ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 17 Sep 2021

Vaksinasi Bisa Jadi Solusi Atau Malah Bikin Emosi?
Dialektika Sentra Vaksinasi Bersama BUMN di Senayan


oleh
Afriesha Dwikusuma Putri, Mikael Qamara Erlambang, 
dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 


Lembaga-lembaga negara mesti bersatu dan bergotong royong
dalam upaya percepatan vaksinasi nasional guna mewujudkan
suksesnya program Indonesia Sehat dan Indonesia Bekerja. 
                                                                                                
(Erick Thohir, Menteri BUMN RI)

 

Urgensi Vaksinasi demi Melawan Covid-19

Secercah solusi ditawarkan sebagai buah eksperimen para peneliti dan ahli kesehatan. Lebih dari setahun berlalu sejak World Health Organization (WHO) mengumumkan kondisi darurat global akibat pandemi virus coronavirus dalang penyakit Coronavirus disease 2019 atau panggilan akrabnya COVID-19 (WHO, 2020).

 

Pandemi melahirkan dampak negatif bagi kehidupan,terutama berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, tak terkecuali sisi psikologisnya. Pandemi turut berpengaruh dalam meningkatnya angka penderita stress bahkan depresi. Menurut Brooks, Amlôt, Rubin, & Greenberg (2020), tingkat stress atau gangguan psikologis serupa disebabkan faktor seperti (1) karantina atau isolasi mandiri; (2) perasaan teralienisasi, kesepian, dan merasa sendiri; (3) kecemasan akan terinfeksi; (4) informasi serta stigma. Kelompok dengan riwayat gangguan kejiwaan, tenaga medis, dan kelas sosial ekonomi menengah ke bawah lebih rentan terserang psikisnya (Brooks, Amlôt, Rubin, & Greenberg, 2020).

Ketidakpuasan akan kinerja pemerintah dalam penanganan pandemi juga menjadi alasan melonjaknya emosi rakyat. Namun pemerintah mengusahakan senantiasa opsi dan solusi untuk menekan laju kenaikan penderita Covid-19 dan memulihkan ekonomi nasional. Maka dari itu vaksinasi menjadi pilihan, titik terang, dan jawaban bagi kegelisahan masyarakat.

 

Bukti Akhirnya Suara Rakyat Didengar

Pemerintah mengabulkan kebutuhan rakyat untuk menjadi pelopor dan penyedia layanan vaksinasi Covid-19 gratis. Bukti keseriusan pemerintah adalah dengan melaksanakan program Vaksinasi Nasional Tahap 2. Stafsus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, sekaligus menjabat sebagai Koordinator Program Management Office (PMO) Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), menyampaikan jika lansia (warga berusia di atas 59 tahun) dan karyawan BUMN adalah sasaran penerima vaksinasi melalui Sentra Vaksinasi Bersama atau disingkat SVB BUMN (Yunianto, 2021).

 

Dilaporkan Jamkrido (2021), inisiatif Kementrian BUMN merupakan lokomotif penggerak dengan berkolaborasi dengan Kemenkes, Pemprov DKI Jakarta, bersama Indonesia Healthcare Corporation menghadirkan “Sentra Vaksinasi Bersama” demi (1) memudahkan akses publik, dan (2) mempercepat serta memperluas jangkauan program vaksinasi. Sentra Vaksinasi Bersama berlangsung di Jakarta atau kota-kota yang perlu percepatan. Dengan target tak kurang dari 5.000 pendaftar setiap hari, sentra vaksinasi digelar sekitar 4 bulan berlokasi di Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, DKI Jakarta (Jamkrido, 2021).

 

Pelayanan mempengaruhi Emosi dan Kondisi Peserta

Menurut pengamatan langsung, kualitas pelayanan yang disuguhkan panitia saat pekan awal belum bisa dikatakan pantas menyandang predikat ‘bintang lima’. Sentra Vaksinasi Bersama awalnya hanya terpusat pada satu lokasi yaitu di Istora Senayan, bagi peserta lansia dan pelayan publik BUMN. Peserta yang melebihi kapasitas menelurkan antrean panjang dan durasi tunggu yang lama sehingga kurang layak bagi peserta, terutama lansia, yang perlu fit sebelum menerima vaksinasi. Tidak sedikit pula panitia yang kewalahan akibat gelombang peserta yang melampaui ekspektasi. 

 

Adapun peserta terpaksa menunggu giliran selama berjam-jam, berada di tengah kerumunan tiada berjarak, hingga menjadi tertekan. Sedikit peserta harus menunda atau mengundur jadwal vaksinasi, sebab tekanan darah yang melewati kriteria penerima vaksin. Ketika ditanya penyebab hipertensi pada peserta, apalagi yang berusia muda, jawaban mereka adalah emosi kepada panitia. Sungguh disayangkan, pelaksanaan Sentra Vaksinasi Bersama yang semestinya menjadi solusi, malah menuntun pada peningkatan emosi hingga berujung batalnya vaksinasi.

 

Ternyata kondisi psikologis seseorang termasuk gejala emosional seperti marah dapat mempengaruhi kondisi fisiologisnya juga. Hal tersebut dijelaskan dalam salah satu studi psikologi yaitu Psikofisiologi. Menurut psikofisiologi, fenomena perilaku atau mental berkaitan dengan proses-proses jasmani, khususnya aktivitas jasmani seperti dari otak, jantung, dan otot-otot. Salah satu tokoh Psikofisiologi yaitu Gustav Theodore Fechner  (1801-1887) menyatakan hubungan sensasi dan persepsi, menganggap psikofisik merupakan ilmu yang tepat untuk menjelaskan keterkaitan antara tubuh dan pikiran. Fechner menciptakan teori mengenai hubungan stimulus dengan pengalaman sensorik. Psikofisiologis menjelaskan gangguan fisik yang disebabkan faktor psikologis yakni kurangnya penanganan stress atau tekanan (Davison, Neale, & Kring, 2006).

 

Emosi memanglah suatu reaksi wajar terhadap rangsangan. Namun emosi mendalam dapat menyingkap perubahan organisme, yang disadari melalui gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis (Chaplin, 2010). Salah satu emosi yang mudah ditemui dalam kasus Sentra Vaksinasi Bersama adalah emosi marah. Emosi marah ditandai dengan tingginya aktivitas sistem saraf simpatik dan dipicu perasaan tidak suka. Menurut survei oleh Susanti, Husni, dan Fitriyani (2014), 80% emosi marah disebabkan respon atas perbuatan individu lain yang tidak mengenakan. Pada kasus ini emosi bisa berasal dari dua pihak: (1) emosi peserta yang habis kesabaran pada panitia atau pada inkonsistenasi prosedur; maupun (2) emosi panitia terhadap situasi inkondusif atau peserta yang rusuh dan merepotkan. Emosi marah yang tidak dikontrol berisiko menimbulkan efek negatif bagi psikologi individu itu sendiri maupun pihak lain.

 

 

Mengenai kasus tekanan darah tinggi (hipertensi) yang menggagalkan kesempatan vaksinasi pada segelintir orang dapat dijelaskan oleh teori psikofisiologis. Hipertensi dapat dipicu oleh kondisi emosional negatif seperti marah. Emosi marah sebagai stimulan saraf simpatis dengan peningkatan curah jantung dan resistensi pembuluh darah. Melalui mekanisme hormon adrenalin, emosi dapat meningkatkan tegangan otot, denyut jantung, dan tekanan darah (Ardian, Haiya, dan Sari, 2018). 

 

Evaluasi dan Implementasi Kritik Psikologis

Konflik sanggup mendorong individu untuk berusaha mencari jalan keluar dan menggelar kesempatan bagi perubahan atau pembaharuan sistem. Setelah mengevaluasi kinerja dan dampak pelaksanaan sebelumnya, panitia berinovasi dengan menerapkan intervensi psikologis sebagai langkah peningkatan layanan (Rosyanti dan Hadi, 2020).

