ISSN 2477-1686  

   Vol.5 No. 11 Juni 2019

 

Menyikapi Body Shaming: Latih Konsep Dirimu!

Oleh

Sherly

Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia

Pada dasarnya, semua perempuan terlahir cantik dan berpotensi untuk terus menjadi lebih baik. Meskipun cantik itu relatif, namun bentuk tubuh bukan menjadi tolok ukur apakah seseorang cantik atau tidak (Womanation, 2018). Namun, masih banyak orang yang tidak menyadari hal ini dan melakukan body shaming; yang apabila dibiarkan dapat membuat korban body shaming ini menjadi tidak menyukai bentuk fisik mereka, minder dan malu terhadap tubuh sendiri, bahkan bisa saja berkembang menjadi depresi. Dalam beberapa dekade belakang ini, kasus terkait body shaming sedang marak dan perlu menjadi perhatian serius oleh berbagai kalangan masyarakat. MABES Polri (dalam Martinus, 2018) mengungkapkan bahwa terdapat 966 kasus body shaming alias ejekan rupa fisik di seluruh Indonesia pada tahun 2018. Sebuah survey bahkan menemukan data bahwa 96% siswa SMA negeri maupun swasta di Kota Surabaya pernah menjadi korban dan pelaku body shaming dalam lingkup pergaulan mereka (Putri, Pranayama & Sutanto, 2018).

Menurut Siti Mazdafiah selaku Direktur Savy Amira Women Crisis Centre (dalam Putri, Pranayama, dan Sutanto; 2018), body shaming adalah suatu pandangan yang diberikan oleh masyarakat terkait standar tertentu atas tubuh kepada seseorang yang menyebabkan timbulnya rasa malu pada diri korban. Body shaming adalah perilaku mengkritik atau mengomentari fisik atau tubuh diri sendiri maupun orang lain dengan cara yang negatif; entah itu mengejek tubuh gendut, kurus, pendek, atau tinggi - mirip seperti melakukan bullying secara verbal (Safitri, 2018). Body shaming yang erat kaitannya dengan citra tubuh, yaitu berbicara mengenai pembentukan persepsi mengenai tubuh yang ideal menurut masyarakat, sehingga muncul suatu standar kecantikan yang membuat seseorang merasa rendah diri apabila tidak dapat mencapai standar tersebut (Putri, Pranayama, Sutanto, 2018).

Tentu saja mengomentari bentuk tubuh secara negatif atau body shaming sangat tidak dianjurkan. Selain menyebabkan sakit hati, body shaming dapat mengganggu kesehatan mental seseorang (Sari, 2019). Perkataan negatif terhadap tubuh seseorang akan terus-menerus melekat dan mengakibatkan orang tersebut menjadi tidak percaya diri, bahkan dapat berujung pada stress dan depresi (Zharfiesyah, 2019). Sayangnya, di masyarakat efek body shaming masih jarang disadari dan ironisnya, body shaming masih dianggap sebagai bahan candaan. Padahal, efek dari body shaming dapat menjatuhkan mental seseorang secara permanen (Womanation, 2018). Body shaming memberikan efek tekanan tersendiri bagi orang yang mengalaminya. Contohnya, seseorang mengikuti diet ketat dan mengabaikan pola makan yang seimbang demi turunnya berat badan karena sebelumnya sering dibilang gemuk oleh lingkungan sekitarnya (Womanation, 2018). Bahkan menurut riset akan terjadi banyak perubahan sikap pada korban body shaming, misalnya mudah tersinggung, pendiam, malas makan, hingga depresi (Safitri, 2018). Meski demikian, tidak semua individu yang mengalami body shaming akan menjadi down hingga mengganggu kesehatan mentalnya. Masih terdapat aspek internal dimana individu mampu menyikapi dengan baik informasi ataupun evaluasi apapun yang diterima tentang dirinya. Dalam hal ini, konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Saraswatia, Zulpahiyana, & Arifah (2015) mendefinisikan konsep diri sebagai suatu skema diri, yaitu pengetahuan tentang diri yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan tetap bersikap optimis, percaya diri, dan mampu bersikap positif terhadap segala sesuatu, termasuk kegagalan yang dialami. Individu yang memiliki konsep diri positif mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki penerimaan diri yang baik, mampu memahami dan menerima fakta-fakta yang nyata tentang dirinya, mampu menghargai dirinya sendiri, mau memperbaiki diri ke arah yang lebih baik, serta mampu menempatkan diri di dalam lingkungan.

