ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 19 Okt 2021

Diet Ekstrem Tiktok, Bahaya Untuk Remaja?

 

Oleh :

Fitri Wijayanti, Sekar Harum Rahayu, Yosia Martua Marbun,

Tindhita Putriwardini Mistam dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Kita mengerti jika mencintai diri sendiri bukan tindakan yang egois. Memperhatikan apa yang kita konsumsi dan memelihara mood adalah kepedulian kita pada diri sendiri serta ribuan mikroorganisme yang berada dalam tubuh kita. 

~ Loving the wounded soul, Regis Machdy-

 

 

Benarkah trend aplikasi yang sedang viral di era digital menyesatkan remaja?

Di era digital ini setiap orang dapat mengakses informasi dengan mudah dan merubah  cara bersosial tidak lagi dibatas ruang dan waktu untuk berinteraksi. Banyak wadah atau platform seperti aplikasi-aplikasi media sosial yang mudah di unduh oleh siapapun yang memiliki perangkat digital serta akses internet. Di Indonesia, Para remaja merupakan masyarakat dengan komunitas paling besar yang menggunakan media sosial secara regular. Beberapa alasan berikut menjadi suatu acuan awal para remaja dalam menggunakan sosial media, yakni ingin mencari perhatian, mngemukakan pendapat, dan menumbuhkan citra dirinya, akan tetapi hal ini malah menjadi suatu hal yang berketergantungan. Jika diihat secara garis besar, media sosial memiliki dampak positif dan juga dampak negatif pada remaja dalam penggunaannya. Penggunaan aplikasi media sosial yang sedang trend dan viral seperti aplikasi media sosial tiktok menampilkan beragam informasi dalam bentuk video dengan kemasan yang menarik. Salah satu konten yang sedang viral adalah challange diet tiktok. Konten tersebut menjelaskan seorang remaja menunjukkan hasil diet dalam kurun waktu singkat dan berhasil menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan tanpa adanya informasi yang jelas mengenai cara menurunkan berat badan untuk tubuh yang ideal. ini menimbulkan salah persepsi atau tersesat dalam mempersepsikan body image dan cara mendapatkannya. Penggunaan media sosial seperti ini memberikan dampak negatif pada konsep diri, hal tersebut terjadi dikarenakan terdapat jarak antara konsep diri ideal (ideal self) dan konsep diri sesungguhnya (real self) yang ada pada media sosial (Felita, Siahaja, Wijaya, Melisa, Chandra, & Dahesihsari, 2016).

 

Dalam aliran psikologi individual, Adler (Sidiq, 2012) yang menjelaskan tentang kelahiran manusia terhadap kelemahan pada tubuhnya menjadikannya dirinya bergantung pada orang lain. Dengan keterbatasan fisiknya terciptalah perasaan rendah diri atau inferior dan mengatasinya dengan menetapkan tujuan untuk tercapainya kesempurnaan atau superior. Ada tujuh prinsip yang menjadi sudut pandang dari Adler tentang perilaku manusia yang ia buat dalam aliran psikologi individual (Sidiq, 2012), diantaranya adalah:

 

1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle), Prinsip ini dipicu oleh kemampuan orang lain yang tidak bisa dilakukan seseorang sehingga muncullah perasaan rendah diri tersebut.                                                              

                            

2. Prinsip Superior (Superiority Principle), Prinsip ini berkaitan dengan inferiority, dengan adanya rasa rendah diri pada manusia mengakibatkan adanya dorongan superior untuk menghilangkan perasaan rendah diri pada manusia.   

            

3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life),  Prinsip ini menjelaskan tentang bagaimana penggabungan dorongan dari dalam diri dan juga dorongan dari lingkungan yang menghasilkan gaya hidup untuk mencapai kesempurnaan. 

