ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 21 Nov 2021
Olahraga dan Anak Muda
Oleh
Flaviana Rinta Ferdian & Angela Oktavia Suryani
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Teori perkembangan aspek-aspek positif pada anak muda, atau yang sering disebut positive youth development theory (PYD) hendak melihat “kekuatan karakter” anak muda sebagai aset untuk mencapai kesuksesan dan kesejahteraan hidup di masa-masa berikutnya. Pendekatan ini lebih bertujuan untuk memahami, mendidik, dan melibatkan anak muda pada aktivitas-aktivitas yang produktif daripada berfokus pada aktivitas memperbaiki, menyembuhkan, atau mengobati mereka yang maladaptif atau berkebutuhan khusus (Benson, Scales, Hamilton, & Sesma, 2006; Bowers, Kiely, Brittian, Lerner, & Lerner, 2010). Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan yang positif dapat menghindarkan anak muda dari perilaku beresiko tinggi, seperti misalnya penggunaan obat-obat terlarang, kekerasan, drop out dari sekolah, dan mendukung pertumbuhan dan penguatan anak muda dalam hal daya tahan, resiliensi/daya lenting, dan kemampuan berhadapan dengan kesulitan (Benson, Scales, Hamilton, & Sesma, 2006).
Aspek-aspek perkembangan positif yang merupakan aset untuk mencapai kesuksesan dan kesejahteraan psikologis tersebut dapat dicapai bila anak muda tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang positif. Lingkungan yang memfasilitasi terjadinya pertumbuhan yang positif dalam diri mereka antara lain adalah keluarga, sekolah, komunitas, dan lingkungan sosial lainnya. Selain itu karakteristik pribadi juga mengambil peran dalam pembentukan diri yang positif. Kekuatan internal yang membentuk karakter positif anak muda ini antara lain adalah self-concept, nilai hidup, sikap, dan kapasitas (Benson, Scales, & Syvertsen, 2011; Scales, 2011).
Salah satu bagian dari pendekatan positive youth development yang merupakan kegiatan yang populer di kalangan anak muda adalah sport-based positive youth development. Sport-based positive youth development menggunakan olahraga dan aktivitas fisik untuk mendapatkan keterampilan hidup, termasuk keterampilan motorik dan kompetensi fisik yang bisa mereka gunakan baik dalam kegiatan olahraga maupun dalam kehidupan sehari-hari (Pedersen & Thibault, 2014; Petitpas, Cornelius, Van Raalte, & Jones, 2005). Dengan keterlibatan anak muda dalam kegiatan olahraga yang rutin, anak muda memiliki kesibukan tersendiri dan mampu berpikir positif (seperti, optimis, bangkit dari kegagalan, punya harapan, dan sportifitas) yang menurunkan kemungkinan mereka untuk menghabiskan waktu dalam pergaulan bebas dan kegiatan yang berdampak negatif bagi mereka (Petitpas, Cornelius, Van Raalte, & Jones, 2005). Elemen-elemen yang ada dalam olahraga, baik olahraga kelompok maupun individual seperti misalnya dinamika sosial anggota komunitas, aturan main, dan pertandingan memberikan dampak yang sangat positif, di mana elemen-elemen tersebut mengajarkan tanggung jawab, perilaku prososial, dan meningkatkan kemampuan untuk menghargai orang sekitarnya (Eley dan Kirk 2002).
Anak muda yang rutin melakukan olahraga kelompok, seperti misalnya olahraga basket dan bulutangkis dapat mengembangkan Positive Youth Development mereka. Anak muda yang rutin berolahraga kelompok akan terlatih untuk mengembangkan strategi dan mengambil keputusan secara cepat dan tepat agar bisa mencetak skor dan memenangkan permainan. Sebagai contoh, dalam berolahraga basket pemain terbiasa menghadapi situasi darurat di mana ia harus mengambil keputusan yang genting, seperti melakukan strategi penyerangan untuk menambah poin, maupun melakukan pertahanan dalam waktu yang singkat agar tim lawan sebisa mungkin mencetak poin yang lebih sedikit. Dalam situasi tersebut competence anak muda dapat terlatih.
Selama berolahraga kelompok, karakter anak muda juga akan terbangun. Mereka akan dilatih untuk tidak mudah menyerah, bermain secara sportif, dan bahkan mampu untuk menerima kekalahan. Dari pengalaman kekalahan tersebut, mereka harus terus berlatih dan belajar dari kesalahan sebelumnya. Pemain juga tetap harus menghormati lawannya yang menang dengan memberikan selamat atas kemenangan mereka.
