibatkan dalam metode pembelajaran langsung tidakmembuat peserta didik untuk lebih aktif dalam peranan mengikuti pembelajaran.

 

Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Emosi?

Dikutip dari (Zamroni, 2020), kecerdasan emosi disebabkan oleh dua faktor, yakni internal dan eksternal. Hereditas dan agama suatu individu merupakan contoh dari faktor internal yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Hereditas berarti pembawaan bakat yang dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi kecerdasan emosi dan biasanya hereditas ini diperoleh dari keturunan dan potensinya dapat dikembangkan selama hidup. Agama seseorang juga dapat mempengaruhi kecerdasan emosi, dengan pondasi yang kuat akan jiwa dari seseorang tersebut membuat individu menjadi kokoh dan tidak terguncang. Sedangkan dalam faktor eksternal, kecerdasan emosi dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu tersebut tinggal. Salah satu lingkungan inilah yang akhirnya membuat perkembangan kecerdasan emosi seseorang dapat terhambat yakni dari lingkungan sekolah. Kondisi lapangan dengan pembelajaran daring membuat peserta didik menjadi kesulitan dalam mengembangkan potensi seperti aspek moral, spiritual, intelektual, dan emosional yang dimiliki. Menurut (Goleman,2016) disebutkan bahwa kecerdasan emosional tiap individu dapat dipicu dan dikeluarkan potensinya melalui kemampuan untuk mengenali nilai kita masing-masing dan orang asing. Untuk itu pengelolaan emosi dengan hal yang positif dapat menjadi acuan untuk memotivasi diri

Behavioral dan kognitif menjadi aliran psikologi yang berpengaruh dalam kecerdasan emosi seseorang. Kecerdasan emosi turut dipengaruhi oleh tingkah laku seseorang yang diperoleh dari hasil belajar, dimana hal tersebut merupakan kaitan antara behavioral dengan fungsi kognitif. Fungsi kognitif dalam psikologi yang juga berperan dalam mengolah dan mengembangkan potensi kecerdasan emosi yang dimiliki oleh tiap individu. Pembelajaran daring pada akhirnya menimbulkan dampak psikologis bagi peserta didik yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosinya. Peserta didik mengalami kecemasan, depresi, dan trauma dalam pembelajaran daring ini dikarenakan Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB) yang membuat peserta didik menjadi terisolasi dari dunia luar. Selanjutnya peserta didik menjadi menjalankan pola hidup yang tidak baik dampak dari pembelajaran daring ini yang jelas sangat mempengaruhi kestabilan emosi yang dimiliki. Depresi yang dialami juga berpotensi menghambat kecerdasan emosi yang disebabkan oleh beberapa hal seperti terbatasnya interaksi sosial yang membuat keadaan psikologis peserta didik menjadi tidak stabil dan cenderung mengalami perubahan ke arah negatif. Menurut salah satu pencetus teori kognitif Lev Vygotsky (Gredler,2013) mengatakan proses interaksi sosial yang dialami anak sangat penting untuk mendorong pertumbuhan kognitif yang memerlukan peran serta masyarakat dan budaya. Jelas yang dapat kita simpulkan dari dampak pembelajaran daring terhadap potensi kecerdasan emosi peserta didik adalah perubahan metode pembelajaran langsung ke metode pembelajaran daring sangat tidak efektif jika dilihat dari berbagai aspek, khususnya aspek psikologis terhadap peserta didik. Kecerdasan emosi peserta didik yang semula dimiliki dan berpotensi untuk berkembang dapat terhambat karena situasi lingkungan dan kondisi yang ada pada dalam diri peserta didik tersebut.

 

 

Referensi:

 

Goleman, D. (2016), Kecerdasan emosional, mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: PT Gramedia Utama.

 

Gredler, M. E. (2013). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

 

Idrus, L. (2019). EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam9(2), 920–935. https://doi.org/10.35673/ajmpi.v9i2.427

 

Oktawirawan, D.H. (2020). Faktor Pemicu Kecemasan Siswa dalam Melakukan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi20(2), 541–544. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.932

 

Sugiyono. (2015)..Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

 

Webb, N. L. (1992). Assessment of Students’ Knowledge of Mathematics: Step Toward A Theory. University of Wisconsin, Madison

 

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.