ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 21 Nov 2021

Kesehatan Mental Pada Masa Pandemi

 

Oleh 

Sarah Fuji Lestari, Lasty Angelina Andini, Nurul Alfi Hasari

dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani 

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

 

Memotivasi diri agar tetap semangat menjalani kehidupan yang baik

                                                                                                            -Martin E. P Seligman-

 

Kesehatan mental dapat dikatakan suatu kondisi dimana secara emosional, perilaku maupun kognisi terjalan dengan baik atau seimbang. Jadi dapat terlihat dari segi perilakunya misalnya lebih stabil, lebih resilien dan biasanya hal tersebut dikatakan sebagai kesehatan mental, jadi kombinasi dari berbagai faktor. Bentuk kesehatan mental bermacam macam seperti orang yang bermental sehat akan menggunakan potensi dirinya sebaik mungkin dan tentunya akan berdampak positif bagi dirinya maupun orang lain (Darojah 1975).

 

Banyak cara untuk menjaga atau membentuk kesehatan mental salah satunya dengan lebih mengenal dan berdamai dengan diri sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, tentunya dapat diterapkan dengan psikologi positif. Ternyata psikologi bukan hanya membahas tentang permasalahan tentang mental, akan tetapi psikologi juga membahas tentang pencegahan, resilensi, dan hal hal yang dapat menjaga kesehatan mental manusia, yang dimana hal tersebut dibahas di dalam psikologi positif. Psikologi positif lebih memfokuskan pada pengembangan serta dapat memberikan solusi bagi yang mengalami masalah kesehatan mental, sehingga kesehatan mental pada manusia dapat terjaga dengan baik (Lindley, Joseph, Harrington, and Wood, 2006)

 

Membahas tentang kesehatan mental, ternyata terdapat beberapa jenis masalah kesehatan mental yang kerap terjadi pada manusia, seperti stress, gangguan kecemasan dan depresi. Gangguan kesehatan mental belum diketahui pasti penyebabnya, akan tetapi kemungkinan terjadinya gangguan kesehetan mental karena beberapa faktor internal maupun eksternal yang terjadi secara bersamaan.

 

Penyakit Mental Disaat Pandemi Beserta Faktornya

Pada situasi pandemic Covid19 saat ini, sangat berdampak pada kesehatan mental masyarakat Indonesia. Kesehatan mental menggambarkan tingkat emosional dan tingkat kesejahteraan bahwa tidak adanya gangguan mental. Dampak dari Covid19 bukan hal yang dapat kita lihat dengan sebelah mata, namun virus ini memiliki dampak yang sangat serius untuk fisik dan psikis seseorang yang menyebabkan gangguan kesehatan mental (Huang dan Zhao, 2020). Pada penelitian ini wabah virus Covid19 memberikan dampak yang sangat menyerang psikologis para tenaga medis seperti, serangan panik, depresi dan kecemasan (Xiang, Yang, Li, Zhang, Qinge, Cheung, & Ng, 2020).

 

Gangguan kesehatan mental yang sering dialami pada situasi seperti ini adalah gangguan kecemasan dan depresi, seperti ketakutan terhadap wabah, stress karna kehilangan, kesepian karna jauh dari keluarga, dan depresi. Gangguan kesehatan mental karena pandemi ini bukan hanya dirasakan oleh orang yang berusia dewasa saja, namun semua kalangan dan seluruh dunia juga akan merasakannya jika mereka tidak menjaga kesehatan mentalnya dengan baik (Zhang, Huipeng, Haiping, Shining, Qifeng, Tingyun dan Baoguo, 2020).Penyakit gangguan kesehatan mental dapat menyebabkan gangguan pada imunitas sehingga dapat mengakibatkan penyakit yang berbahaya jika tidak diatasi secara cepat. Tidak bisa dipungkiri bahwa penyakit Covid19 menjadi sebuah ancaman besar bagi seluruh dunia salah satunya hilangnya sumber daya aktual. Kecemasan akibat pandemic Covid19 yang menetap pada diri masyarakat dalam melakukan kegiatannya sehari-hari akan terhambat. Kegiatan seperti beribadah, belajar, bekerja dan bersosialisasi jika tidak diolah dengan benar maka akan menimbulkan masalah yang serius pada masalah psikologisnya. 

 

Kondisi lingkungan yang sedang dalam wabah bencana Covid19 ini sangat berdampak langsung dalam berbagai aspek kehidupan seperti banyaknya masyarakat yang terkena imbas dari pandemic Covid19, mulai dari kalangan atas maupun kalangan bawah. Ibu hamil, ibu menyusui, para pelajar, karyawan, sektor industri, tenaga medis, ojek online dan banyak lapangan pekerjaan yang mengalami kerugian karna adanya wabah virus corona. Karena banyaknya yang mengalami dampak dari Covid19 ini juga banyak yang mengalami kerugian di berbagai bidang, diantaranya perekonomian, kesehatan dan tingkat pendidikan. 

