ISSN 2477-1686

Vol. 6 No. 17 September 2020

 

Identitas Etnis Apakah Perlu di Pertahankan? Studi pada Etnis Jawa

 

Oleh

Clara Moningka

Azzhara Owena Livia

Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya

 

Suku Jawa merupakan salah satu suku yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak dan menjadi etnis mayoritas di Indonesia. Secara geografis, etnis ini tersebar di provinsi Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur (Purwandaru, Wiyancoko, & Ueda, 2017). Seiring berjalannya waktu, persebaran etnis ini semakin meluas, karena banyak dari mereka merantau dan menetap di luar daerahnya dengan berbgai alasan (Lestari, 2016). Alasan mereka merantau sebenarnya sama dengan alasan etnis lain, yaitu untuk memperbaiki kehidupan ekonomi, ataupun untuk bersekolah.

 

Masyarakat etnis Jawa dikenal karena kelekatannya dengan budaya mereka. Walau meereka hidup jauh dari daerah asal mereka, banyak dari mereka masih mengikuti ritual adat yang diwariskan turun temurun. Namun, tidak jarang, seiring berjalananya waktu gaya hidup masyarakat Jawa yang menetap di Jakarta mulai terbawa dengan budaya urban; budaya modern. Budaya ini pada dasarnya muncul karena perkembangan jaman dan kemajuan yang ada. Pada dasarnya budaya ini tidaklah buruk, namun banyak dari kita kehilangan budaya asal atau budaya tradisional karena mengadopsi budaya urban (Moningka, Owena & Herlita, 2020).

 

Budaya urban menyangkut perubahan pada gaya berbicara, dan gaya berpakaian, bahkan gaya hidup (Novitasani & Handoyo, 2014). Pada masyarakat Jawa yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, tradisi dan budaya Jawa banyak ditinggalkan. Apabila masih dijalankan, biasayan karena pengaruh orang tua atau kakek-nenek yang masih menuntut tradisi ini dijalankan. Pada masyarakat Jawa yang masih tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, praktek budaya ini masih sangat kental. Selain itu, masyarakat Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pun juga masih mempunyai ikatan emosional serta ikatan sosial yang kuat antara satu sama lain (Windsong, 2013). Indonesia sendiri pada dasarnya menganut konsep kolektivis atau saling bergantung dan mengikat, sehingga masyarakat Indonesia lebih memperhatikan nilai-nilai budaya yang ada di kelompok untuk membentuk identitasnya (Masturah, 2017).

 

Identitas menjadi penting bagi kita karena menunjukkan posisi kita secara individu maupun kelompok. Fathurroja, Mumtazah, Rosiana, Pudoli, & Fridayanti (2018) menyebutkan terdapat tiga jenis identitas yang dimiliki oleh seorang individu diantaranya identitas pribadi (personal identity), identitas relasi (relational identity), dan identitas kolektif (collective identity) Identitas kolektif ini berkaitan dengan identitas sosial. Identitas sosial menjadi penting bagi individu karena menentukan posisi individu dalam kelompoknya. Salah satu bentuk dari identitas sosial ini berupa identitas etnis. Identitas etnis mencakup pada penghayatan seseorang sebagai anggota dari kelompok etnis yang berkaitan dengan cara hidup serta adat istiadat yang dianutnya. Identitas etnis diperlukan agar munculnya perasaan sejahtera dan penyesuaian diri suatu anggota etnis di lingkungannya (Rahman, Sarbini, Tarsono, Fitriah, & Mulyana, 2018). Identitas etnis juga membuat budaya yang ada terpelihara, sebagai bagian dari kekayaan bangsa.

 

Smith dan Silva (2011) memaparkan bahwa individu yang dengan identitas etnis yang kuat seringkali mengalami diskriminasi di lingkungannya, sehingga individu mengalami stres dan merasa kesulitan untuk menjalani kehidupannya. Selain itu, juga memunculkan sikap etnosentrisme (Ali, Indrawati, & Masykur, 2010). Individu yang mempunyai sikap etnosentrisme dapat memunculkan stereotipe, prasangka hingga jarak sosial kepada anggota etnis lain selain etnisnya (Ali dkk., 2010). Di satu sisi lain filosofi positif dari budaya ini tetap terjaga.

 

Seorang individu bersuku Jawa yang mempunyai identitas etnis yang kuat dapat diidentifikasi dengan kriteria bahwa individu tersebut mempunyai keturunan sebagai individu bersuku Jawa dari generasi terdahulu, individu tersebut menggunakan nama dengan kosa kata atau idiom Jawa, individu tersebut masih menggunakan bahasa Jawa di kehidupan sehari-hari. Mereka juga masih menerapkan nilai-nilai warisan leluhur atas kesadaran dan kemauan sendiri, seperti menerapkan perilaku halus, sopan, hormat, santun, rukun, dan rendah hati dalam kehidupan sehari-hari (El Jaquene, 2019). Selain masih menerapkan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur Jawa, orang Jawa dengan identitas etnis yang kuat pun juga masih menjalankan tradisi budaya Jawa.

