ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 12 Juni 2021

Layanan Kesehatan Mental Berbasis Digital di Indonesia: Riset dan Praktik

 

Oleh

Retha Arjadi

Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

Layanan kesehatan mental berbasis digital, yaitu layanan kesehatan mental yang disampaikan dengan memanfaatkan bantuan teknologi, saat ini telah berkembang pesat, terutama menyusul berbagai penyesuaian akibat situasi pandemi Covid-19. Sebelum pandemi Covid-19, layanan kesehatan mental berbasis digital telah mulai bermunculan, misalnya dalam bentuk aplikasi-aplikasi penyedia konseling jarak jauh. Saat memasuki pandemi Covid-19, interaksi secara digital menjadi semakin normal untuk dilakukan, termasuk untuk pemberian layanan kesehatan mental. Banyak tempat praktik layanan kesehatan mental, seperti rumah sakit dan biro psikologi, maupun psikolog yang berpraktik pribadi, menyediakan layanan kesehatan mental berbasis digital, misalnya melalui video call

 

Layanan kesehatan mental berbasis digital memiliki isu yang perlu dicermati. Sebuah riset mengenai hal ini yang dilakukan terhadap profesional kesehatan mental di Belanda melaporkan kelemahan berupa kendala teknis, tantangan membangun rapport dengan klien, dan bahwa tidak semua kasus atau klien dapat ditangani secara daring (Feijt, de Kort, Bongers, Bierbooms, Westerink & Ijsselsteijn, 2020). Di sisi lain, riset yang sama menyebutkan bahwa kekuatan dari layanan kesehatan berbasis digital adalah adanya efektivitas yang baik, fleksibilitas, serta kemudahan untuk dilakukan dari lokasi masing-masing (Feijt, de Kort, Bongers, Bierbooms, Westerink & Ijsselsteijn, 2020). Walaupun riset tersebut dilakukan di Belanda yang merupakan negara maju, temuannya menyajikan prinsip-prinsip yang relevan dengan penggunaan layanan kesehatan mental berbasis digital secara umum, termasuk di negara berkembang. 

 

Lalu, bagaimana dengan perkembangan riset mengenai layanan kesehatan mental di negara berkembang? Penulis, bersama tim, telah melakukan meta-analisis terbaru mengenai efektivitas intervensi psikologis berbasis digital di negara berkembang, dan menemukan 22 riset dengan perhitungan meta-analisis yang menunjukkan efektivitas sedang (Fu, Burger, Arjadi & Bockting, 2020). Salah satu riset yang ada dalam meta-analisis tersebut adalah riset mengenai intervensi aktivasi perilaku berbasis internet untuk depresi yang penulis lakukan di Indonesia (Arjadi, Nauta, Scholte, Hollon, Chowdhary, Suryani, Uiterwaal & Bockting, 2018). Jumlah 22 riset ini menunjukkan penambahan yang berarti dari jumlah yang masih sangat terbatas yang ditemukan penulis saat melakukan systematic review sekitar lima tahun sebelumnya (Arjadi, Nauta, Chowdhary & Bockting, 2015).

 

Di Indonesia sendiri, potensi penggunaan layanan kesehatan mental berbasis digital cenderung positif. Angka pengguna internet semakin bertambah setiap tahunnya, walaupun belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Di tahun 2019 hingga kuartal II tahun 2020, pengguna internet mencapai 196,7 juta jiwa (73,7% penduduk Indonesia), meningkat 23,5 juta atau 8,9% dari tahun 2018 (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2020). Selain itu, masyarakat Indonesia juga relatif terbuka untuk mencoba layanan kesehatan mental berbasis daring. Salah satu riset yang penulis lakukan di Indonesia menunjukkan ini dalam konteks penerimaan terhadap intervensi psikologis daring untuk depresi (Arjadi, Nauta, & Bockting, 2018). Saat ini, ditambah pula dengan situasi pandemi Covid-19 yang membuat kebutuhan atas layanan kesehatan mental berbasis digital menjadi lebih tinggi, sehingga dapat semakin mendorong pertumbuhannya.

 

Riset mengenai layanan kesehatan mental berbasis digital di Indonesia telah semakin berkembang. Beberapa riset terbaru antara lain riset mengenai program manajemen stres yang disampaikan melalui website untuk mahasiswa (Juniar, van Ballegooijen, Karyotaki, van Schaik, Passchier, Heber, Lehr, Sadarjoen & Riper, 2019) serta intervensi transdiagnostik berbasis internet untuk mahasiswa yang mengalami depresi dan kecemasan (Rahmadiana, Karyotaki, Schulte, Ebert, Passchier, Cuijpers, Berger, van Ballegooijen, Wimbarti, & Riper, 2021). Perkembangan di sisi riset ini tentu menggembirakan.

