ISSN 2477-1686
Vol.6 No. 07 April 2020
Tetap Pergi Bekerja di Tengah Pandemi Covid-19 Tanpa Cemas dan Stres
Oleh
Uwaisy Salsabil
Mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Sumatera Utara
Wabah coronavirus disease atau yang biasa disebut Covid-19 saat ini membuat banyak perusahaan menjalankan kebijakan bekerja dari rumah untuk para karyawannya. Kebijakan ini dilakukan demi keselamatan bersama dan mengikuti imbauan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Namun hal itu dinilai tidak bisa diterapkan secara penuh di seluruh industri (Shinta dalam m.bisnis.com, 2020). Oleh karena itu, masih ditemukan beberapa perusahaan yang tidak dapat menjalankan kebijakan tersebut terutama pada perusahaan yang basis bisnisnya bergerak dalam jasa pelayanan seperti perbankan, transportasi dan penjualan eceran (retail). Khususnya perusahaan retail swalayan yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari dimana para karyawannya diharuskan untuk tetap bekerja di kantor atau swalayan untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Kewajiban untuk tetap pergi bekerja di tengah pandemi ini meningkatkan kecemasan dan stres yang dirasakan karyawan. Akan tetapi ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan karyawan untuk mengurangi hal-hal tersebut.
Hal pertama yang mudah untuk dilakukan karyawan yaitu meningkatkan kepekaan terhadap humor. Dengan memiliki kepekaan terhadap humor yang tinggi, seseorang dapat mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan pada saat berhadapan dengan situasi yang mengancam (Zulkarnain dan Novliadi, 2009). Kondisi mengancam ini ialah mudahnya penyebaran dan penularan Covid-19 yang bisa terjadi dengan tak kasat mata. Fakta ini berpotensi dalam meningkatkan kecemasan para karyawan yang harus bekerja dan bertemu banyak orang di tempat kerja. Peningkatan kecemasan ini dapat menimbulkan emosi negatif yang dialami karyawan yang dapat berimbas pada sikap kerja, kepuasan kerja dan kinerja mereka (Robbins dan Judge, 2018). Oleh sebab itu, sebaiknya para karyawan lebih sering melakukan kegiatan yang mengandung humor. Misalnya, membaca cerita lucu, menonton video atau film komedi di waktu istirahat, atau sekedar bercanda dengan rekan kerja. Kemudian, secara otomatis tawa akan muncul dan emosi positif pun dapat dirasakan seiring dengan menurunnya kecemasan (Martin, 2001).
Adanya emosi positif membantu para karyawan berpikir lebih jernih dalam menghadapi persoalan dan memperlancar proses kerja (McShane dan Von Glinow, 2010). Akan tetapi emosi positif dapat berubah menjadi emosi negatif yang mengarah kepada stres ketika karyawan dihadapkan pada beban kerja yang berlebih. Sebagaimana yang dialami para karyawan yang bekerja di swalayan terkait perubahan perilaku belanja masyarakat. Pandemi saat ini mengakibatkan tingginya minat masyarakat untuk membeli kebutuhan pangan dalam jumlah banyak. Sehingga banyak swalayan yang kelimpahan banyaknya pelanggan. Situasi ini menuntut para karyawan harus selalu sigap dalam memberikan pelayanan. Berdasarkan pengalaman penulis, bahkan ada karyawan yang mengeluh karena kewalahan ketika harus tetap melayani permintaan pelanggan untuk memotong ayam dan ikan dimana mereka juga harus melakukan pengepakan semua produk fresh (segar). Peningkatan beban kerja tersebut berpengaruh pada tingginya stres kerja yang dialami karyawan (Kusuma dan Soesatyo, 2014)
Stres kerja tidak baik jika dibiarkan karena dapat menurunkan semangat kerja karyawan (Fahmi, 2016). Akibat buruknya bisa mempengaruhi kualitas pelayanan pelanggan. Maka aktivitas selanjutnya yang dapat dilakukan karyawan ialah mendengarkan musik. Alunan musik dapat meningkatkan perasaan relaksasi ketika individu berada pada situasi yang menimbulkan stres (Dewi, 2009). Pada kondisi bekerja di swalayan, musik dapat diperdengarkan melalui audio yang dihubungkan pada pengeras suara supaya semua karyawan dapat menikmatinya. Jenis musik populer tentunya cenderung disukai tetapi perhatikan juga agar jangan sampai musik rok atau metal yang diputar. Ragam musik dengan irama yang santai bisa menjadi pilihan. Dengan begitu, suasana kerja menjadi lebih menyenangkan dan stres kerja secara perlahan dapat dinetralisasi.
Jikalau keadaan kerja yang menyenangkan tersebut masih belum mampu menghalau rasa cemas dan stres pekerja, maka kebersyukuran dapat diterapkan. Dengan melatih kebersyukuran pada karyawan maka dapat secara efektif menurunkan stres kerja. Rasa bersyukur juga membuat seseorang merasa lebih baik tentang kehidupannya dan lebih optimis (Cahyono, 2014; Emmons dan Crumpler, 2000). Faktor yang patut disyukuri terutama oleh karyawan adalah masih memiliki pekerjaan dan pemasukan bulanan yang stabil. Hal ini dikarenakan banyaknya pengangguran yang terjadi sebagai imbas dari pandemi Covid-19 pada kelompok pekerja informal dan sektor ekonomi mikro (Suroto dalam jaringanmedia.co.id, 2020). Karyawan dapat selalu bersyukur dengan hati, lisan dan perilaku melalui doa dan giat bekerja. Bekerja di luar rumah selama masa pandemi ini tidaklah mudah dan seringkali membuat stres. Namun, membiasakan diri untuk selalu bersyukur terbukti ampuh mengatasi stres.
Dapat disimpulkan bahwa kecemasan dan stres yang tinggi merupakan dua pemicu utama yang dapat menurunkan produktivitas pekerja. Kedua faktor tersebut terjadi karena karyawan perusahaan retail swalayan diharuskan untuk pergi bekerja ke luar rumah di tengah riskannya paparan virus dan meningkatnya beban kerja yang harus diselesaikan. Solusi sederhana yang dapat dilakukan yaitu menghibur diri dengan humor, mendengarkan musik dan melatih kebersyukuran diri. Semoga saran ini dapat dilaksanakan guna menciptakan perasaan positif di tempat kerja dan mengoptimalkan performa kerja.
Referensi
Cahyono, Eko Wahyu. 2014. Pelatihan Gratitude (Bersyukur) Untuk Penurunan Stres Kerja Karyawan di PT. X. Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.3, No.1, 1-15
Dewi, Mahargyantari P. 2009. Studi Metaanalisis : Musik Untuk Menurunkan Stres. Jurnal Psikologi, vol. 36, No.2, 06-113.
Emmons, Robert A. dan Crumpler, Cheryl A.2000. Gratitude As A Human Strength : Appraising The Evidence. Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 19, No.1, 56-69.
Fahmi, Syaifuddin. 2016. Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan PT. Omega Mas Pasuruan. Jurnal Ekonomi Modernisasi, Vol.12, No.3, 107-116.
Kusuma, Aster Andriani dan Soesatyo, Yoyok. 2014. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.2, No.2, 375-386.
Martin, Rod A. 2001. Humor, Laughter, and Physical Health : Methodologicall Issues and Research Findings. Psychological Bulletin, Vol.127, No.4, 504-519
McShane, Steven L dan Von Glinow, M.A. 2010. Organizational Behavior: Emerging Knowledge and Practice for the Real World. 5th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies.
Robbins, Stephen P dan Judge, Timothy A. 2018. Perilaku Organisasi Organizational Behavior Edisi 16. Jakarta : Salemba Empat.
Zulkarnain dan Novliadi Ferry. 2009. Sense of Humor dan Kecemasan Menghadapi Ujian di Kalangan Mahasiswa. Majalah Kedokteran Nusantara, Vol.42, No.1, 48-54.
https://jaringanmedia.co.id/imbas-corona-jumlah-pengangguran-bertambah/ diakses pada tanggal 02 April 2020, 23.30 WIB.
https://m.bisnis.com/amp/read/20200323/12/1216925/pengusaha-tak-semua-industri-bisa-lakukan-wfh-dukungan-pemerintah-dibutuhkan diakses pada tanggal 30 Maret 2020, 21.00 WIB.