ISSN 2477-1686

 

Vol.5 No. 22 November 2019

 

Murid Idaman Vs Guru Idaman: Sebuah Ironi Pendidikan Kreativitas

Oleh

Jessica Ariela

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Kreativitas merupakan sebuah keterampilan yang dianggap penting di abad 21 ini, khususnya dalam menghadapi era Industri 4.0 (World Economic Forum, 2016). Bahkan, kreativitas naik dari posisi ke-10 (tahun 2015) menjadi posisi ke-3 teratas (tahun 2020) dalam skill atau keterampilan yang dianggap penting untuk bekerja (World Economic Forum, 2016). Kreativitas dianggap sebagai suatu keterampilan yang tidak dapat digantikan oleh robot dalam dunia industri. Di dalam dunia pendidikan, para pengajar pun ingin agar murid-muridnya memiliki dan mengembangkan kreativitas.

Untuk bisa mengembangkan kreativitas murid, ditemukan cara yang paling efektif adalah bagi guru untuk mengajar dengan kreatif dan menggunakan metode pembelajaran yang kreatif di dalam kelas (Sawyer, 2012). Hal ini semakin diperkuat dengan munculnya istilah “deep learning” dan pembelajaran konstruktif. Pembelajaran instruksional tradisional yang sudah menjadi metode belajar pada umumnya kini ditantang efektivitasnya. Guru yang mengajar satu arah membuat murid hanya sekedar menghafal tanpa benar-benar memahami apa yang ia pelajari. Penilaian pun hanya berfokus pada pengulangan materi tanpa membuat murid berpikir lebih dalam, seakan murid hanya diminta untuk “memuntahkan” kembali apa yang dikatakan gurunya di atas kertas ujian. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran konstruktif di mana murid aktif berpartisipasi dan belajar untuk menganalisis permasalahan dengan mengaitkannya pada hal yang dipelajari, serta menyediakan wadah bagi murid untuk berefleksi terhadap pengetahuan yang ia terima (Sawyer, 2012). Dengan demikian, murid menjadi paham konsep dan prinsip-prinsip dasar dari pembahasan, bukan sekedar menghafalkan. Pembelajaran seperti inilah yang dianggap “mendalam” dan efektif, dan seringkali melibatkan metode pembelajaran maupun pengajaran yang kreatif.

Namun, sebelum Anda melanjutkan membaca, cobalah Anda mengambil waktu sejenak untuk menjawab pertanyaan ini: Menurut Anda, apa saja karakteristik dari seorang murid yang kreatif?

Studi 1: Murid Idaman

Pertanyaan di atas merupakan pertanyaan yang juga diajukan sekelompok peneliti (Westby & Dawson, 1995) dalam suatu penelitian. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil yang mengejutkan! Guru-guru menganggap murid yang kreatif adalah murid yang tulus, bertanggung jawab, baik, dapat diandalkan, dan logis. Karakteristik seperti “impulsif” ataupun “non-konformis” ada di urutan terbawah. Adapun dari riset-riset mengenai kreativitas, justru karakteristik seperti impulsif dan non-konformis yang menggambarkan karakteristik pribadi yang kreatif (Sawyer, 2012). Namun, di saat yang sama guru-guru ini juga menganggap diri mereka sangat menghargai nilai kreativitas. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan antara pendapat guru-guru mengenai nilai kreativitas dan ketika mereka mengajar murid yang kreatif (Beghetto, 2010). Karakteristik murid yang mudah diatur dan penurut (yang bertolak belakang dengan karakteristik pribadi kreatif) seperti inilah yang justru menjadi idaman para guru, khususnya dalam kultur kolektivis (Ng & Smith, dalam Sawyer, 2012).

Hal ini tentunya sangat ironis. Mari kita coba move on terlebih dahulu. Kira-kira, akan seperti apa tanggapan dari murid-murid?

Studi 2: Guru Idaman

Coba Anda kembali menjawab pertanyaan berikut: Sewaktu Anda menjadi murid, guru seperti apa yang Anda harapkan? Guru seperti apa yang Anda anggap mampu membuat Anda benar-benar paham materi yang diajarkan?

Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan dari penelitian lainnya. Kali ini, yang ditanyakan adalah para murid (Deslauries, McCarty, Miller, Callaghan, & Kestin, 2019). Para murid mendapat guru yang mengajar menggunakan pembelajaran instruksional dan guru yang mengajar menggunakan pembelajaran konstruktif. Setelah beberapa saat, diadakan ujian dan performa murid tersebut dibandingkan melalui nilai kelas yang diajar menggunakan pembelajaran instruksional dan kelas yang menggunakan pembelajaran konstruktif. Hasilnya, sesuai dengan teori, tentu saja nilai ujiannya lebih baik pada kelas yang menggunakan pembelajaran konstruktif. Namun, sebelumnya, para murid diminta untuk memilih mana bentuk pembelajaran yang mereka rasa mereka lebih banyak belajar. Secara mengejutkan, para murid menjawab mereka merasa lebih banyak belajar melalui pembelajaran instruktif, dengan guru yang mengajar secara satu arah di depan kelas, dibandingkan pembelajaran konstruktif. Padahal, pembelajaran konstruktif merupakan salah satu cara guru menerapkan metode kreatif di dalam pengajarannya, dan hasil pembelajarannya pun akan lebih mendalam (deep learning). Hal ini juga membuktikan bahwa persepsi murid mengenai pembelajaran konstruktif masih inferior dibandingkan pandangan mereka terhadap pembelajaran instruktif, walaupun bukti hasil belajar menunjukkan pembelajaran konstruktif lebih efektif.

Kesimpulan

Dari penelaahan beberapa penelitian mengenai murid idaman dan guru idaman ini, terdapat suatu pencerahan, bahwa terkadang kita menjunjung tinggi nilai dan idealisme mengenai kreativitas. Namun, seberapa siapkah kita untuk benar-benar melibatkan kreativitas dalam pendidikan kita? Sungguh ironis jika pembelajaran kreativitas hanya sampai pada tataran ide dan konsep tanpa pernah bisa direalisasikan karena ketidaksiapan guru, murid, bahkan para pemangku kepentingan dalam menjalankannya.

Referensi:

Beghetto, R. A. (2010). Creativity in the classroom. In J. C. Kaufman & R. J. Sternberg (Eds.). The Cambridge handbook of creativity (pp. 447-463). Cambridge: Cambridge University Press.

Deslauries, L., McCarty, L. S., Miller, K., Callaghan, K., & Kestin, G. (2019). Measuring actual learning versus feeling of learning in response to being actively engaged in the classroom. Proceedings of the National Academy of Sciences Sep 2019, 116(39) 19251-19257. doi: 10.1073/pnas.1821936116

Sawyer, R. K. (2012). Explaining creativity: The science of human innovation (Second Edition). Oxford: Oxford University Press.

Westby, E. L. & Dawson, V. L. (1995). Creativity: Asset or burden in the classroom. Creativity Research Journal, 8, 1-10.

World Economic Forum. (2016). The 10 skills you need to thrive in the Fourth Industrial Revolution. Retrieved from https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-10-skills-you-need-to-thrive-in-the-fourth-industrial-revolution/ on 20 November 2019.