ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 21 Nov 2021
Fans K-Pop Berhijab Dan Problem Citra Tubuh
Oleh:
Vionisya Octamelia dan Mochammad Sa’id
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
Pendahuluan
Globalisasi berdampak pada pertemuan nilai-nilai dan budaya di suatu negara dengan negara lainnya. Salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji terkait hal ini adalah musik pop asal Korea Selatan. Ia telah menjadi primadona dunia sejak akhir tahun 1900-an. Menurut Astuti (2017), genre musik yang biasa disebut K-Pop (Korean Pop) ini mulai menarik minat masyarakat di seluruh dunia setelah lahirnya fenomena “Hallyu” atau “Korean Wave” (yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “Gelombang Korea”) pada tahun 2002. Hallyu atau Korean Wave merupakan suatu istilah yang diberikan untuk fenomena tersebarnya atau merebaknya budaya K-Pop di berbagai negara di seluruh belahan dunia. Akibat adanya fenomena ini, banyak penggemar K-Pop mulai bermunculan, atau yang umumnya disebut dengan Fandom.
Para penggemar K-Pop (fandom K-Pop) memiliki ciri khas atau karakter yang sangat unik jika dibandingkan dengan penggemar artis dari negara-negara lain. Mereka dipandang memiliki kecenderungan fanatisme yang tinggi. Fanatisme ini dapat memicu berbagai dampak negatif, salah satunya yaitu fenomena pemujaan berlebihan terhadap selebriti/artis idola (Celebrity Worship). Fenomena ini semakin diperparah dengan adanya tren pada abad ke-21, yaitu bentuk tubuh yang langsing dan tinggi sebagai definisi tubuh yang indah dan ideal (Agustin, 2019).
Di Indonesia sendiri fenomena Hallyu atau Korean Wave banyak memengaruhi kalangan remaja dan dewasa awal, begitu pula dengan dampak yang ditimbulkan dari pemujaan selebriti. Walaupun negara Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, fans K-Pop yang berhijab pun banyak mengimitasi cara atau gaya berpakaian, gaya dari tata rias, budaya, perilaku. Bahkan sebagian di antara mereka terobsesi pada bentuk wajah dan tubuh idol K-Pop hingga melakukan diet ekstrem, operasi plastik, bedah kosmetik, dan sebagainya. Mereka juga menggunakan hijab bukan semata-mata untuk menunaikan kewajibannya, namun dikarenakan tren fashion hijab ala Korean Fashion.
Pemujaan selebriti oleh para fans ini, dengan obsesinya yang semakin parah, dapat menimbulkan kerusakan terhadap persepsi citra tubuh (body image) mereka. Menurut Thompson, Heinberg, Altabe & Tantleff-Dunn (dalam Steg et al., 2008), citra tubuh merupakan suatu gambaran atau representasi dari persepsi unik seseorang yang diutarakan dalam bentuk sikap atau perasaan, baik puas maupun tidak puas, yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan penampilan atau bentuk tubuh, sehingga dapat memunculkan suatu penilaian positif ataupun negatif terhadap diri sendiri (Wirmadani, 2019). Menurut Amalia (dalam Denich, 2015) jika timbul ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang dipersepsi dengan bentuk tubuh ideal, maka akan memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya.
Citra Tubuh Negatif dan Penyebabnya
Menurut Classer (dalam Steg et al., 2008), gender adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang. Secara umum jika dilihat dalam perbandingan gender, wanita lebih mudah merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka dibandingkan dengan pria. Sebagian besar atribut fisik wanita yang menimbulkan ketidakpuasan adalah bagian tubuh berlemak, seperti perut, pinggul, dan paha. Terlebih saat ini, para fans K-Pop menggunakan hijab hanya sebatas memenuhi tren dan untuk menutupi kekurangan fisiknya saja. Mereka menggunakan model pakaian untuk menyamarkan area perut, pinggul, ataupun paha, dengan tetap memenuhi standar mode atau tren yang berkembang.
Faktor paling berpengaruh selanjutnya adalah usia. Masa remaja maupun dewasa awal merupakan masa perkembangan citra tubuh yang paling signifikan. Menurut Santrock (2005), remaja dan dewasa awal cenderung memperhatikan bentuk tubuh mereka dan membangun citra tubuh mereka. Faktor terakhir adalah faktor sosiokultural. Masyarakat Indonesia dengan keunikan budaya Timurnya telah terkontaminasi dengan adanya globalisasi. Hallyu atau Korean Wave banyak memberi pengaruh dalam membentuk, mengembangkan, dan mempertahankan masalah citra tubuh pada masyarakat. Penduduk muslim di Indonesia, terutama yang berhijab, telah termakan standar kecantikan yang tengah berkembang. Hal ini dapat diperparah dengan semakin maraknya pengaruh media massa, seperti iklan di televisi, model majalah, dan sebagainya.
Selain ketiga faktor di atas, problem citra tubuh pada fans K-Pop berhijab dapat disebabkan oleh perbandingan sosial dan skema kognitif yang dimiliki. Teori perbandingan sosial Festinger (dalam Steg et al., 2008), menyatakan bahwa individu memiliki keinginan dasar untuk mengevaluasi pendapat dan kemampuan mereka, serta berusaha untuk memiliki penilaian yang stabil dan akurat tentang diri mereka sendiri. Dalam kasus fans K-Pop berhijab, mereka membandingkan diri mereka sendiri dengan idola mereka. Perbandingan sosial ke atas (upward comparisons) tersebut membuat mereka merasakan penurunan kepuasan terhadap bentuk tubuh. Hal inilah penyebab utama munculnya persepsi citra tubuh negatif pada fans K-Pop berhijab.