 

Virus corona selain memberikan dampak fisik dan kesehatan mental, terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang dialami oleh masyarakat Indonesia contohnya para pelajar yang melalukan pembelajaran Daring/sekolah online sehingga tidak semua pelajar memahami materi yang disampaikan oleh guru maupun dosenpara karyawan yang terkena PHK massal yang berakibat meningkatnya angka pengangguran di Indonesia, sektor industri yang mengalami penurunan pendapatan yang menyebabkan banyaknya sektor industry gulung tikar, tenaga medis yang dikucilkan oleh masyarakat karena banyak masyarakat yang takut tertular sehingga banyak masyarakat yang menjauhi dan mengusir dari tempat tinggalnya. Para pekerja yang cemas karena pemotongan upah dan ketidakpastian akan kontrak kerjanya. Selain itu masyarakat kalangan bawah sulit untuk mendapatkan bahan pokok sehingga banyak dari mereka yang mengharapkan sembako gratis dari pemerintah.

 

Cara Mengatasi Stres dan Penanggulangan Peran Psikologi Positif

Dengan situasi dan kondisi yang membuat kita stress menghadapi pandemi serta berbagai macam masalah hidup, dalam psikologi positif kasus ini tepat untuk dibahas. Psikologi positif memberikan kita penjelasan bahwa hidup harus terus berjuang dari masalah yang menimpa kita, peran psikologi positif dalam kondisi tenaga medis saat ini ialah bersyukur dan berserah kepadaTuhan bahwa musibah ini diberikan untuk menjadi pelajaran bagi kita. Lalu dukungan dari orang sekitar seperti keluarga, sahabat, teman yang memberi support kepada kita. Serta memerlakukan regulasi kepada diri kita seperti membaca buku untuk mengembangkan metakognisi agar pola pikir kita tidak terus-menerus negatif (cara mengalihkan stress). Terus menjaga kesehatan mental dengan tidak memikirkan hal negatif dengan memberikan kebebasan diri untuk melakukan hal yang “memotivasi diri agar tetap semangat menjalani kehidupan yang baik”, Itulah yang disampaikan oleh seligman dalam menyikapi rasa cemas, stress dan penyakit mental yang kami kaitkan dengan kondisi pandemi saat ini.

 

Penanggulangan dari bencana pandemi dari berbagai pihak sudah diperintahkan seperti dari pemerintah (satgas covid) yang mewajibkan masyarakat mengikuti protokol kesehatan. Memakai masker, membawa handsanitazer, dan menjaga jarak. Tetapi ada juga masyarakat yang tidak mematuhi prokes tersebut, mereka masih menganggap bahwa pandemi ini penyakit yang disengajai meskipun sudah 1,53 juta kasus yang menimpa Indonesia sumber berita ini dari JHU CSSE COVID-19 Data. Lalu pemerintah memberikan bantuan uang tunai atau uang elektronik yang di Transfer ke ATM Bank Dki setiap 4 bulan pertama bagi masyarakat yang berjumlah Rp 300.00, alasan memberikannya bantuan agar uang dapat digunakan sesuai kebutuhan masyarakat. Pemerintah sudah memberikan vaksin bertahap bagi masyarakat dimulai dengan para tenaga medis, lansia serta balita. Vaksin diberikan agar imunitas kita jadi semakin kuat meskipun terdapat efek samping seperti pusing, tapi vaksin ini bisa menjadi pengganti SWAB bila berpergian ke luar kota lho. (Rasyid2021) Penanggulangan dari masyarakat jika tetangganya ada yang positif covid-19 antara lain, dari pihak RW keluarga yang terdampak diberikan makan siang lalu dari RT memanggil tim satgas covid setempat datang kelokasi untuk menyemprotkan alat disinfektan di lingkungan rumah yang terdampak.

 

 

Referensi:

 

ALODOKTER. (2020). Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus Corona. https://bit.ly/3wCAyoE

 

Huang, Y. and Zhao, N. (2020) ‘Generalized anxiety disorder, depressive symptoms and sleep quality during COVID-19 outbreak in China: a web-based cross-sectional survey’, Psychiatry Research. doi: 10.1016/j.psychres.2020.112954.

 

JHU CSSE COVID-19 Data. 

 

Lindley, P. A., Joseph, S., Harrington, S., and Wood, A. M. (2006). Positive Psychology: Past, present, and (possible) future. Journal of Positive Psychology, 1 (1), 3-16.

 

Psikologi Positif. (2015). Retrieved from https://www.up45.ac.id/artikel/psikologi-positif/

 

Rasyid, F. (2021). Sertifikat Vaksin Bakal Jadi Pengganti Aturan Swab dan PCR by CNN Indoneisahttps://bit.ly/3g5UudSr

 

Xiang, Y-T., Yang, Y., Li, W., Zhang, L., Qinge, Z., Cheung, T., & Ng, C. H. (2020). Timely mental health care for the 2019 novel coronavirus outbreak is urgently needed. The Lancet Psychiatry. doi: 10.1016/S2215-0366(20)30046-8.

 

Zhang, J. Huipeng, Haiping, Shining, Qifeng, Tingyun and Baoguo (2020) The differential   psychological distress of populations affected by the COVID-19 pandemic. Brain,                                 Behavior, and Immunity. doi: 10.1016/j.bbi.2020.04.031.