ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 20 Okt 2021
Mengenal Formula 4M (Menentukan Tujuan, Mencari Dukungan Sosial, Melihat Sosok Inspiratif, Melakukan Self-Talk): Resep Berprestasi dengan Self-Efficacy di Tengah Pandemi
Oleh:
Mellisa Ayu Putri Aprilia Wulandari
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
“Whether you believe you can or you can't, you are right.”
--Henry Ford--
Sudah satu tahun lebih Indonesia dihantui pandemi Covid-19. Kasus Covid-19 pun melejit hingga 1.496.085 per 28 Maret 2021 (Guritno, 2021). Kondisi ini menimbulkan dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali pendidikan. Bahkan, hingga saat ini masih banyak satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses pembelajaran secara daring. Begitu pun pada tingkat pendidikan tinggi. Mahasiswa dituntut mampu beradaptasi dengan cepat di situasi pandemi ini. Di samping itu, mahasiswa memiliki tuntutan-tuntutan lain dalam kehidupan akademik dan non-akademik. Perlu diperhatikan juga bahwa mahasiswa memiliki kebutuhan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya, termasuk dalam berprestasi.
Kebutuhan berprestasi merujuk pada need for achievement, yaitu perilaku yang mengarah pada persaingan dengan standar keunggulan (McClelland, 1965). Namun, Covid-19 menjadi momok tersendiri dan dipersepsikan sebagai hambatan dalam mencapai prestasi. Padahal, prestasi dapat menunjang pengembangan potensi individu. Akan tetapi, dengan kondisi yang ada, terdapat kemungkinan bahwa individu menjadi kurang yakin dengan kemampuannya. Hal tersebut diperparah dengan adanya persepsi bahwa berprestasi adalah perbuatan yang sia-sia, lantaran memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan sebelumnya, seperti tidak memenangkan kompetisi atau tidak memperoleh prestasi sesuai harapan. Sehingga, self-efficacy memainkan peran penting.
Self-efficacy adalah keyakinan individu atas kemampuan diri dalam menjalankan rangkaian tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Bandura, 1997). Self-efficacy memengaruhi pilihan aktivitas, penggunaan usaha, serta ketekunan (Bandura, 1977, 1982) dalam (Schunk, 1989). Selain itu, hal ini juga menyebabkan perbedaan bagaimana individu merasa, berpikir, dan bertindak (Rahadianto & Yoenanto, 2014). Individu yang memiliki self-efficacy rendah dalam menyelesaikan tugas mungkin akan memilih untuk menghindarinya. Sedangkan individu dengan keyakinan bahwa dirinya mampu maka akan berpartisipasi dengan lebih semangat. Terutama saat mengalami kendala, dimana individu dengan self-efficacy akan berusaha lebih keras dan bertahan lebih lama daripada individu yang ragu akan kemampuannya (Schunk, 1989). Persoalannya adalah perlu ditemukan formula untuk membantu mahasiswa meningkatkan self-efficacy dalam berprestasi di tengah pandemi ini.
Penulis mengusulkan “4M”, yaitu menentukan tujuan, mencari dukungan sosial, melihat sosok inspiratif, dan melakukan self-talk. Pertama adalah menentukan tujuan, yang dilakukan dengan metode “SMART”, yakni specific, measurable, achievable, relevant, dan time bound. Hal ini terkait mastery experiences. Keberhasilan dapat membangun self-efficacy. Sedangkan kegagalan dapat berdampak sebaliknya, terutama ketika individu belum dapat mengembangkan self-efficacy. Namun, pada kenyataannya, kegagalan berdampingan dengan kehidupan. Terkadang individu hanya memikirkan ketika ia mencapai prestasi, tanpa adanya perencanaan tujuan yang matang. Padahal, efikasi yang tangguh memerlukan pengalaman mengatasi rintangan dengan upaya yang gigih. Ketika individu yakin bahwa mereka memiliki hal yang diperlukan untuk berhasil, maka mereka akan bertahan dalam menghadapi kesulitan serta mudah bangkit dari kemunduran (Bandura, 1995). Tujuan yang spesifik juga membantu mengarahkan pada efikasi karena menjadi lebih mudah mengevaluasi kemajuan ke arah tujuan eksplisit (Schunk, 2003). Dengan menetapkan tujuan yang spesifik, individu akan lebih mampu dalam melihat hal apa saja yang harus dilakukan dalam mencapai tiap tujuan.