 

4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle), Prinsip ini merupakan penggerak utama bagi seluruh tingkah laku. Kitalah seniman untuk diri kita sendiri. Melakukan ide atau gagasan baru yang berbeda dengan yang lain sehingga terciptanya kepribadian yang baru.

 

5.Prinsip Diri yang Sadar (Concusious Self Principle), Inti kepribadian individu ialah kesadaran. Manusia itu memang sangat sadar dengan apa yang telah direncanakannya, apa yang dilakukannya, dan bahkan apa yang dicapainya.

            

6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle),  Masalalu memanglah penting tetapi masa depanlah yang terpenting. Bukan sekedar individu lakukan, tetapi si individu inilah yang melakukannya dengan diri kreatifnya pada momen khusus.  

 

7. Prinsip Minat Sosial (Social Interest Principle), menurut Adler manusia terlahir dengan memiliki minat sosial yang tinggi dan bersifat universal. Dalam perjalanan hidup manusia, perasaan inferior juga akan diperkaya dan minat sosial juga akan di perkuat dalam pengembangannya.

 

            

Trend diet ekstrim tiktok pada remaja adalah salah satu contoh perilaku manusia untuk mencapai tingkat kesempurnaannya(superior).Awalnya para remaja merasa insecure (inferior) terhadap body image yang ia miliki dan mulai mencari cara bagaimana ia bisa menurukan berat badan(kreatif). Persepsi yang didapatkan remaja dengan adanya challange diet tiktok yang viral ini masuk ke alam bawah sadar (kesadaran) dan merubah cara berfikir seorang remaja bahwa tubuh yang bagus itu dalah bentuk tubuh yang kurus(Goals) dan didapatkan dengan cara yang mudah atau instan. Sehingga pada alam bawah sadarnya para remaja yang memiliki berat badan khususnya cenderung melakukan berbagai cara yaitu diet extrem rendah kalori agar dapat  kurus dalam waktu yang cepat. Ditambah dengan adanya dorongan dari sosial media (Gaya hidup) , yaitu aplikasi tiktok yang sedang ramai dengan adanya konten challenge diet tiktok (Minat Sosial).

 

Persepsi body image negative dan gangguan makan pada remaja 

Masa remaja adalah sebuah fase kehidupan dimana terjadinya perubahan tumbuh kembang .Salah satunya yang bisa dilihat adalah tumbuh kembang secara fisik  dimulai  dari rentang usia  10 - 13  tahun dan  berakhir  pada  rentang  usia  18 - 22  tahun (Santrock, 2007), karena terjadi perubahan- perubahan yang cepat  remaja cenderung memiliki pola fikir yang cenderung berubah-ubah dan meledak-ledak Steinberg   (Indri, 2008). Perubahan fisik pada masa remaja mempengaruhi persepsi Body image, tidak bisa dipungkiri bahwa remaja banyak yang memandang diri mereka buruk, body image yang buruk bisa bisa menimbulkan perasaan rendah diri, cemas dan bahkan malu.

Body image menurut (Arthur, 2010) adalah bagaimana cara seseorang menggambarkan diri secara subyektif tentang tubuhnya baik atau buruk. Khususnya terkait pada pandangan orang lain,sesuai dengan persepsi diri. Persepsi Body image negative terbentuk karena remaja memandang bahwa mereka harus seperti teman teman nya dan bahkan terobsesi untuk membentuk tubuh mereka dengan cara yang salah. Citra tubuh yaitu gambaran diri mengenai ukuran tubuh dan bentuk diri nya sendiri, perasaan tentang bentuk tubuh nya, dan harapan terhadap ukuran serta bentuk tubuh (Denich & Ifdil, 2015). Terdapat dua komponen konstruk dari citra tubuh yaitu, penilaian gambaran ukuran tubuh dan juga sikap yang terpaut dengan tubuh yang memengaruhi interpretasi, yaitu tanggapan sosial dan tuntutan dari teman atau keluarga yang membuat persepsi remaja tentang bentuk tubuh itulah mengapa peran teman dan juga keluarga bisa membuat penilaian penampilan, terutama terhadap remaja (Denich & Ifdil, 2015)..