Sedangkan menurut perspektif skema, persepsi citra tubuh negatif pada fans K-Pop berhijab disebabkan oleh skema kognitif yang terbentuk sebagai dampak dari pemujaan selebriti. Skema yang terbentuk adalah skema penampilan (appearance schematic), seperti “menjadi langsing itu penting” atau “penampilan fisik berperan penting dalam kehidupan sehari-hari”.
Citra Tubuh Negatif dan Dampaknya
Problem citra tubuh kategori rendah hingga sedang mungkin bermanfaat bagi individu untuk menstimuliasasi perilaku sehat, seperti berolahraga dan menjaga pola makan. Namun untuk kategori sedang hingga tinggi perlu diwaspadai, karena besar kemungkinan seseorang akan mengalami gangguan fisik dan mental. Dalam fenomena pemujaan selebriti, para fans K-Pop berhijab cenderung menilai buruk bentuk tubuh dan penampilannya, kemudian membandingkan diri sendiri dengan idolanya. Hal ini dapat memicu reaksi psikologis berupa pengukuran dan penilaian/evaluasi terhadap penampilan atau bentuk tubuh ideal diri sendiri dengan idolanya. Selain itu, pemujaan selebriti juga dapat memicu munculnya perasaan atau harapan yang kuat untuk mengimitasi bentuk tubuh dan penampilan para idol K-Pop.
Sindrom pemujaan selebriti fans K-Pop berhijab dapat menyebabkan seseorang menderita gangguan fisik seperti anorexia nervosa. Menurut Bastiana (dalam Nurbaiti, 2018), banyak wanita yang rela menderita dan menyiksa tubuhnya sendiri demi bentuk tubuh yang mereka impikan, oleh sebab itu gangguan makan seperti ini masih banyak terjadi. Pemujaan selebriti juga dapat menyebabkan gangguan mental seperti body dismorphic disorder (BDD). BDD banyak berdampak pada remaja fans K-Pop berhijab yang melakukan operasi plastik atau bedah kosmetik. Mereka cenderung mengimitasi bentuk wajah dan bentuk tubuh idol K-Pop karena merasa orang lain memerhatikan kekurangan fisik mereka.
Lalu, Apa Solusinya?
Permasalahan citra tubuh negatif memunculkan dampak buruk yang sangat besar bagi kehidupan para fansK-Pop berhijab, mulai dari kesehatan fisik hingga kesehatan mental. Untuk itu, solusi-solusi yang tepat harus dikembangkan. Dalam hal ini, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun citra tubuh positif. Pertama, mencintai dan menghargai diri sendiri dengan cara bersyukur dan menerima segala bentuk tubuh yang dimiliki, baik kurus, gemuk, tinggi, pendek, dan sebagainya. Kedua, mencoba menghilangkan obsesi untuk memiliki tubuh bak model atau idola, dengan mengurangi pemujaan selebriti secara perlahan. Ketiga, membeli pakaian yang sesuai kondisi, tidak harus mengikuti setiap tren atau mode yang ada. Selain itu, berpakaian dengan nyaman sesuai pribadi diri sendiri, bukan mengimitasi gaya fashion idola secara berlebihan. Keempat, melakukan olahraga sebagai pengganti diet ekstrem, karena dapat memberikan efek positif pada pikiran sekaligus pada tubuh. Kelima, tidak perlu takut atau khawatir berlebih ketika memakan kudapan. Dan terakhir, sesekali dapat memanjakan diri dengan memakan cemilan, melakukan hobi seperti membaca, traveling, atau menonton film untuk membangun pikiran yang fresh dan positif.
Referensi:
Agustin, Y. (2019). Hubungan antara celebrity worship dengan body image pada perempuan dewasa awal fans idol K-Pop (Doctoral dissertation, Widya Mandala Catholic University Surabaya).
Astuti, A. R. A. (2017). Hubungan Antara Celebrity Worship Dengan Body Image Remaja Putri Fans K-Pop(Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Denich, A. U., & Ifdil, I. (2015). Konsep Body Image pada Remaja Putri. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 3(2), 55-61.
Nurbaiti, N. (2018). Hubungan Antara Self Esteem Dengan Body Image Pada Mahasiswi Yang Memakai Hijab Di Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Doctoral dissertation, Universita Bhayangkara Jakarta Raya).
Santrock, J. W., & Sallama, N. I. (Ed.). (2011). Life Span Development (13th Ed.). New York: McGraw Hill. Terjemahan B. Widyasinta. (2012). Perkembangan Masa Hidup (Edisi Ketigabelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Steg, L., Buunk, A. P., & Rothengatter, T. (2008). Applied Social Psychology: Understanding and Managing Social Problems. New York: Cambridge University Press.
Wirmadani, M., & Putra, E. V. (2019). Persepsi Sosial Mahasiswi Berhijab Terhadap Body Image dalam Perspektif Tindakan Sosial. Culture & Society: Journal of Anthropological Research, 1(1), 90-95.