ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 20 Okt 2021

Komunikasi Efektif Dalam Hubungan: Refleksi Kasus Kapten Vincent & Novita

 

Oleh:

Jessica Christabella Sidharta & Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Akhir-akhir ini, berita mengenai rumah tangga YouTuber sekaligus pilot, Kapten Vincent dan istrinya, Novita sedang marak diperbincangkan di publik setelah keduanya saling berargumen di media sosial. Terdapat dugaan bahwa Novita selingkuh dengan pria lain yang merupakan temannya Vincent. Tidak sampai situ saja, Novita juga membongkarkan rahasianya dimana ia mengalami kekerasan secara verbal oleh suaminya. Oleh karena masalah ini yang rentan dialami dalam rumah tangga, Vincent memilih untuk mengakhiri hubungan mereka berdua (Sari, 2021).

 

Dari banyaknya penyebab perceraian yang ada di dunia ini, masalah perselingkuhan merupakan salah satu yang tertinggi (Scott, Rhoades, Stanley, Allen, & Markman, 2013). Penyebab utama seseorang dapat selingkuh adalah kebutuhannya (needs) tidak dipenuhi oleh pasangan atau partner, atau seringkali sulit mengkomunikasikan kebutuhan mereka.

 

Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara mengkomunikasikan kebutuhan anda secara efektif dalam berhubungan?

 

Gaya Komunikasi

Setiap orang memiliki gaya komunikasi yang unik dalam berinteraksi dengan orang lain. Cara seseorang berkomunikasi dengan pasangannya tentu berbeda-beda sesuai dengan gaya yang dimiliki masing-masing. Menurut Cangara (2012), terdapat 4 gaya komunikasi: 

  1. Komunikasi pasif, cenderung berkomunikasi secara tertutup, menyerah kepada orang lain dan menghindari opininya tersalurkan. 
  2. Komunikasi agresif, berkomunikasi secara langsung, namun kurang pantas. Tipe ini memiliki ciri khas dimana seseorang berbicara dengan suara yang keras dan menuntut. 
  3. Komunikasi pasif-agresif, terlihat pasif diluar, namun sebenarnya dia merasa frustrasi atau benci, tetapi tidak bisa menampilkannya di luar atau secara langsung. 
  4. Komunikasi asertif, dapat berkomunikasi secara tegas, jujur, dan efektif. Dia dapat menyatakan pikiran dan perasaannya secara jelas namun tetap sopan. Sebagai komunikator asertif, ia memiliki gaya non-verbal yang sesuai atau terkontrol dan mendengarkan secara aktif. 

 

Berdasarkan gaya komunikasi yang sudah dijelaskan, komunikasi yang paling efektif atau sehat dalam hubungan apapun adalah komunikasi asertif karena seseorang dengan tipe ini dapat mengekspresikan needs nya, tuntutan, dan preferensi mereka masing-masing, sambil memperhatikan needs pasangannya(Tavakolizadeh, Nejatian, & Soori, 2015). Dalam kasus ini, Vincent memiliki gaya komunikasi agresif, dimana Novita melaporkan bahwa Vincent seringkali marah-marah terhadap hal yang sepele. Sedangkan Novita sepertinya memiliki gaya komunikasi pasif-agresif. Dalam sebuah hubungan apapun, memang tidak mungkin untuk selalu memiliki hubungan yang harmonis, namun sangat mungkin untuk belajar keterampilan dalam berkomunikasi secara efektif untuk mengubah perilaku yang kurang baik dalam sebuah hubungan. 

 

Bagaimana cara melatih komunikasi asertif dalam hubungan?

Cara komunikasi asertif menurut Baumgardner (2017) adalah sebagai berikut:

1.             Meluangkan waktu dengan segenap hati

Dalam sehari, cobalah untuk meluangkan waktu minimal 20 menit untuk mengobrol santai (catch-up) dengan sesama.

2.             Menggunakan “I” statement

Menggunakan “I” statement berarti Anda mencoba untuk memberitahu apa yang dipikiran dan perasaan Anda. Cara ini juga dapat mengurangi kemungkinan pasangan Anda merasa bahwa mereka perlu membela diri. Misalnya, katakan “Saya tidak setuju” daripada, “Kamu salah.”

3.             Berbicara secara spesifik

Ketika ada masalah yang ingin dibicarakan, berusahalah untuk menjelaskan secara detail dan spesifik sesuai dengan kenyataannya.

4.             Ekspresikan perasaan negatif secara jelas dan teratur

Dalam sebuah hubungan, akan ada waktu dimana Anda merasa kekecewaan dan penolakan. Perasaan tersebut harus dikomunikasikan dengan baik agar perubahan dapat terjadi. 

5.             Mendengar tanpa menjadi defensif

Kedua pasangan harus bisa mendengar keluhan satu sama lain tanpa menjadi defensif agar suatu hubungan dapat berhasil. 

6.             Ekspresikan perasaan positif terhadap pasangan secara bebas

Perasaan positif seperti apresiasi, kasih sayang, rasa hormat, dan kekaguman merupakan sebuah bentuk cinta dan harus sering diberikan kepada pasangan Anda. 

 

Penutup

Masalah maupun rintangan dalam sebuah hubungan akan selalu ada. Mengetahui kebutuhan pasangan merupakan indikasi bahwa Anda memiliki hubungan yang sehat. Oleh karena itu, sangat diperlukan bagi kita untuk melatih gaya komunikasi supaya dapat memperbaiki hubungan yang mungkin sedang dalam masalah. Nah, menurut Anda, gaya komunikasi Anda seperti apa? & hal apa yang perlu diperbaiki untuk memiliki komunikasi asertif dengan pasangan/keluarga/teman Anda?

 

Referensi:

 

Baumgardner, J. (2017, August 16). Keys to Effective Communication in Marriage - First Things First. Retrieved May 6, 2021, from https://firstthings.org/keys-to-effective-communication-in-marriage/

 

Cangara, H. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

Sari, R. P. (2021, April 29). Saling Bongkar Perilaku, 4 Fakta Kisruh Rumah Tangga Kapten Vincent. Retrieved May 6, 2021, from https://www.kompas.com/hype/read/2021/04/29/094231766/saling-bongkar-perilaku-4-fakta-kisruh-rumah-tangga-kapten-vincent

 

Scott, S. B., Rhoades, G. K., Stanley, S. M., Allen, E. S., & Markman, H. J. (2013). Reasons for divorce and recollections of premarital intervention: Implications for improving relationship education. Couple and Family Psychology: Research and Practice2(2), 131.

 

Tavakolizadeh, J., Nejatian, M., & Soori, A. (2015). The Effectiveness of communication skills training on marital conflicts and its different aspects in women. Procedia-Social and Behavioral Sciences171, 214–221.