ISSN 2477-1686

 

Vol. 6 No. 18 September 2020

Identitas Etnis dan Harga Diri Kolektif (Collective Self-Esteem) Warga Negara Indonesia pada Keturunan Tionghoa

 Oleh

Clara Moningka & Herlita

Program Study Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya

 

Sebagai tempat tinggal bagi beragam etnis, Jakarta merupakan “melting pot”. Salah satu etnis yang  kita kenal adalah etnis Tionghoa. Pada awalnya, masyarakat dari negara China melakukan perjalan ke Indonesia untuk melakukan perdagangan namun kemudian memutuskan untuk menetap di Indonesia.

 

Seiring dengan perkembangannya, etnis Tionghoa sangat berperan dalam bidang perekonomian, perdagangan, bahkan menuai prestasi di berbagai bidang (Moningka & Wijaya, 2015). Tetapi sangat disayangkan, bahwa hingga saat ini etnis Tionghoa masih kerap menerima diskriminasi dan prasangka dari etnis pribumi. Untuk menghindari segala perlakuan yang kurang menyenangkan, kebanyakan masyarakat etnis ini hanya berkumpul dengan etnis yang sama. Hal ini memunculkan keterikatan sebagai kelompok dan memunculkan identitas etnis yang kuat. Identitas yang kuat ini ditunjukkan kuatnya tradisi mereka yang yang diturunkan dari generasi ke generasi seperti perayaan imlek dan tradisi lainnya, serta beberapa tradisi untuk keseharian seperti masih menggunakan nama marga atau memiliki nama Cina.

 

Dengan identitas etnis tersebut, masyarakat etnis tionghoa juga mampu mengembangkan rasa bangga sebagai bagian dari Indonesia (Collective self-esteem). Harga diri kolektif atau rasa bangga ini dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan kelompok sosial lainnya (Widodo & Pratitis, 2013). Konsep ini dikemukakan oleh Crocker dan Luhtanen (Moningka, 2020).

 

Hasil penelitian Moningka, Owena, dan Herlita  (2020) menunjukkan bahawa identitas etnis sangat diperlukan untuk menjaga tradisi. Di satu sisi identitas etnis juga memperkaya budaya bangsa, Hasil penelitian Moningka dan Herlita (2020) pada responden etnis Tionghoa berkaitan dengan identitas etnis dan harga diri kolektif menunjukkan bahwa identitas etnis pada Tionghoa juga berkaitan degan rasa bangga mereka menjadi bagian Bangsa Indonesia. Lan (sebagaimana dikutip dalam Susetyo, 2018)  mengungkapkan bahwa mana etnis Tionghoa walaupun mengembangkan identitas etnisnya, namun sudah berorientasi ke arah nasional atau local dan merasa menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Di satu sisi, etnis ini tetap mempertahankan asal usul mereka serta menjalankan tradisi yang ada. Etnis Tionghoa saat ini juga tidak terlalu menguasai adat tradisional. Biasanya mereka hanya  mengikuti orang tua mereka yang masih meneruskan tradisi. Orientasi akulturasi mereka adalah integrationism yaitu sebagai individu yang memiliki dua buah kebudayaan yaitu kebudayaan asli mereka dan juga hasil adaptasi dari budaya tempat mereka tinggal (Moningka, 2020). Namun memang sangat disayangkan, bahwa sekeras apapun usaha mereka, mereka tetap menerima diskriminasi dan prasangka. ( Moningka, 2020)

 

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia, walau kerap menerima perlakukan diskriminasi adalah adanya rasa nasionalisme, partisipasi sebagai warga negara (Matulessy, 2013). Pada dasarnya usaha pembauran dan usaha untuk memberikan kontribusi pada bangsa ini, seperti yang dilakukan oleh para atlet, pengusaha dan lain sebagainya menunjukkan bahwa dengan identitas etnis yang kuat, kita masih bisa merasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Untuk pembaca, diharapkan tidak mempertajam perbedaan yang ada, namun menjaga budaya sebagai bagian dari kekayaan kita. Kita juga perlu menyadari bahwa diskriminasi dan prasangka hanya menyebabkan perpecahan dan rasa terasing (Moningka, 2018). Mari kita ingat kembali esensi dari semboyan negara kita. Bhineka Tunggal ika; berbeda-beda tetapi tetap satu.

 

REFERENSI:

 

Amin, Z. . (2015). Pengaruh identitas etnis terhadap orientasi karir siswa keturunan Jawa dan siswa keturunan Tionghoa. https://www.researchgate.net/profile/Zakki_Nurul_Amin/publication/318562601_pengaruh_identitas_etnis_terhadap_orientasi_karir_siswa_keturunan_jawa_dan_siswa_keturunan_tionghoa/links/59707f10aca27244e35a9097/pengaruh-identitas-etnis-terhadap-orientasi-kari

 

Matulessy, A. (2013). Political efficacy, political trust dan collective self esteem dengan partisipasi dalam gerakan mahasiswa. http://andikmatulessy.untag-sby.ac.id/tulisan/karya-ilmiah/96-political-efficacy-political-trust-dan-collective-self-esteem-dengan-partisipasi-dalam-gerakan-mahasiswa

 

Moningka, C. (2018). Psikologi sosial dan permasalahan sosial: Hidup dalam dunia multikultural. Dalam buku PSIKOLOGI SOSIAL: Pengantar dalam Teori dan Penelitian. Ardiningtyas P., Zainal A., dkk (Ed). Jakarta: Salemba Humanika.

 

Moningka, C., Owena, A,, Herlita. (2020). Adaptasi skala identitas etnis: studi pada etnis jawa dan etnis tionghoa di indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pakar. Jakarta: Universitas Trisakti.

 

Moningka, C. (2020). Saya tionghoa dan saya indonesia: Identitas sosial dan kepuasan hidup. In Sumbangan pemikirian psikologi untuk bangsa: Psikologi dan integrasi bangsa (pp. 336–343). Himpunan Psikologi Indonesia. https://publikasi.himpsi.or.id/psikologi-dan-integrasi-bangsa/

 

Moningka, C., & Wijaya, S. (2015). Menentang diskriminasi, menentang persaudaraan. Dalam Sumbangan pemikirian psikologi untuk bangsa : Revolusi mental. Himpunan Psikologi Indonesia.

 

Susetyo, D. . (2018). Krisis identitas etnis cina di Indonesia. Jurnal Psikodimensia, 2(2). https://www.researchgate.net/publication/328980214_Krisis_Identitas_Etnis_Cina_di_Indonesiahttps://www.researchgate.net/publication/328980214_Krisis_Identitas_Etnis_Cina_di_Indonesia

 

Widodo, A. S., & Pratitis, N. T. (2013). Harga diri dan interaksi sosial ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua. Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 131–138. http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/article/view/100