 

Pada dasarnya jika seseorang yang mempunyai identitas etnis yang kuat tidak harus menggunakan pakaian atau atribut-atribut etniknya. Seorang suku Jawa yang menggunakan atribut suku Jawa pun belum tentu dapat dikatakan sebagai seseorang dengan identitas etnis Jawa yang kuat, karena penggunaan atribut saja tidaklah cukup untuk memperlihatkan sejauh mana identitas etnis Jawa yang dimiliki oleh sesorang suku Jawa tersebut (Widayat, 2019). Saat ini, identitas etnis yang dimiliki oleh suku Jawa yang merantau mulai luntur karena adanya pengaruh dari budaya yang ada di sekitar wilayah rantauannya.

 

Moningka, Owena, & Herlita (2020) mengemukakan dalam penelitiannya mengenai identitas etnis, bahwa individu suku Jawa yang masih berada di daerah DI Yogyakarta, Jawa Tengah memiliki identitas etnis yang lebih tinggi dibandingkan yang sudah bekerja dan menetap di Jakarta. Mereka yang tinggal di daerah awal, masih lekat dengan budaya mereka, namun yang tinggal di kota besar, kerap sudah melupakan tradisi tersebut, walaupun masih menggunakan beberapa atribut, seperti bahasa. Pada dasarnya penelitian ini bukan ingin membenarkan bahwa budaya urban adalah hal yang salah, namun pelestarian budaya juga menjadi penting bagi kita. Budaya moderen kerap membuat kita lupa bahwa tradisi-tradisi lama yang dianggap merepotkan  sebenarnya memiliki makna yang positif. Di satu sisi, budaya asal atau pribumi tetap terjaga. Bukan untuk membandingkan budayanya dengan budaya lain, atau merasa lebih superior, namun menjadi kekayaan bangsa.

 

Referensi:

Ali, R., Indrawati, E. S., & Masykur, A. M. (2010). Hubungan antara identitas etnik dengan prasangka terhadap etnik tolaki pada mahasiswa muna di universitas haluoleo kendari sulawesi tenggara. Jurnal Psikologi UNDIP, 7(1), 18–26.

 

El Jaquene, F. T. (2019). Asal usul orang jawa: menelusuri jejak-jejak genealogis dan historis orang jawa. Yogyakarta: Araska Publishing.

 

Fathurroja, A., Mumtazah, H., Rosiana, Pudoli, S. B. M., & Fridayanti. (2018). Gambaran identitas etnis remaja suku jawa dan sunda. Jurnal Psikologi Islam & Budaya, 1(2), 107–112.

 

Handoko, A., & Subandi. (2017). Peran identifikasi tokoh wayang dalam pembentukan identitas diri. Jurnal Psikologi, 44(2), 97–106. https://doi.org/10.22146/jpsi.22793

 

Lestari, R. (2016). Transmisi nilai prososial pada remaja jawa. Jurnal Ilmiah Psikologi: Indigenous, 1(2), 33–44.

 

Markstrom, C., Whitesell, N., & Galliher, R. V. (2011). Ethnic identity and mental health among american indian and alaska native adolescents. In H. E. Fitzgerald (Ed.), American indian and alaska native children and mental health: development, context, prevention, and treatment (pp. 101–126). Santa Barbara, California: Praeger.

 

Masturah, A. N. (2017). Gambaran konsep diri mahasiswa ditinjau dari perspektif budaya. Jurnal Ilmiah Psikologi: Indigenous, 2(2), 128–136.

Moningka, C., Owena, A., & Herlita, H. (2020). Adaptasi skala identitas etnis: Studi pada etnis jawa dan etnis tionghoa di indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pakar.

 

Novitasani, L., & Handoyo, P. (2014). Perubahan gaya hidup konsumtif pada mahasiswa urban di unesa. Jurnal Paradigma, 2(3), 1–7.

 

P. (2019). Budaya orang jawa dan milenial saat ini.

 

Purwandaru, P., Wiyancoko, D., & Ueda, A. (2017). The development of rice straw artefacts through workshop in klaten regency of central java. Journal of the Science of Design, 1(2), 61–70.

 

Rahman, A. A., Sarbini, Tarsono, Fitriah, E., & Mulyana, A. (2018). Studi eksploratif mengenai karakteristik dan faktor pembentuk identitas etnik sunda. Jurnal Psikologi Islam Dan Budaya, 1(1), 1–8. https://doi.org/10.15575/jpib.v1i1.2072

 

Rochana, T. (2012). Orang madura: suatu tinjauan antropologis. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Humaniora, 11(1), 46–51.

 

Widayat, R. (2019). Karakteristik dan budaya orang jawa.

 

Windsong, E. A. (2013). Insights from a qualitative study of rural communes: physical and social dimensions of place. Society & Natural Resources, 27(1), 107–116. https://doi.org/10.1080/08941920.2013.840816