Oleh karena itu, di era yang sedang marak akan kasus body shaming, individu sangat perlu melatih dan mempertahankan konsep dirinya agar tetap positif. Individu tidak dapat menghilangkan komentar dari lingkungannya untuk berhenti berkomentar atau berpendapat tentang dirinya. Namun, dengan yang memiliki konsep diri positif, individu akan dapat menyikapi dengan baik komentar atau evaluasi yang diterima, serta tidak akan jatuh karenanya. Individu akan tetap dapat menerima dan mencintai bentuk tubuhnya secara positif tanpa merasa minder oleh komentar dari orang lain.

Dalam pembentukan konsep diri pada individu, lingkungan terdekat dan diri sendiri memegang peran penting pada prosesnya. Dari lingkungan, dukungan keluarga dalam bentuk perhatian, motivasi, nasehat, juga fasilitas akan membentuk konsep diri seseorang. Pemikiran positif dari orang tua serta perilaku terbuka yang dibiasakan pada anak akan membentuk konsep diri yang positif pada anak. Beberapa upaya positif yang dapat dilakukan orang tua atau pendamping dalam proses pembentukan diri positif antara lain: (1) menunjukkan sikap hangat, kasih sayang, dan ketulusan, (2) memahami kebutuhan anak, (3) menghindari membanding-bandingkan anak atau berbicara tentang keburukan anak pada orang lain di depan anak, (4) fokus dan menunjukkan apresiasi pada sisi positif anak, (5) memberikan motivasi agar anak mengenali kemampuannya, (6) memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi dan menghargai anak atas apapun yang ia lakukan, (7) bersikap jujur dan terbuka pada anak, serta (8) menghindari memberikan melontarkan kata-kata atribut negatif seperti “kamu anak yang paling gendut diantara teman-temanmu” atau “di dunia cuma kamu satu-satunya yang paling tidak bisa menjaga penampilan”

Orang tua dapat membimbing, mendidik, dan mengarahkan anak untuk menjadi individu dewasa yang memiliki konsep diri positif dengan cara yang positif. Sejak dini, orangtua dapat mengajari anak untuk menghargai diri sendiri. Sebagai contoh, saat anak tak sengaja memecahkan piring di dapur, daripada anda berkata, “Aduh, itu kan piring kesayangan mama! Gimana sih kamu selalu saja ceroboh!”, yang akhirnya secara tak langsung menunjukkan bahwa piring tersebut lebih berharga dari anak. Lebih baik anda mengatakan “Kamu baik-baik saja kan? Lain kali hati-hati ya.”, yang secara tidak langsung, anda telah mengajarkan pada anak bahwa dirinya berharga.

Daripada berfokus pada kekurangan, fokuslah pada kelebihan yang dimiliki anak untuk dikembangkan. Sadari bahwa setiap anak memiliki ciri khas dan keunggulan mereka masing-masing. Mereka merupakan individu yang unik dan tidak dapat dibandingkan. Selain dari pola asuh orang tua, faktor internal dari individu juga memiliki peran yang tak kalah penting dalam hal pembentukan konsep diri positif. Untuk membangun konsep diri yang positif, individu perlu menanamkan kepercayaan diri yang baik dengan cara berpikir positif pada  diri sendiri. Beberapa hal yang dapat diterapkan untuk menanamkan kepercayaan diri yang baik, antara lain (dalam Cermati, 2016):

1.    Tidak membandingkan diri dengan orang lain. Sadari bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa yang dilihat pada diri seseorang juga belum tentu nyata.

2.    Kenakan pakaian dengan nyaman. Cara berpakaian seseorang sangat dipengaruhi karakter diri dan penampilan orang lain. Tidak perlu pakaian mahal dengan merek mentereng untuk tampil percaya diri, cukup pilih busana yang pas di tubuh anda, pilih yang pantas dan sesuai kondisi. Dengan ini, anda pun dapat membuat diri anda tampil dan terlihat lebih menarik.

