Optimisme Menghadapi Corona: Menjaga Kesehatan Mental Selama Mewabahnya Pandemi Covid-19 di Indonesia

 

Oleh

Dian Din Astuti Mulia

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana Jakarta.

 

Pendahuluan

Dengan jumlah kasus COVID-19 yang meningkat setiap hari, tentunya hal ini menjadi suatu hal yang sangat mencemaskan bagi sebagian besar masyarakat. Pada tanggal 30 januari 2020 Organisasi kesehatan Dunia WHO menyatakan bahwa virus corona (2019-nCoV) sebagai situasi darurat global atau public health emergency of intenational Concern (PHEIC). Peristiwa darurat global yang dimaksud WHO adalah peristiwa luar biasa yang beresiko mengancam kesehatan masyarakat negara lain melalui penularan penyakit lintas batas negara sehingga membutuhkan tanggapan international yang terkoordinasi.

Sebelumnya perlu kita ketahui apa sebenarnya definisi dari COVID-19 ini. Secara ringkas novel Coronavirus (Cov) dijelaskan sebagai galur baru dari coronavirus dimana penyakit ini disebabkan oleh novel coronavirus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, tiongkok dan diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19), virus ini berasal dari satu keluarga yang sama dengan severe acute respiratory syndrome (SARS) dan beberapa jenis flu biasa (UNICEF, 2020).

Data dari World Health Organization pertanggal 17 Maret 2020 menjelaskan bahwa  secara global sebanyak 179.112 orang yang terkonfimasi positif COVID-19  dan sebanyak 7426. Sementara data Pemantauan COVID-19 menurut Dinas Komunikasi informatika dan statistik DKI Jakarta pertanggal 18 Maret 2020 menyatakan bahwa sebanyak 227 kasus terkonfirmasi positif covid-19 dan sebanyak 19 orang meninggal.

 

Kawalcobid19. 2020. Statistik perkembangan kasus terkonfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia.

Penanganan dengan Social Distancing

ENANGANAN DENGAN SOCIAL DISTANCING

Data ini tentunya menjadi suatu masalah yang harus segera ditangani. Salah satu tindakan pemerintah saat ini dalam melakukan pengendalian penularan COVID-19 adalah meminta masayarakat untuk melakukan social distancing atau didefenisikan sebagai suatu tindakan tertentu yang diambil untuk menghentikan atau memperlambat pandemi atau penyebaran penyakit yang sangat menular seperti menangguhkan proses belajar secara tatap muka di kelas, semua rapat, dan pertemuan besar di kampus dengan beralih ke proses pembelajaran berbasis teknologi, atau pertemuan dilakukan dengan teleconference, Perusahan Bisnis dan Pemerintah melakukan pengaturan pembagian kerja secara shift dan Work From Home,  Membatasi dan  menutup semua fasilitas publik pemerintah maupun swasta, seperti penangguhan layanan pusat komunitas seperti tempat rekreasi, pusat perbelanjaan atau mall, bahkan rumah ibadah (SAMHSA, 2020). Secara historis, social distancing (jarak sosial) telah membantu memperlambat penyebaran, atau "meratakan kurva" suatu penyakit. The Washington Post mencatat bahwa selama pandemi flu tahun 1918, program jarak sosial yang ketat diberlakukan di St. Louis terbukti efektif dalam mengurangi kematian dan menjaga agar rumah sakit tidak dibanjiri (Coleman, 2020).

 

Masalah Kesehatan Mental Selama Masa Krisis Covid-19

Dalam proses penanggulangan pandemic COVID-19 ini dengan pemberitahuan angka kasus yang terus meningkat setiap harinya tentunya dapat membuat cemas banyak masyarakat. Center for Disease Control and Prevention (2020) menyatakan bahwa ketakutan dan kecemasan tentang suatu penyakit menular menyebabkan perasaan sedih, tertekan, khawatir, bingung, takut, atau marah selama krisi pandemi COVID-19. Lebih lanjut, efek stress yang muncul pun berbeda beda tergantung dari latar belakang individu dan di komunitas mana mereka berada.