 

Demikian pula, praktik layanan kesehatan mental berbasis digital di Indonesia telah semakin berkembang. Seperti telah disinggung di awal tulisan ini, saat ini, terutama semenjak pandemi Covid-19, pemberian layanan kesehatan mental berbasis digital menjadi sesuatu yang biasa dilakukan. Dalam menyikapi dampak pandemi Covid-19, HIMPSI JAYA dan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah DKI Jakarta pun menggagas dibentuknya Tim Satgas Telekonseling Covid-19 yang menyediakan layanan konseling daring tidak berbayar untuk masyarakat yang memiliki keluhan psikologis terkait pandemi Covid-19. Langkah ini sekaligus menunjukkan keterbukaan para psikolog untuk memberikan layanan kesehatan mental berbasis digital, sesuai kebutuhan di lapangan. Perkembangan di area praktik ini juga tentunya menggembirakan.

 

Perkembangan yang baik di area riset dan praktik ini membawa harapan untuk mendorong dilakukannya riset-riset lanjutan yang berkualitas serta mendorong implementasi dalam praktik yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dengan mempertimbangkan keragaman karakteristik masyarakat Indonesia dan masih banyaknya area yang belum digarap dalam bidang ini, rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa riset dan praktik layanan kesehatan mental berbasis digital di Indonesia masih sangat potensial untuk dikembangkan. Diharapkan para peneliti dan psikolog dapat menggunakan temuan-temuan riset sebelumnya serta pembelajaran yang diperoleh dari praktik selama ini, untuk merancang arah pengembangan riset dan praktik sesuai kebutuhan di lapangan yang sampai saat ini masih terus mencari bentuknya. 

 

 

Referensi:

 

Arjadi, R., Nauta, M.H. & Bockting, C.L.H. (2018). Acceptability of internet-based 

interventions for depression in Indonesia. Internet Interventions, 13, 8-15, DOI: 10.1016/j.invent.2018.04.004.

 

Arjadi, R., Nauta, M. H., Chowdhary, N., & Bockting, C. L. H. (2015). A systematic review 

of online interventions for mental health in low and middle income countries: A neglected field. Global Mental Health2, e12. DOI: 10.1017/gmh.2015.10.

 

Arjadi, R., Nauta, M.H., Scholte, W.F., Hollon, S.D., Chowdhary, N., Suryani, A.O., 

Uiterwaal, C.S.P.M. & Bockting, C.L.H. (2018). Internet-based behavioural activation for depression with lay counsellor support: a randomised clinical trial in Indonesia. Lancet Psychiatry, 5(9), 707-716. DOI: 10.1016/S2215-0366(18)30223-2.

 

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2020). Laporan Survei Internet APJII 

2019-2020 [Q2]. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

 

Feijt, M., de Kort, Y., Bongers, I., Bierbooms, J. Westerink, J. & Ijsselsteijn, W. (2020). 

Mental health care goes online: Practitioners’ experiences of providing mental health care during the Covid-19 pandemic. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 23(12). DOI: 10.1089/cyber.2020.0370.

 

Fu, Z., Burger, H., Arjadi, R. & Bockting, C.L.H. (2020). Effectiveness of digital 

psychological interventions for mental health problems in low-income and middle-income countries: A systematic review and meta-analysis. Lancet Psychiatry, 7, 851-64. DOI: 10.1016/ S2215-0366(20)30256-X.

 

Juniar, D., van Ballegooijen, W., Karyotaki, E., van Schaik, A., Passchier, J., Heber, E., 

Lehr, D., Sadarjoen, S.S. & Riper, H. (2019). Web-based stress management program for university students in Indonesia: Systematic cultural adaptation and protocol for feasibility study. JMIR Research Protocols, 8(1), e11493. DOI: 10.2196/11493. 

 

Rahmadiana, M., Karyotaki, E., Schulte, M., Ebert, D.D., Passchier, J., Cuijpers, P., 

Berger, T., van Ballegooijen, W., Wimbarti, S. & Riper, H. (2021). Transdiagnostic internet intervention for Indonesian university students with depression and anxiety: Evaluation of feasibility and acceptability. JMIR Mental Health, 8(3), e20036. DOI: 10.2196/20036.