 

1.    Efisiensi Prosedur dan Eksklusifitas Perlakuan

Memperketat pemeriksaan pendahuluan sebelum memasuki gate demi mencegah antrean panjang, mempersingkat waktu observasi bagi peserta berusia di bawah 45 tahun, dan membuka lagi Sentra Vaksinasi khusus BUMN di Tennis Indoor.

 

2.    Fasilitas yang Memudahkan Mobilitas dan Mengurangi Stressor

Disediakannya bus shuttle mencegah peserta mengalami keletihan sehabis vaksinasi serta live music performance sebagai hiburan selagi menunggu giliran.

 

3.    Regulasi Emosi melalui Hubungan Interpersonal

Menurut Salovey dan Sluyter (1997) positivisme emosi akan meningkat ketika individu mencapai tujuan dalam hubungannya dengan orang lain. Hubungan antara peserta, panitia, petugas medis, dan perangkat terkait mesti dilandasi interaksi interpersonal yang baik. Semakin tinggi emosi positif akan menyebabkan tekanan darah semakin rendah (Yeni, 2012).

 

Di luar kasus Sentra Vaksinasi Bersama yang kian membaik, pemerintah dan masyarakat masih memiliki tugas untuk mengoptimalkan kepuasan masyarakat terhadap vaksinasi. Melalui evaluasi Sentra Vaksinasi Bersama BUMN, dalam Suryatma & Isakh (2020), pemerintah kiranya dapat melakukan peningkatan pelayanan, keterjangkauan fasilitas, dan pengetahuan bagi masyarakat demi tercapainya sukses vaksinasi nasional.

 

 

REFERENSI:

 

Ardian, I., Haiya, N. N., & Sari, T. U. (2018). Signifikansi Tingkat Stres Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Proceeding Unissula Nursing Conference, 1(1), 152-156.

 

Brooks, S., Amlôt, R., Rubin, G. J., & Greenberg, N. (2020). Psychological resilience and post-traumatic growth in disaster-exposed organisations: overview of the literature. BMJ Mil Health, 166(1), 52-56. https://doi.org/10.1136/jramc-2017000876

 

Chaplin, J. P. (2010) Dictionary of Psychology. Random House Publishing Group.

 

Davidson, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2004). Psikologi Abnormal Edisi 9. Fajar, N. (2006). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

 

Rosyanti, L. & Hadi, I., (2020). Dampak Psikologis dalam Memberikan Perawatan dan Layanan Kesehatan Pasien COVID-19 pada Tenaga Profesional Kesehatan. Health Information Jurnal Penelitian, 12(1), 107-130.

 

Salovey, P., & Sluyter, D. J. (Eds.). (1997). Emotional development and emotional intelligence: Educational implications. New York: Basic Books.

 

Sentra Vaksinasi Bersama BUMN Telah Memvaksin 100 Ribu Lebih Warga Indonesia. (2021, Maret 8). Jamkrido. Retrieved from https://www.jamkrido.co.id/ blog/read/1001/sentra-vaksinasi-bersama-bumn-telah-memvaksin-100-ribu-lebih-warga-indonesia

 

Suryatma, A., & Isakh, B. M. (2021). Karakteristik Masyarakat dan Hubungannya dengan Kepuasaan Pelayanan Vaksinasi di 11 Provinsi di Indonesia. Jurnal Health Sains, 2(3), 294-300.

 

Susanti, R., Husni, D., & Fitriyani E. (2014). Perasaan Terluka Membuat Marah. Jurnal Psikologi, 10(2), 103-109.

 

WHO. (2020). WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov on 11 February 2020. Retrieved of  https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-directorgenerals-remaks-at-the-media-briefing-on-2019-ncov-on-11-february-2020. (Feb 12 2020).

 

Yeni, F. (2012), Hubungan Emosi Positif & Koping dengan Hipertensi di RSUP. M. Djamil Padang. Ners Jurnal Keperawatan, 8(2), 115-128.

 

Yunianto, F. (2021, Maret 10). Kementerian: Sentra vaksinasi BUMN untuk lansia dan pelayan publik. Antara.Retrieved from https://www.antaranews.com/berita/ 2035146/kementerian-sentra-vaksinasi-bumn-untuk-lansia-dan-pelayan-publik