CDCP (2020) menambahkan bahwa orang orang yang sangat rentang mengalami stress dalam masa krisis ini adalah:

1.    Orang tua dan orang orang dengan penyakit kronis dan memiliki resiko tertular COVID-19

2.    Anak anak dan remaja

3.    Orang orang yang memberikan bantuan kepada penderita positif COVID-19 seperti Dokter dan penyelia kesehatan lainnya.

4.    Orang dengan masalah kondisi mental dan penyalahgunaan zat.

IASC (2020) juga menjelaskan bahwa secara umum reaksi orang orang yang terkena dampak pandemi COVID-19 baik langsung ataupun tidak langsung meliputi:

1.    Kecemasan tertular virus

2.    Menghindari fasilitas kesehatan karena takut terinfeksi saaat dirawat

3.    Takut kehilangan mata pencaharian karena tidak bekerja selama isolasi dan diberhentikan dari pekerjaan

4.    Ketakutan dikucilkan ketika harus dikarantina (misalnya rasisme terhadap orang orang yang berasal dari, atau dianggap baru saja dari daerah yang terkena dampak)

5.    Merasa tidak berdaya dalam melindungi orang orang yang dicintainya atau takut kehilangan keluarga karena virus.

6.    Perasaan tidak berdaya, kebosanan, kesepian, dan depresi selama di isolasi dan karantina

Ketakutan, kekhawatiran dan ketidakpastian serta stress yang terus menerus dalam masyarakat selama wabah COVID-19 ini dapat menyebabkan konsekuensi jangka panjang dalam komunitas, keluarga dan individu yang rentan seperti

1.    Memburuknya jejaring sosial, dinamika lokal dan ekonomi

2.    Stigma terhadap pasien yang telah sembuh yang mengakibatkan penolakan oleh masyarakat.

3.    Kemungkinan keadaan emosi, kemarahan dan agresi yang lebih tinggi terhadap pemerintah

4.    Kemungkinan terjadi nya agresi terhadap anak, pasangan dan anggota keluarga lainnya

5.    Kemungkinan ketidakpercayaan terhadap informasi yang diberikan oleh pemerintah dan pihak yang berwenang lainnya.

6.    Orang orang dengan gangguan kesehatan mental dan penyalahgunaan penggunaan zat mengalami kekambuhan karena mereka menghindari fasilitas kesehatan atau tidak dapat mengakses penyedia kesehatan.

 

Rekomendai

Untuk mengatasi masalah kesehatan mental akibat dampak dari pandemi COVID-19 berikut penulis mengutip beberapa rekomendasi yang diberikan American Psychological Association (2020) sebagai berikut:

1.    Membatasi Konsumsi Informasi hanya dari Sumber yang Terpercaya

Sangat penting untuk mendapatkan informasi kesehatan masyarakat yang akurat dan tepat mengenai COVID-10, namun terlalu banyak terpapar informasi dari media tentang virus ini dapat menyebabkan meningkatnya perasaan takut dan cemas. Psikolog merekomendasikan menyeimbangkan waktu yang dihabiskan untuk berita dan media sosial dengan kegiatan lain yang tidak terkait dengan Covid-19, seperti membaca, mendengarkan musik atau belajar bahasa baru, serta mencoba membuat resep makanan baru.

2.    Buatlah Jadwal Rutinitas Harian

Melakukan rutinitas sehari hari secara rutin di rumah seperti berolahraga secara teratur, melakukan pekerjaan dari rumah dengan jadwal yang rutin, serta tetap melakukan proses belajar mengajar secara rutin meskipun dilakukan didalam rumah, selain itu perlu mengintegrasikan aktivitas hiburan sesuai dengan kebutuhan.

3.    Tetap melakukan komunikasi dengan keluarga dan teman melalui email, panggilan telfon dan memanfaatkan platform media sosial.

