ISSN 2477-1686

Vol.6 No. 07 April 2020

 

 

E-Learning: Mulai dari Nol

Oleh:

Sri Widya Astuti

Magister Psikologi Sains – Universitas Sumatera Utara

 

Perubahan Dunia Pendidikan

Mulai dari nol. Kalimat ini sering kita dengar setiap kali mengisi bahan bakar minyak di SPBU Pertamina. Mulai dari nol, juga sering kita ucapkan saat meminta maaf di bulan Ramadan ataupun Syawal. Mulai dari nol, banyak dipakai untuk menggambarkan kondisi seseorang saat belum memiliki apa-apa ketika memulai sesuatu. Mulai merintis usaha dan karir, ataupun memulai membangun rumah tangga dalam pernikahan (2014).  Semuanya bisa dimulai dari nol asal ada niat untuk berbuat. Mulai dari nol adalah angka petunjuk sebagai tanda dimulainya sesuatu yang baru.

Mulai dari nol dalam perubahan dunia pendidikan kita rasakan di masa pandemik Coronavirus Disease Tahun 2019 (Covid-19). Ketika Menteri Pendidikan Indonesia mengeluarkan surat edaran tentang pembelajaran daring dan bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19, dunia pendidikan di Indonesia mulai dari nol secara serentak melaksanakan proses belajar dari rumah. Proses belajar dari rumah yang dilakukan dengan bantuan teknologi telekomunikasi, seperti gawai atau telepon pintar, komputer, dan pastinya jaringan internet, disebut juga sebagai pembelajaran daring atau e-learning. Di masa pandemik Covid-19 ini e-learning kembali booming dan menjadi populer di Indonesia, menandai perubahan dunia pendidikan.

 

E-Learning: Paradigma Pendidikan Modern

E-learning sebenarnya adalah salah satu metode pembelajaran yang sudah lama dipakai sebagai dampak kemajuan teknologi. Goyal (2012) dalam artikelnya mengatakan bahwa dengan kemajuan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, e-learning muncul sebagai paradigma pendidikan modern. Goyal (2012) menambahkan, e-learning adalah masa depan pendidikan karena cara belajarnya yang interaktif, menarik dan menghibur, dan akan segera menggantikan buku-buku kertas dalam bentuk tablet layar sentuh.

Di Indonesia e-learning juga bukanlah hal baru. Para pelajar di kota-kota besar yang berada di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali sudah terbiasa menggunakan internet dan teknologi informasi lainnya untuk membantu proses belajar. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (2020) Penelitian yang dilakukan Cambridge International, bagian dari Universitas Cambridge di Inggris pada tahun 2018 menemukan bahwa pelajar Indonesia adalah yang tertinggi secara global dalam penggunaan ruang komputer (40 persen). Peringkat kedua tertinggi dalam penggunaan komputer desktop (54 persen) setelah Amerika Serikat (Pancawati, D. MB, 2020).

 

Kreativitas Guru dalam E-Learning

Jika e-learning bukanlah sesuatu yang baru bagi pelajar Indonesia, lalu mengapa saat pandemik Covid-19 ini banyak timbul masalah terkait proses belajar dari rumah? Berita tentang masalah yang timbul dari kegiatan e-learning di Indonesia. Jannah (2020) menulis bahwa banyak pelajar yang stres mengerjakan tugas dan PR yang diberikan guru, selama melakukan proses belajar dari rumah (Tirto.id, 2020).

Hal tersebut karena guru hanya mengirimkan foto tulisan berbagai macam tugas atau PR lewat grup whatsapp, tanpa memberikan penjelasan materi terlebih dahulu. Dampaknya adalah stres pada anak, yang disebabkan oleh: (1) banyaknya tugas yang diberikan guru dalam satu waktu, (2) proses tanya jawab yang sangat terbatas dengan guru, (3) tidak adanya bantuan yang bisa diberikan oleh orang tua dan keluarga di rumah, serta (4) suasana rumah yang kurang kondusif untuk belajar, karena seting lingkungannya tidak seperti kelas di sekolah.