Kedua, mencari dukungan sosial juga sangat diperlukan. Ketika orang diyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam menguasai aktivitas tertentu, maka mereka akan cenderung memberikan upaya yang lebih besar dan mempertahankannya (Bandura, 1995). Persepsi dari orang lain dapat membuka pemikiran mengenai diri yang mungkin saja tidak diketahui oleh orang tersebut. Bahkan, individu juga perlu untuk mendapatkan umpan balik dari pihak lain untuk dapat berkembang dalam mencapai suatu prestasi.
Ketiga, melihat sosok inspiratif yang dirasa mirip dengan diri individu. Hal ini juga dikenal dengan modeling.Ketika individu merasakan adanya kesamaan persepsi dengan model yang berhasil mencapai suatu hal dengan gigih, maka hal ini dapat meningkatkan keyakinan individu atas kemampuan mereka dalam menghadapi aktivitas yang sebanding, begitu pula sebaliknya (Bandura, 1995).
Terakhir, yang tak kalah penting adalah dengan melakukan self-talk. Self-talk adalah dialog internal dimana individu menafsirkan persepsi dan perasaan, mengatur/mengubah evaluasi dan kognisi, serta memberi instruksi dan penguatan pada diri sendiri (Hackfort & Schwenkmezger, 1993) dalam (Hatzigeorgiadis, Theodorakis, & Zourbanos, 2004). Hal ini terkait kondisi psikologis dan emosional individu (Bandura, 1995). Dalam suatu studi ditemukan bahwa self-talk motivasi dapat meningkatkan self-efficacy dan kinerja (Hatzigeorgiadis, Zourbanos, Goltsios, & Theodorakis, 2008).
Dengan demikian, konsep “4M” dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan self-efficacy dalam berprestasi. Sehingga, dengan kondisi yang ada maupun faktor lain yang dirasa menghambat individu (mahasiswa) dalam berkembang mencapai prestasi tertentu dapat diatasi. Ketika individu telah mampu untuk mengembangkan self-efficacy, maka akan mendorong usaha dan pada akhirnya mengarah pada kesuksesan mereka (Purzer, 2011). Sebagai mahasiswa calon penerus bangsa bisa memilih untuk memercayai kemampuan diri sendiri atau sebaliknya, dan hal tersebut sah-sah saja. Akan tetapi, jika ada pilihan yang mampu membuat diri berkembang dalam mencapai suatu prestasi, seperti self-efficacy, maka itu adalah kesempatan emas sebagai proses mengaktualisasikan diri di tengah pandemi Covid-19 ini.
Referensi:
Bandura, A. (1995). Self-efficacy in changing societies. Cambridge: Cambridge University Press.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman.
Guritno, T. (2021). Update 28 Maret: Tambah 4.083, kasus Covid-19 di Indonesia kini 1.496.085. Retrieved March 28, 2021, from Kompas.com website: https://nasional.kompas.com/read/2021/03/28/17062151/update-28-maret-tambah-4083-kasus-covid-19-di-indonesia-kini-1496085
Hatzigeorgiadis, A., Theodorakis, Y., & Zourbanos, N. (2004). Self-talk in the swimming pool: The effects of self-talk on thought content and performance on water-polo tasks. Journal of Applied Sport Psychology, 16(2), 138–150. https://doi.org/10.1080/10413200490437886
Hatzigeorgiadis, A., Zourbanos, N., Goltsios, C., & Theodorakis, Y. (2008). Investigating the functions of self-talk: The effects of motivational self-talk on self-efficacy and performance in young tennis players. The Sport Psychologist, 22(4), 458–471. https://doi.org/10.1123/tsp.22.4.458
McClelland, D. C. (1965). N achievement and entrepreneurship: A longitudinal study. Journal of Personality and Social Psychology, 1(4), 389–392. https://doi.org/10.1037/h0021956
Purzer, S. (2011). The relationship between team discourse , self-efficacy , and individual achievement : A sequential mixed-methods study. Journal OfEngineering Education, 100(4), 655–679. https://doi.org/10.1002/j.2168-9830.2011.tb00031.x
Rahadianto, A. I., & Yoenanto, N. H. (2014). Hubungan antara self-efficacy dan motivasi berprestasi dengan kecemasan akademik pada siswa program sekolah RSBI di Surabaya. Jurnal Psikologi Industri Dan Organisas, 3(3), 123–128. https://doi.org/10.1049/oap-cired.2017.1227
Schunk, D. H. (1989). Self-efficacy and achievement behaviors. Educational Psychology Review, 1(3), 173–208. https://doi.org/10.1007/BF01320134
Schunk, D. H. (2003). Self-efficacy for reading and writing: Influence of modeling, goal setting, and self-evaluation. Reading and Writing Quarterly, 19(2), 159–172. https://doi.org/10.1080/10573560308219