ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 17 Sep 2021
Bahayakah Multitasking Pada Seorang Ibu?
Oleh:
Yohana Maria SM H
Magister Psikologi Sains, Universitas Sumatera Utara
Ibu merupakan sosok yang berperan penting di tengah-tengah keluarga. Banyaknya tuntutan pekerjaan di rumah seperti mengurus anak, urusan rumah tangga begitu juga pekerjaan di kantor membuat ibu harus memiliki kemampuan multitasking (peran ganda) yang baik. Dalam menjalankan aktifitasnya seringkali ibu diperhadapkan dengan dua pilihan, yaitu harus sepenuhnya mengurusi rumah tangga atau memilih tetap bekerja dan meniti karier sambil menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Seperti ahli mengartikan peran ganda perempuan ialah peran yang dijalankan oleh seorang perempuan di rumah sebagai pengurus rumah tangga, pribadi yang mandiri, istri, dan mengasuh anak-anak, serta menjalankan peran sebagai anggota masyarakat dimana mereka menjadi pekerja dan menjadi warga negara (Ciptoningrum, 2009). Sehingga membuat ibu sering melakukan kegiatan multitasking setiap hari dan bisa berdampak buruk bagi mereka.
Ditambah lagi dengan situasi pandemi Covid-19 ini, ibu semakin dituntut memiliki multitasking yang baik. Mereka harus bekerja di tengah situasi pandemi, mengurus rumah tangga, mengurus anak dan ditambah dengan membantu anak-anak untuk belajar online. Sehingga membuat ibu menjadi stres dan lebih cepat emosi.
Menurut John dan Gross (dalam Vingerhoets, Nycklicek, & Denollet, 2007) emosi seringkali membantu, tetapi terkadang destruktif. Sehingga ibu akan ditantang untuk menemukan cara mengatur emosinya sehingga ia dapat mempertahankan aspek-aspek yang bermanfaat sambil membatasi aspek-aspek yang berpotensi merusak. Maka banyak ibu yang terkadang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi mereka, sehingga terkadang bisa merusak dirinya dan keluarga.
Banyaknya kegiatan yang dilakukan ibu, seringkali mempengaruhi emosi seorang ibu. Oleh karena itu, diperlukan regulasi emosi agar respon ibu terhadap stresor pekerjaan yang muncul adalah dengan respon emosi yang baik. Regulasi emosi ini juga berkembang karena proses yang mungkin efektif dilalui oleh Ibu dalam berinteraksi dengan keluarganya baik dalam pola asuh terhadap anak atau dalam lingkungan sekitarnya (Rutherford, Wallace, Laurent, & Mayes, 2014). Untuk mengurangi rasa stres pada ibu, dan bisa melakukan multitasking dengan nyaman, sebaiknya ibu bisa mencoba hal ini:
- Satu demi satu.
Lakukan pekerjaan satu per satu agar lebih fokus. Tentukan lebih dahulu, pekerjaan mana yang lebih penting. Bila perlu, dapat membuat daftar prioritas.
- Berdamai pada diri sendiri.
Di saat libur, mungkin bisa lebih longgar pada aturan-aturan. Misalnya, tidak memasak dengan membeli makanan. Berikan kesempatan untuk tidak terbebani setiap saat.
- Minta pertolongan.
Minta bantuan suami atau anak untuk melakukan pekerjaan rumah. Misalnya anak mengambil sayur atau ikan yang akan dimasak. Sehingga hal ini membuat ibu sedikit terbantu dan anak memiliki kegiatan yang menyenangkan.
- Bebas teknologi komunikasi.
Jika biasanya ibu sering menggunakan gawai saat melakukan aktifitas, sebaiknya dibatasi dan tidak digunakan sama sekali. Sehingga ibu bisa fokus melakukan kegiatannya tanpa dibarengi menggunakan gawai.
- Ibu juga manusia.
Sediakan waktu sendiri untuk diri ibu dengan berkompromi dengan kondisi yang sedang terjadi. Ibu bisa mengambil waktu me time.
Referensi:
Ciptoningrum, P. (2009). Hubungan peran ganda dengan pengembagan karier. Thesis, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 22.
Rutherford, H. J. V, Wallace, N. S, Laurent, H. K, & Mayes, L. C. (2014, 12 08). https://doi.org/10.1016/j.dr. Retrieved May 20, 2021, from doi.org: https://doi.org/10.1016/j.dr.2014.12.008
Vingerhoets, A, Nycklicek, I, & Denollet, J. (2007). Emotion regulation: Conceptual and clinical . US: Springer.
Vingerhoets, A. N. (2007). Emotion regulation: Conceptual and clinical . US: Springer.