4.    Pertahankan gaya hidup sehat (termasuk pola makan, tidur, olahraga, dan berinteraksi sosial dengan keluarga yang anda cintai dirumah).

5.    Menggunakan stategi psikologi untuk mengelola stress dan tetap positif.

Evaluasi rasa cemas anda secara realistis, cobalah untuk tidak catastrophize (kegagalan berpikir secara logis atau berpikir irasional dan cenderung melebih lebihkan pemikiran negatif), fokuslah terhadap apa yang dapat anda lakukan dan menerima kondisi yang tidak dapat anda ubah. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah membuat jurnal rasa terima kasih dan bersyukur setiap hari, atau mengunduh aplikasi mengenai latihan mindfulness dan relaksasi (PTSD Coach merupakan salah satu aplikasi gratis yang memberikan fasilitas tersebut di Amerika, di Indonesia juga sudah banyak aplikasi konsultasi psikologi yang dapat anda unduh)

6.    Setiap anak punya caranya sendiri untuk mengekspresikan emosi. Terkadang terlibat dalam kegiatan kreatif, seperti bermain dan menggambar bisa memudahkan proses ini. Bantu anak menemukan hal yang positif cara untuk mengekspresikan perasaan yang mengganggu seperti kemarahan, ketakutan, dan kesedihan.

7.    Anak anak mengikuti respon orangtua mereka dalam menanggapi situasi sehingga penting bagi orang dewasa untuk mengelola emosinya sendiri dengan baik dan tetap tenang, berikan

Pelukan kepada anak dan beritahu bahwa anda mencintai mereka dan bangga pada mereka, hal ini akan membuat mereka merasa lebih baik dan lebih aman.

8.    Jika anak-anak harus terpisah dengan orang tua karena proses karantina pastikan untuk tetap intens melakukan kontak melalui telepon atau panggilan  video.

 

Referensi:

APA (American Psychological Association). 2020. Keeping Your Distance to stay Safe. Diunduh pada https://www.apa.org/practice/programs/dmhi/research-information/social-distancing.

CIDRAP (Center for Infectious Disease Research and Policy). 2020. Information About Social Distancing. Diunduh pada http://www.cidrap.umn.edu/sites/default/files/ public/php/185/185_ factsheet_social_distancing.pdf

CDCP (Center for Disease Control and Prevention). 2020. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) :Manage Anxiety and Stess. Diunduh pada https://www.cdc. gov/coronavirus/2019-ncov/ prepare/ managing- stress-anxiety.html

Coleman, T.D.2020. What is social distancing? Does it actually work agains coronavirus?. Diunduh pada https://www.nj.com/coronavirus/2020/03/what-is-social-distancing-does-it-actually-work-against-coronavirus.html.

DISKOMINFOTIK Pemda DKI Jakarta. 2020. Data Pantauan COVID-19. Diunduh pada https://corona.jakarta.go.id/

IASC (Inter-Agency Standing Comitee) Reference Group on MHPSS in Emergency Setting. 2020. Addresing Mental Health and Psychososial Aspect of Covid of Covid-19 Outbreak Version 1.5. Diunduh pada https://reliefweb.int/report/world/interim-briefing-note-addressing-mental-health-and-psychosocial-aspects-covid-19

Kawalcobid19. 2020. Statistik perkembangan kasus terkonfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia. Diunduh pada https://experience.arcgis.com/experience/ bf4eb5d76e98423c8656 78e32c8937d4

SAMSHA (Substance abuse and mental health service administartion). 2014.  Taking care of yout behavior health: Tips for Social Distancing, Quarantine, and Isolation during an infection disease outbreak. SMA14-4894. Diunduh pada https://store.samhsa.gov/product/Taking-Care-of-Your-Behavioral-Health-During-an-Infectious-Disease-Outbreak/sma14-4894.

UNICEF. 2020. Novel coronavirus (COVID-19): Hal-hal yang perlu Anda ketahui. Diunduh pada https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus#howtoavoidcoronavirus