Padahal ada banyak cara melaksanakan kegiatan e-learning selain mengirimkan tugas melalui foto soal dan jawaban di grup whatsapp. Menurut Naidu (2006) istilah e-learning lebih dari pembelajaran “online” atau daring (dalam jaringan) saja. Karena huruf “e” dalam e-learning berarti “elektronik”, e-learning itu menggabungkan semua kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bekerja secara daring (online) ataupun di luar jaringan atau luring (off line), dan secara sinkron (real time) maupun asinkron (delay time) melalui komputer jaringan atau perangkat elektronik mandiri lainnya.

E-learning dapat dilakukan secara asinkron dengan mengirimkan rekaman audio visual (video) ataupun rekaman suara yang dibuat guru. Video dan rekaman suara dapat membangun pengalaman belajar anak menjadi lebih nyata. Juga dapat dijadikan petunjuk atau arahan kepada anak untuk mengerjakan tugasnya. Sedangkan e-learning sinkron dapat dilakukan menggunakan “video call” dari whatsaap, zoom meeting cloud, ataupun google classroom, untuk melaksanakan teleconference bersama seluruh murid. Selain anak dapat berkomunikasi secara langsung dengan guru, anak juga bisa berdiskusi dengan teman-temannya dari rumah masing-masing.

Keterbatasan pengetahuan guru mengenai e-learning, sebenarnya bukanlah alasan untuk tidak dapat melaksanakan proses belajar dari rumah dengan lebih menyenangkan. Semua hal tentang e-learning sangat mudah dipelajari, karena lingkungan belajar e-learning sangatlah luas tak terbatas jarak dan waktu. Hampir semua materi pelajaran tersedia dan bisa diakses kapan saja, baik dalam bentuk buku elektronik maupun video tutorial dari “youtube” atau media sosial lainnya. Menurut Teori Belajar Sosial, lingkungan sosial menyediakan banyak peluang bagi individu untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui pengamatan perilaku model dan konsekuensi perilakunya (Bandura dalam Gredler, M, 2009).

 

Self Efficacy dan Self Relulated dalam E-Learning

Tinggal lagi dalam proses belajar sosial itu dibutuhkan dua aspek penting yaitu self efficacy dan self regulated. Self efficacy yaitu bagaimana keyakinan diri individu mampu menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif, ini berpengaruh besar terhadap perilaku.  Self regulated itu adalah bahwa individu dapat memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan (Santrock, 2011). Dituntut kemandirian untuk mencoba hal baru sambil meningkatkan keterampilan menggunakan e-learning. Belajar tentang e-learning dapat dilakukan dengan metode learning by doing, belajar sambil melakukan. Pandemik Covid-19 inilah saatnya guru dapat langsung praktek belajar sambil mengajar e-learning. E-learning, kita mulai dari nol ya.

 

 

           

Referensi

Goyal S, (2012). E-Learning: Future of education. Journal of Education and Learning, 6(2), 239-242.

Gredler, M. (2009). Learning and instruction: Theory into practice (6 th Ed.). Pearson: London.

Iswanto, D. H. (2014, Juli 27). Mulai dari nol. Diunduh dari http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mulai-dari-nol

Jannah, S. M. (2020, Maret 20). Segudang masalah belajar dari rumah karena corona covid-19. Diunduh dari https://tirto.id/segudang-masalah-belajar-dari-rumah-karena-corona-covid-19-eGqQ

Naidu, S. (2006). E-learning: A guidebook of princiles, procedure, and practice. (2nd  Ed). Commonwealth Educational Media Center for Asia

Pancawati, D, M.D.  (2020, Maret 26). Suka duka belajar di rumah. Kompas. Diunduh dari https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/26/suka-duka-belajar-di-rumah/

Santrock, J. W. (2011). Psikologi pendidikan (2 nd Ed.). Jakarta: Kencana