Anak muda yang berolahraga kelompok juga dituntut untuk memiliki rasa percaya dan keyakinan bahwa dirinya dapat berprestasi dan memenangkan pertandingan dengan lawan-lawan yang sulit (confidence). Ketika memiliki rasa percaya diri, mereka dapat menampilkan performa terbaik meskipun mendapatkan lawan yang lebih baik secara reputasi maupun keterampilan. Mereka tidak akan “merasa ciut” terhadap lawan mereka, namun percaya diri dengan kemampuan dirinya dan mencari cara (memecahkan persoalan) bagaimana untuk bisa menang dari tim lawan.
Olahraga kelompok juga mengajarkan anak muda untuk memiliki rasa kepedulian (caring). Saat latihan, pemain yang lebih memahami materi/teknik dibanding yang lainnya akan mencoba mengajari agar pemain lain yang kurang mengerti bisa mengejar materi/teknik yang dilatih. Mereka dapat menghibur dan menguatkan teman tim yang mentalnya sedang down saat akan bertanding maupun karena kalah dalam bertanding. Selain mengembangkan rasa kepedulian, olahraga kelompok juga dapat meningkatkan connection. Selama mengikuti olahraga anak muda akan berinteraksi dengan banyak pihak, mulai dari pelatih, anak muda di tim mereka, dan juga lawan mereka dalam pertandingan. Mereka dapat saling bercerita dan memberi saran, baik hal-hal terkait olahraga itu sendiri maupun kehidupan personal mereka. Interaksi ini bisa juga berlanjut setelah latihan atau bertanding untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Selain itu, saat pemain memenangkan pertandingan, maka kemenangan tersebut dapat membawa nama baik pemain tersebut sendiri dan sekolah pemain tersebut berasal. Jika pemain tersebut terus berprestasi dalam olahraga, maka akan ada tawaran rekomendasi untuk beasiswa di bidang olahraga baik dari sekolah, teman, pelatih, ataupun universitas. (Sabandar, Suryani,& Ferdian, 2020; Pratama, Suryani, & Ferdian, 2020).
Uraian mengenai manfaat kegiatan olahraga kelompok di atas menggambarkan bahwa olahraga tidak hanya berguna bagi kesehatan tubuh tetapi juga bermanfaat pula bagi perkembangan aspek-aspek psikologis manusia. Aspek-aspek psikologis yang berkembang tersebut terkait dengan Positive Youth Development yang meliputi Competence, Character, Confidence, Caring, dan Connection. Melihat pentingnya manfaat tersebut maka dukungan dan dorongan pada anak muda untuk melakukan olahraga kelompok sangat dianjurkan. Namun sayangnya, situasi pandemi saat ini membatasi anak muda untuk dapat melakukan kegiatan olahraga kelompok.“Olahraga kelompok” yang mungkin dilakukan di masa pandemi seperti ini adalah olahraga individual yang dilakukan di rumah namun dilakukan bersama-sama secara online.
Referensi:
Benson, P. L., Scales, P. C., Hamilton, S. F., & Sesma, A. (2006). Positive youth development: Theory, research, and applications. In W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology. (6th ed., pp. 894–941). New York: John Wiley.
Benson, P., Scales, P., & Syvertsen, A. (2011). The contribution of the developmental assets framework to positive youth development theory and practice. Advances in child development and behavior, 41, 197-230. doi:10.1016/B978-0-12-386492-5.00008-7
Bowers, E. P., Li, Y., Kiely, M. K., Brittian, A., Lerner, J. V., & Lerner, R. M. (2010). The five Cs model of positive youth development: A longitudinal analysis of confirmatory factor structure and measurement invariance. Journal of youth and adolescence, 39, 720-735.
Eley, D., & Kirk, D. (2002). Developing citizenship through sport: The impact of a sport-based volunteer programme on young sport leaders. Sport, education and society, 7(2), 151-166.
Pedersen, P. M., & Thibault, L. (Eds.). (2014). Contemporary sport management, 5E. Champaign: Human Kinetics.
Petitpas, A. J., Cornelius, A. E., Van Raalte, J. L., & Jones, T. (2005). A framework for planning youth sport programs that foster psychosocial development. The sport psychologist, 19(1), 63-80.
Pratama, Suryani,& Ferdian.(2020). Perbandingan Five C’s Antara Anak Muda Yang Berolahraga Basket Dengan Yang Tidak Berolahraga Basket Yang Berdomisili Di Jawa. Skripsi. Unika Atma Jaya.
Scales, P. C. (2011). Youth developmental assets in global perspective: Results from international adaptations of the Developmental Assets Profile. Child Indicators Research, 4, 619-645.
Sabandar, Suryani,& Ferdian.(2020). Perbedaan “Five Cs” Antara Anak Yang Memiliki Kegiatan Rutin Bulu Tangkis, Anak Yang Memiliki Kegiatan Rutin Selain Bulu Tangkis Dan Anak Yang Tidak Memiliki Kegiatan Rutin Sama Sekali. Skripsi. Unika Atma Jaya.