 

Menurut para ahli dalam upaya mendapatkan tubuh ideal dan sehat diupayakan  dengan cara mengatur pola makan yang disiplin dan konsisten. Namun, Jika dilihat dari trend yang ada, remaja pada umumnya yang seringkali dibayang-bayangi rasa  kecemasan dan kekhawatiran bahwa dirinya akan mengalami kegagalan dari usahanya dalam mendapatkan tubuh yang ideal tersebut. Hal ini karena individu tersebut ingin sekali menghindari agar tubuhnya tidak sampai mengalami kegemukan. Dengan adanya rasa khawatir berlebihan tersebut, membuat individu pantangan terhadap pola kebiasaan makan melakukan diet yang ekstrem dan ketat. Jika individu tersebut merasa lapar, ia tidak akan segera makan, akan tetapi ia akan membiarkan dirinya untuk tetap merasa kelaparan. Bila dirinya merasa berhasil bertahan untuk tidak mengkonsumsi apapun, maka ia akan merasa bangga dan senang serta mungkin puas. Demikianlah hal tersebut akan dilakukan secara berulang-ulang. Akan tetapi, dikarenakan ketidaktahuan individu tentang pola makan yang baik dan benar, membuat individu tersebut sampai mengganggu pola pengaturan makannya, yang berakibat individu tersebut justru mengalami gangguan makan (eating disorder), misalnya Bulimia nervosa atau Anorexia (Krisnani, Santoso, & Putri, 2017). 

 

Memperbaiki cara pandang remaja menyelamatkan masa depan

Seperti kutipan diatas mencintai diri sendiri bukanlah Tindakan yang egois. Memperhatikan apa yang kita konsumsi dan memelihara mood adalah kepedulian kita terhadap diri sendiri. Peran orang tua dalam pembentukan jati diri dan persepsi mengenai diri sendiri pada remaja dengan mengedukasi bagaimana cara memandang citra diri dan cara mencintai dirinya sendiri. memberikan contoh dalam menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak melabel pada anak seperti “gendut”, “jelek” dan menghargai orang lain.  Penggunaan media sosial harus disertai dengan tanggung jawab dalam penggunaannya. Oleh karena itu remaja masih membutuhkan bimbingan dalam menggunakan sosial media sehingga remaja tidak tersesat dengan banyaknya informasi yang didapatkannya.  Ketika semua sudah difahami oleh remaja maka permasalahan gangguan makan diakibatkan ingin membentuk body image yang ideal seperti yang digambarkan di sosial media tidak akan merusak mental dan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dimasa depan. Menyelamatkan remaja sama dengan menyelamatkan masa depan.

 

 

Referensi:

 

Arthur, S. R. & Emily S. R. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Denich, A. U & Ifdil. (2015). Konsep Body Image Remaja Putri. Jurnal Konseling dan Pendidikan. 3(2), 55-61.

 

Felita, P., Siahaja, C., Wijaya, V., Melisa, G., Chandra, M., & Dahesihsari, R. (2016). Pemakaian Media Sosial Dan Self Concept Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA5(1), 30-41.

 

Indri, K, N. (2008). Stres Pada Remaja. Skripsi. Medan: Psikologi Universitas    Sumatera Utara. Jakarta: Arcan.

 

Krisnani, H., Santoso, M. B., & Putri, D. (2017). Gangguan Makan Anorexia nervosa dan Bulimia Nervosa Pada Remaja. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(3),  390 – 447.

 

Santrock, Jhon, W. (2007). Remaja. Jilid 2. Terjemahan oleh Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.

 

Sidiq, Z. (2012,Maret 8). Psikologi Individual Menurut Alfred AdlerWeb UPI Official. Retrieved from http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196010151987101-ZULKIFLI_SIDIQ/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf