ISSN 2477-1686  

   Vol.5 No. 15 Agustus 2019

 

Emosi Positif : Mari Tingkatkan dengan Gratitude  

Oleh:

Sri Utami Pajarsari, Ni Made Ari Wilani

Program Studi Sarjana Psikologi, Universitas Udayana

 

Ketika saya SMP, seorang teman saya (Ari) mengalami perundungan dari temannya. Ketika itu kami satu angkatan bersekolah di SMP yang sama, dan ke sekolah naik mobil pick up bersama. Angkatan saya berjumlah 28 orang sehingga di mobil pick up kami semua berhimpitan. Teman saya Ari, mempunyai postur tubuh yang paling besar dari semua teman perempuannya. Oleh karena itu, Ari sering dihina seperti dibilang pemberat kendaraan dan menghabiskan banyak tempat sehingga memenuhi kendaraan. Peristiwanya terjadi kurang lebih 3 tahun, yang berdampak pada hubungan interpersonalnya dan kondisi psikologisnya. Ari menjadi lebih tertutup, jarang bergaul, membenci temannya, merasa tidak percaya diri, stres, putus asa dan rendah diri.

Apa itu perundungan  ?

Remaja adalah salah satu tahap perkembangan manusia, yang ditandai dengan perilaku sosial dan menjalin hubungan interpersonal seperti berteman dan mencari peer grup. Oelh karena itu remaja mempunyai resiko melakukan perilaku negatif seperti perundungan. Perundungan merupakan segala bentuk-bentuk perilaku agresif oleh seseorang sekelompok orang yang ditunjukkan dengan sengaja dan berulang untuk menyakiti secara psikologis maupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap lebih “lemah” (Panggabean, Rizal, 2015). Adapun jenis-jenis perundungan yaitu : perundungan fisik (memukul, menampar, mencekik), perundungan verbal (fitnah, kritik kejam, penghinaan, celaan), perundungan relasional (pengabaian, pengucilan, pengecualian, penghindaran dan tindakan penghindaran), dan perundungan yang dilakukan di media sosial dengan memberikan pesan-pesan negatif terhadap korbannya (Coloroso, 2007).

 

Kenapa seseorang bisa menjadi korban atau bahkan pelaku perundungan ?

Pelaku perundungan adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyakiti orang lain secara terus-menerus. Pelaku biasanya adalah orang yang kuat, percaya diri, agresif, impulsif, sulit berempati, secara akademik kurang, pencemas serta kurang merasa aman. Sedangkan korban perundungan adalah seseorang yang mengalami kekerasan yang disebabkan oleh pelaku perundungan. Korban perundungan adalah orang yang baru di lingkungannya, anak yang memiliki pengalaman traumatis, orang yang dianggap lemah, kurang percaya diri, orang yang penurut, pendiam, peka dan perilaku anak yang dianggap menggangu orang lain (Zakiyah, 2017).

Apakah akibat dari perilaku perundungan  ?

Akibat dari perilaku perundungan bisa berupa gangguan fisik maupun gangguan psikologis. Secara fisik korban perundungan terutama yang mengalami perundungan fisik akan mengalami masalah kesehatan fisik seperti memar dan sebagainya. Seseorang yang menjadi korban perundungan tentunya akan memiliki kondisi psikologis yang buruk dan akan dipenuhi dengan emosi negatif. Gangguan psikologis yang akan muncul adalah depresi, cemas, dan kurang bahagia. Sedangkan emosi negatif adalah perasaan negatif atau reaksi yang tidak menyenangkan. Contoh emosi negatif yang dimiliki oleh korban bullying seperti depresi, marah, sedih, dendam dan takut (Safari & Nofrans, 2012). Masalah lain yang muncul seperti pendiam, tidak mau bersekolah, tertutup bahkan merencanakan bunuh diri.

Oleh karena itu untuk mengurangi emosi negatif korban perundungan, maka dapat meningkatkan emosi positifnya. Apabila emosi positif meningkat maka akan menekan emosi negatif korban perundungan. Sehingga emosi positif dan emosi negatif dapat seimbang atau bahkan emosi postif akan lebih dominan.

 

Bagaimana cara untuk meningkatkan emosi positif pada korban perundungan ?

Emosi positif merupakan perasaan positif atau reaksi yang menyenangkan. Emosi positif bisa berupa bahagia, senang, rileks, tenang dan sebagainya (Safari & Nofrans, 2012). Salah satu cara untuk meningkatkan emosi positif yaitu gratitude (bersyukur). Gratitude yang dilakukan untuk meningkatkan emosi positif adalah dengan : Mengingat, Merenung dan Menuliskan. Mengingat yaitu mengingat semua hal-hal positif yang pernah dilakukan, maupun yang pernah terjadi dalam hidup korban. Contohnya yaitu mengingat bisa bernafas dan sehat, makan enak. Merenung yaitu memikirkan sesuatu yang baik atau positif pada masa lalu dan depan. Contohnya yaitu : memikirkan masa depan agar mampu lebih baik dan berhasil. Menuliskan yaitu menuliskan semua hal-hal positif yang diperoleh dari hasil mengingat dan merenung, dalam buku catatan yang dapat dilihat kapanpun. Untuk membiasakan perilaku korban perundungan untuk mensyukuri apa yang baik dari dirinya, yang bisa dilakukan setiap pagi maupun malam sebelum tidur. Seperti mensyukuri masih bisa bernafas dan bangun pagi dengan kondisi yang sehat. Orang yang selalu bersyukur akan merasakan kepuasan dalam hidup, meningkatkan kesehahteraan individu, serta meningkatkan perasaan positif seseorang (Khoiriya, 2015). Oleh karena itu, korban perundungan yang selalu mensyukuri apa yang baik dari dirinya maka akan memunculkan emosi positif, sehingga emosi negatifnya dapat ditekan oleh emosi positif yang terus berkembang. 

Diharapkan dengan melakukan gratitude (Mengingat, Merenung dan Menuliskan) akan semakin meningkatkan emosi positif pada korban perundungan, sehingga kondisi psikologisnya dapat lebih baik. Sehingga korban perundungan dapat menjalani kehidupan seperti semula. 

Referensi:

Coloroso, B. (2007). The bully, the bullied, and the bystander. New York : HarperCollins.

Khoiriyah, D., & Nuristighfari M. K. (2015). Peran emosi positif pada guru SLB tunagrahita. Psikologika. Vol. 20 (1), 1-20.

Panggabean, Rizal, dkk. (2015). Manajemen konflik berbasis sekolah. Pustaka Alvabet.

Safari, T., & Nofrans E. S. (2012). Manajemen emosi : Sebuah panduan cerdas bagaimana menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif. Bandung: Mizan Pustaka.

Zakiyah, E., Humaedi, S., & Santoso B.S. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying. Jurnal Penelitian & PPM. Vol. 4 (2), 324-330.