3.    Perbaiki postur tubuh. Perhatikan postur tubuh anda, mulai dari cara berjalan dengan kepala menatap ke depan, posisi tubuh tegap dan dada membusung ke depan. Postur tubuh yang sempurna merupakan salah satu cara cepat untuk mendongkrak rasa percaya diri.

4.    Kemauan untuk menambah wawasan dalam pergaulan. Tidak hanya penampilan secara fisik, untuk dapat membuat diri anda menjadi lebih baik dan menarik, anda juga dapat terus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan dan kemauan untuk terus belajar dan menambah wawasan dalam diri anda. Dengan anda memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, anda akan lebih mudah melebur dengan komunitas tertentu.

5.    Membentuk tubuh bugar dan ideal untuk menunjang penampilan. Banyak orang merasa minder akibat bentuk tubuh yang kurang ideal, entah itu terlalu kurus atau gemuk. Anda tidak perlu melakukan diet ketat yang akhirnya membahayakan tubuh anda, namun, anda dapat melakukan hal-hal yang positif untuk memiliki tubuh yang ideal seperti berolahraga teratur.

6.    Selalu bersyukur dan berpikir positif. Agar terus percaya diri di segala situasi, jangan biarkan pikiran negatif menguasai benak dan merusak akal sehat. Coba lawan pikiran negatif dan selalu berpikiran positif terhadap apapun, termasuk kata-kata menyinggung dari orang lain. Anda dapat mensyukuri apa yang terjadi pada diri anda saat ini dan yakinkan bahwa segala yang terjadi pada anda saat ini merupakan yang terbaik bagi anda. Apabila anda mendapatkan kritik atau komentar negatif dari orang lain, anda dapat memilah masukan tersebut dan menjadikan itu motivasi untuk menjadikan anda pribadi yang lebih baik lagi.

Referensi

Cermati. (2016, Maret 13). Tingkatkan rasa percaya diri anda dengan 14 cara ini. Diambil dari https://www.cermati.com/artikel/tingkatkan-rasa-percaya-diri-anda-dengan-14-cara-ini

 

 

Martinus, Y. (2018, November 2019). Tahun ini ada 966 kasus body shaming di Indonesia, 374 perkara sudah diselesaikan polisi. Diambil dari  http://wartakota.tribunnews.com/2018/11/29/tahun-ini-ada-966-kasus-body-shaming-di-indonesia-374-perkara-sudah-diselesaikan-polisi

 

Malpa (2011). Pembentukan konsep diri yang positif pada anak. Diambil dari https://www.kompasiana.com/malpa.mzj/5509aa6e8133117b6ab1e2d6/pembentukan-konsep-diri-yang-positif-pada-anak

 

Putri, B. A. S., Pranayama, A., Sutanto, R. P. (2018) Perancangan kampanye “Sister’s Project” sebagai upaya pencegahan body shaming. Jurnal DKV Adiwarma, 1(12), h.1-9.

 

Safitri, A. M. (2018, Desember 26). Sering tidak sadar, ini 4 tanda anda suka mengejek fisik orang lain (body shaming). Diambil dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/ciri-body-shaming-adalah/

 

Saraswatia, G. K., Zulpahiyana., Arifah. S (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja di SMPN 13 Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 3(1), h.33-38.

 

Sari, F. M. (2019). Lakukan 7 hal ini saat kamu menghadapi body shaming. Diambil dari https://www.liputan6.com/health/read/3912488/lakukan-7-hal-ini-saat-kamu-menghadapi-body-shaming

 

Womanation. (2018, Juni 05). Body shaming, bullying yang menghancurkan mental. Diambil dari http://womanation.id/body-shaming-bullying-yang-menghancurkan-mental/

 

Zharfiesyah, I. (2019, Januari 28). Body shaming: Ejekan yang buruk untuk kesehatan mental! Diambil dari http://riliv.co/rilivstory/pengertian-body-shaming-adalah/